Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Lima tahun silam Martin Odegaard membuat geger dunia sepak bola. Usianya ketika itu baru 15 tahun tetapi sudah menjadi pemain reguler di level teratas kompetisi Norwegia bersama Stromsgodset.
ADVERTISEMENT
Odegaard tak sekadar ada di lapangan. Lebih dari itu, sebagai seorang gelandang serang, dia mampu membawa timnya meraih kemenangan lewat gol dan assist yang dia bukukan.
Meski itu hanya dilakukan di Liga Norwegia, fakta bahwa Odegaard masih berumur 15 tahun membuat klub-klub besar Eropa macam Liverpool, Bayern Muenchen, sampai Barcelona menaruh minat.
Namun, Odegaard akhirnya memilih Real Madrid. Pada Januari 2015 dia pindah ke klub ibu kota Spanyol tersebut dengan nilai transfer yang nilainya bisa melonjak sampai 7,5 juta euro.
Bagi Odegaard, segalanya berjalan mulus pada mulanya. Dia mengaku bahagia dan menyebut kepindahan ke Real Madrid sebagai mimpi yang jadi kenyataan. Empat bulan kemudian dia pun berkesempatan bermain di tim utama.
ADVERTISEMENT
Ketika itu Real Madrid tengah berhadapan dengan Getafe, di mana mereka menang dengan skor 7-3. Odegaard turun pada babak kedua menggantikan Cristiano Ronaldo untuk menjadi pemain termuda dalam sejarah Real.
Sayangnya, masa bulan madu Odegaard dan Real Madrid hanya sampai di situ. Sejak itu dia belum pernah lagi membela Los Blancos di ajang apa pun. Namanya pun sempat terlupakan.
Odegaard sempat dinilai mekar terlalu dini dan memori kolektif publik sepak bola melayang pada sosok Freddy Adu. Belasan tahun sebelumnya Adu pernah menjadi Odegaard.
Adu melakoni debut Major League Soccer pada usia 14 tahun. Oleh Edson Arantes do Nascimento alias Pele, dia pun disebut sebagai bintang masa depan sepak bola. Namun, semenjak pindah ke Eropa, Adu lenyap ditelan bumi.
ADVERTISEMENT
Apa yang menimpa Adu itu adalah sebuah cerita pengingat bahwa apa pun bisa terjadi dan talenta semata tidak akan cukup. Hal-hal seperti kemauan bekerja, bahkan keberuntungan, punya peran dalam karier seseorang.
Faktanya adalah, Odegaard pindah ke Real Madrid di usia yang terlalu muda. Memang belum waktunya dia bersaing dan bersanding dengan para megabintang di skuat El Real.
Apa yang dikatakan Carlo Ancelotti pada 2016 bisa dijadikan pedoman soal bagaimana kepindahan itu terlalu dini untuk Odegaard. Menurut Ancelotti, Odegaard bukanlah sosok yang dibutuhkan Real Madrid kala itu.
"Ketika [Presiden Real Madrid] Florentino [Perez] membeli pemain Norwegia, kamu harus menerimanya. Tak cuma itu, dia juga memutuskan si pemain harus bermain di tiga laga tim utama sebagai bentuk pencitraan," katanya.
ADVERTISEMENT
"Dia bisa menjadi pesepak bola terbaik dunia tetapi aku tidak peduli. Dia bukan pemain yang kuinginkan. Itu semua adalah bentuk pencitraan," tambah Ancelotti.
Pada titik itu, untungnya, Odegaard sadar bahwa dia memang belum menjadi siapa-siapa. Maka, ketika Real Madrid mendegradasinya ke Castilla, lalu meminjamkannya ke Belanda, dia menurut.
Hasilnya, selama bermain di Belanda untuk Heerenveen dan Vitesse, Odegaard secara perlahan mampu menunjukkan bakatnya yang terpendam. Musim lalu bersama Vitesse bahkan dia sanggup mencetak 11 gol dari 39 penampilan.
Apa yang ditampilkan Odegaard di Belanda itu tidak luput dari pandangan Real Madrid. Akan tetapi, di sisi lain, Real juga masih ragu apakah pemuda 20 tahun itu sudah siap jadi bagian dari mereka.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, peminjaman pun kembali menjadi solusi. Bedanya, kali ini Odegaard dipinjamkan ke sesama tim La Liga, Real Sociedad. Dan hasilnya pun sama sekali tidak mengecewakan.
Di Real Sociedad, Odegaard menemukan bentuk terbaik sebagai pesepak bola senior. Dia tak lagi bermain sebagai gelandang serang atau gelandang sayap, melainkan gelandang tengah dalam pakem dasar 4-3-3.
Dengan posisi baru tersebut Odegaard menjelma jadi salah satu pemain tengah terbaik di La Liga. Kontrol bolanya begitu baik, umpan-umpannya begitu menawan, dan dia pun sanggup mencetak gol.
Total, dari 7 pertandingan musim ini, Odegaard sudah mencetak 2 gol dan membukukan 2 assist. Salah satu assist itu dia berikan untuk Portu dalam pertandingan menghadapi Sevilla, Senin (30/9/2019) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Odegaard adalah pemain kidal tetapi dia bergerak dari sisi kanan. Dia pun memiliki keuntungan layaknya seorang inverted winger karena kaki terkuatnya berhadapan dengan gawang lawan.
Itu membuat Odegaard bisa bergerak dengan lebih berbahaya. Menghadapi Sevilla, Sociedad memang kalah 2-3 tetapi penampilan Odegaard jauh dari kata mengecewakan.
Sebelum membuat assist untuk Portu dia sempat hampir membukukan assist bagi Willian Jose. Sayangnya, sepakan pemain asal Brasil itu masih melebar.
Menariknya, cara Odegaard memberi assist hampir selalu sama. Dia bergerak dari half-space sebelah kanan, mengukur pergerakan kawan dan lawan, kemudian melepas bola yang membahayakan.
Selain dalam dua kesempatan di laga melawan Sevilla, Odegaard juga melakukannya pada pertandingan melawan Deportivo Alaves. Bahkan, assist yang dibikin Odegaard di pertandingan melawan Alaves itu lebih cantik lagi.
ADVERTISEMENT
Pertama, karena assist itu diwarnai keberhasilan mengolongi pemain lawan. Kedua, jarak dengan penerima assist, Mikel Oyarzabal, cukup jauh tetapi Odegaard mampu melepas umpan pembelah pertahanan.
Dari situ bisa dilihat betapa nyamannya Odegaard bermain di posisi barunya. Odegaard pun tak menyembunyikan keinginan untuk bisa kembali ke Real Madrid dalam waktu dekat ini.
"Tujuanku adalah bermain untuk Real Madrid. Itulah mengapa aku bergabung dengan mereka, karena aku ingin bermain di sana suatu hari nanti," kata si pemain seperti dikutip dari Forbes.
"Aku merasa sudah berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Kupikir aku sudah lebih bagus sebagai pemain, lebih dewasa, dan lebih kuat secara fisik. Aku sudah lebih baik dibanding ketika pertama kali datang ke Spanyol," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Real Madrid sendiri, penampilan Odegaard di Sociedad sejauh ini jelas membahagiakan. Sebab, pada bursa transfer musim panas lalu mereka sibuk berburu gelandang. Artinya, lowongan bagi Odegaard itu sebenarnya ada.
Namun, tentu saja, Odegaard tak bisa berhenti sampai di sini. Ada standar-standar yang harus dia penuhi kalau ingin bermain untuk Real Madrid.
Konsistensi adalah kata kuncinya karena itu adalah pembeda antara pemain bagus dan pemain hebat. Di Real Madrid, cuma pemain hebat yang boleh masuk dan Odegaard semestinya tahu itu.