Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Opsi Juventus untuk Melumpuhkan Agresivitas Real Madrid
3 April 2018 15:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
"Dalam laga melawan Real Madrid, ada perbedaan besar apabila salah satu pemain penting mereka tidak bermain. Dan, untuk pertandingan nanti, saya tidak bisa tidur karena akan menghadapi Cristiano Ronaldo."
ADVERTISEMENT
Dari bibir Gianluigi Buffon kata-kata itu meluncur dan kiper sekaligus kapten Juventus itu punya alasan kuat untuk merasa takut kepada Ronaldo. Sebab, pemain asal Portugal itulah yang jadi salah satu biang kegagalan Buffon merengkuh trofi Liga Champions untuk pertama kalinya. Pada 4 Juni 2017 di Millennium Stadium, Cardiff, Ronaldo mencetak dua gol untuk mengantarkan Real Madrid menang 4-1 atas Juventus.
Usia Buffon kini tak muda lagi; sudah 40 tahun. Rencananya, mantan kapten Tim Nasional Italia itu bakal gantung sarung tangan di akhir musim 2017/18 nanti. Satu hal yang bisa mengubah pikirannya adalah jika Juventus berhasil menjuarai Liga Champions.
Celakanya, sebelum sampai ke partai puncak, langkah Buffon sudah dihalangi oleh Ronaldo. Pada Rabu (4/4/2018) dini hari WIB, Juventus akan menjamu Real Madrid di Allianz Stadium, Turin, pada laga perempat final leg pertama Liga Champions. Menilik apa yang terjadi pada final musim lalu, tak heran jika lebih banyak orang yang menjagokan Real Madrid pada perjumpaan kali ini.
ADVERTISEMENT
Ketakutan Buffon bukan tanpa alasan. Selain karena Ronaldo jadi pengubur mimpinya, pemain 33 tahun itu kini juga tengah panas-panasnya. Bayangkan saja. Dari delapan pertandingan terakhir bersama Real Madrid, Ronaldo sukses mencatatkan 17 gol dan 2 assist. Untuk ukuran apa pun, catatan Ronaldo ini sangat luar biasa.
Menghadapi Juventus nanti, Ronaldo juga diperkirakan bakal berada dalam kondisi fisik terbaik. Usai menjalani laga internasional bersama Portugal, eks bintang Manchester United itu diistirahatkan kala Real Madrid mengalahkan Las Palmas, Sabtu (31/3) pekan lalu.
Maka dari itu, Buffon memang benar-benar harus mewaspadai Ronaldo. Apalagi, Liga Champions adalah kompetisi favorit Ronaldo. Musim ini saja dirinya sudah mencetak 12 gol dan 2 assist dari delapan pertandingan. Catatan itu membuat Ronaldo jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya di daftar pencetak gol terbanyak. Pemain dengan catatan gol terbaik kedua di bawah Ronaldo adalah Wissam Ben Yedder yang 'baru' mengemas 8 gol.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, apa yang dilakukan Ronaldo itu juga sebenarnya menunjukkan sebuah kelemahan tersendiri dari Real Madrid. Dengan 12 gol dan 2 assist-nya itu, Ronaldo berarti sudah berkontribusi dalam terciptanya 63,6% gol Real Madrid di Liga Champions musim ini. Di situ terlihat betapa tidak sehatnya ketergantungan Los Blancos pada legendanya tersebut.
Musim ini, Real Madrid adalah tim paling agresif --meski bukan yang tersubur-- di Liga Champions. Total, mereka telah mencatatkan 159 tembakan dengan 22 di antaranya berakhir menjadi gol. Secara khusus, Ronaldo ambil bagian dari 52 tembakan tadi dan mencetak 12 gol. Artinya, tanpa Ronaldo, agresivitas Real Madrid itu nyaris tak berarti apa-apa.
Tanpa Ronaldo, Real Madrid 'hanya' berhasil membukukan 107 tembakan dan mencetak 10 gol. Dengan kata lain, kalau tidak diperkuat Ronaldo, El Real hanya bisa mengonversi 9,34% peluang yang mereka raih. Bandingkan dengan jika ada Ronaldo. Keberadaan pemain binaan Sporting CP itu membuat rasio konversi Real Madrid berada di angka 13,8%. Jadi, dari sini tak diragukan lagi bahwa peran Ronaldo di timnya memang sangat signifikan.
ADVERTISEMENT

Maka dari itu, solusi paling logis bagi Juventus untuk menahan Real Madrid adalah mematikan Ronaldo. Apa yang dilakukan Tim Nasional (Timnas) Belanda saat menghajar Portugal di laga internasional lalu bisa menjadi contoh. Di laga itu, Ronaldo tak mencatatkan satu pun upaya mengarah ke gawang dan hasilnya, gawang Belanda pun aman dari kebobolan.
Yang jadi masalah kemudian adalah bahwa Real Madrid lebih kuat dari Portugal. Di Timnas Portugal, Ronaldo adalah satu-satunya sumber gol yang betul-betul bisa diandalkan. Sementara, di Real Madrid, masih ada pemain-pemain lain yang layak diwaspadai sungguh-sungguh seperti Karim Benzema, Gareth Bale, Isco Alarcon, Marco Asensio, sampai Lucas Vazquez.
Hmm, lalu bukankah sebelumnya sudah terbukti bahwa pemain-pemain itu tetap saja tidak seefektif Ronaldo dalam mencetak gol? Ya, benar. Akan tetapi, terlepas dari buruknya efektivitas mereka tadi, keberhasilan mencatatkan lebih dari 100 tembakan dalam delapan pertandingan sama sekali tidak bisa dikesampingkan. Jika dihitung, pemain-pemain non-Ronaldo di kubu Real bisa menghasilkan 13,4 tembakan per laganya.
ADVERTISEMENT
Jumlah itu jelas tak bisa dipandang remeh. Pasalnya, dengan mencatatkan tembakan sebanyak itu, artinya para pemain Real Madrid sudah mampu mengupayakan agar keberuntungan bisa berada di pihak mereka. Inilah hal lain yang harus diwaspadai oleh para pemain Juventus, termasuk Buffon sendiri.
Secara umum, Zinedine Zidane seringkali mengganti formasi timnya sesuai kebutuhan. Akan tetapi, formasi terkuat Real sampai saat ini masihlah 4-3-3 dengan trio Luka Modric, Toni Kroos, serta Casemiro sebagai penggerak lini tengah. Di depan, selain Ronaldo, ada Benzema serta Bale (atau Isco).
Menurut Massimiliano Allegri, kelebihan utama Real Madrid adalah bagaimana mereka bisa mengalirkan bola ke kotak penalti hanya dengan dua atau tiga sentuhan. Artinya, para pemain Real Madrid memang punya keunggulan dalam tiga hal: kemampuan menguasai bola, bergerak tanpa bola, dan mencari ruang untuk melepas tembakan.
ADVERTISEMENT

Tiga hal itulah yang harus dimatikan oleh Juventus. Sialnya, ini bukan perkara mudah. Pasalnya, apa pun yang dilakukan Juventus bisa memiliki risiko tersendiri.
Jika Juventus bertahan di kedalaman, misalnya, mereka bisa mengundang para pemain Real Madrid untuk berada lebih dekat dengan kotak penalti. Kemudian, apabila Juventus nekat melakukan pressing, risiko terbesarnya adalah kemunculan celah-celah yang bisa dieksploitasi. Maka dari itu, jalan tengah harus dicari dan jalan tengah yang dimaksud adalah menerapkan pressing dengan blok medium
Pressing blok medium ini sederhananya begini: Pressing dilakukan ketika para pemain lawan mulai masuk ke area tengah lapangan, alih-alih di area pertahanan lawan. Untuk orientasinya, ada baiknya para pemain Juventus tidak terfokus pada orang-per-orang, melainkan ruang. Pasalnya, ruang inilah yang jadi senjata utama Real Madrid. Mereka tak cuma mampu memanfaatkan, tetapi juga menciptakan ruang saat dibutuhkan. Inilah yang benar-benar harus dimatikan oleh Juventus.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan itu, skema yang disiapkan Allegri pada laga kali ini sebenarnya sudah pas. Tanpa Miralem Pjanic, Allegri terpaksa menggunakan Rodrigo Bentancur sebagai pendamping Sami Khedira dan Blaise Matuidi. Namun, dengan komposisi seperti ini, aspek defensif lini tengah Juventus justru bisa lebih dioptimalkan. Tiga pemain inilah yang bakal jadi kunci untuk menerapkan pressing tadi.
Pressing blok medium tersebut nantinya bisa sangat menguntungkan Juventus. Pasalnya, dengan menerapkan itu, jarak lari yang ditempuh para pemain Bianconeri bisa dipangkas, termasuk dalam melakukan serangan balik. Di pertandingan fase gugur Liga Champions, mencetak gol --terutama di kandang sendiri-- adalah hal wajib dan maka dari itu, keselarasan antara menyerang dan bertahan bisa dicapai lewat taktik ini.
ADVERTISEMENT