Liverpool vs Barcelona

Para Staf Digaji Penuh Saat Pandemi, Kenapa Liverpool Dikritik para Legendanya?

5 April 2020 12:28 WIB
comment
44
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juergen Klopp menghibur para pemain Liverpool. Foto: REUTERS/David Klein
zoom-in-whitePerbesar
Juergen Klopp menghibur para pemain Liverpool. Foto: REUTERS/David Klein
ADVERTISEMENT
Jamie Carragher tidak menjadi satu-satunya legenda Liverpool yang kecewa atas keputusan mantan klubnya itu untuk menggunakan dana bantuan pemerintah di tengah pandemi COVID-19. Masih ada Stan Collymore yang menyuarakan kekecewaan serupa.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (5/4/2020) dini hari WIB, Liverpool mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan skema 'The Coronavirus Job Retention'. Dengan skema ini, pemerintah Inggris akan membayar 80 persen gaji karyawan--maksimal 2.500 poundsterling per bulan--dan sisanya dibayar oleh klub.
Dengan begitu, seluruh pekerja akan tetap menerima 100 persen gaji, setidaknya dalam dua bulan ke depan. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh pegawai non-tim (non-playing staff) Liverpool.
Stan Collymore (kostum merah) saat membela Liverpool di laga melawan Paris Saint-Germain. Foto: MICHEL GANGNE / AFP
"Saya tidak yakin apakah ada penggemar Liverpool yang tidak muak dengan keputusan untuk merumahkan staf. Keputusan ini benar-benar keliru," ujar Collymore lewat akun media sosialnya.
"Begini, ya. Bantuan pemerintah (furlough) itu untuk pegawai bisnis-bisnis kecil supaya finansial mereka bisa bertahan di tengah guncangan seperti ini!"
"Setiap klub Premier League punya duit banyak. Mereka menghasilkan uang dari hak siar yang meroket dan sponsor. Jadi, kenapa para pemilik klub tidak mengeluarkan uang dari kantong mereka sendiri, sih?!" cecar Collymore.
Pemain Liverpool menyapa suporter di stadion usai melawan Barcelona. Foto: Reuters/Carl Recine
Setidaknya ada 200 staf non-playing yang dimiliki Liverpool saat ini. Hingga sekarang, pemerintah Inggris memang belum menyebut bahwa klub-klub raksasa di Premier League tidak bisa menerima bantuan ini.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, para legenda Liverpool, termasuk Collymore, menganggap bahwa keputusan ini tidak sesuai dengan semangat dan moral klub sendiri. Terlebih, laporan keuangan Liverpool dalam dua musim menunjukkan laba.
Pada 2018/19, mereka meraup laba sebelum pajak sebesar 42 juta poundsterling. Capital and reserves mereka ada di angka 174 juta poundsterling. Pada 2017/18, laba sebelum pajak Liverpool adalah 125 juta poundsterling.
Patung Bill Shankly di depan Anfield. Foto: Clive Mason/Getty Images
Orang-orang Liverpool mengenal betul cerita ini. Saat Bill Shankly pertama kali menginjakkan kakinya ke Anfield pada Desember 1959 Liverpool adalah klub yang hidup segan, mati pun tak mau.
Pemilik Liverpool begitu takut mengambil risiko finansial dengan merogoh kocek untuk memugar tim. Mereka enggan mendatangkan pemain dan staf berkualitas.
Suporter Liverpool pun nrimo-nrimo saja dengan keadaan itu. Bagi mereka, selama bisa masuk dan menonton di stadion, ya, cukuplah.
ADVERTISEMENT
Shankly berang. Para petinggi boleh merekrutnya hanya dengan misi membawa Liverpool promosi dan tak mempermasalahkan jika nantinya bercokol di papan tengah. Namun, Shankly tak mau itu. Ia mengamuk ke ruang direksi dan meminta para bos tersebut untuk mengeluarkan uang demi mendatangkan pemain muda berbakat dan berkarakter.
Shankly tak mau Liverpool menjadi klub biasa-biasa saja. Untuk menjadi luar biasa, Shankly mesti mengubah watak Liverpool menjadi klub terhormat. Untuk menjadi terhormat, seluruh manusia yang ada di Liverpool mesti menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan sebaik-baiknya.
Penggawa Liverpool merayakan gol ke gawang Leicester City. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Kalau kau pemain, kau harus berlatih dan bertanding sampai menang bahkan juara. Kalau kau seorang petugas kebersihan, kau harus membersihkan stadion sampai debu pun enggan menempel.
ADVERTISEMENT
Dan kepada siapa pun yang mengerjakan tanggung jawabnya sebaik mungkin, kau harus memberi hormat.
Semangat inilah yang dinilai Collymore lenyap seiring dengan keputusan Liverpool untuk mengambil dana bantuan pemerintah tersebut. Pendapat serupa juga disuarakan oleh eks pemain Liverpool lainnya, Dietmar Hamann.
Suporter Liverpool di Liga Champions. Foto: REUTERS/Phil Noble
"Saya terkejut begitu mendengar keputusan Liverpool yang mengambil keuntungan dengan skema pembayaran 80% gaji oleh pemerintah. Skema tersebut tidak didesain demikian [menanggung gaji klub-klub besar]. Keputusan ini bertentangan dengan moral dan nilai klub yang selama ini saya kenal," tulis Hamann lewat akun media sosialnya.
Liverpool menjadi klub Premier League 2019/20 kelima yang memutuskan untuk mengambil bantuan ini. Keempat klub lain yang telah menerapkan langkah serupa adalah Tottenham Hotspur, Newcastle United, Norwich City, dan Bournemouth.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi uang tunai Rp50.000.000. Buruan daftar di sini.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten