Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sangat banyak pesepak bola yang juga biasa berselebrasi demikian tetapi Klose adalah yang paling otentik. Saat ngobrol tentang Klose dengan kawanmu, selebrasi tersebut akan menjadi salah satu topik pembicaraan. Ini mesti.
Atau begini. Silakan kamu ketik daftar selebrasi salto ikonik (back flip/front flip) di mesin pencarian, maka akan ada nama Klose di deretan teratas.
Namun, pangkal dari tiap selebrasi salto luar biasa itu adalah gol-gol dan gaya bermain yang sebetulnya biasa saja. Segalanya kian jadi paradoks karena dengan cara seperti itu, nama Klose mampu bersanding dengan para penyerang hebat di dunia.
***
Klose adalah seorang Poles --sebutan untuk orang-orang Polandia. Dia bahkan lahir di sana, di kota Opole tepatnya, pada 9 Juni 1978. Bahwa kemudian dia membela dan menetap di Jerman adalah karena ayahnya membawa Klose pindah ke negara itu.
ADVERTISEMENT
Sang ayah, Josef Klose namanya, adalah seorang pesepak bola tetapi dia sama sekali bukan pesepak bola yang hebat. Josef bahkan cuma pernah bermain di Trzecia Liga alias tingkat ketiga kompetisi sepak bola Polandia.
Klose seperti tak akan jauh dengan karier Josef. Karena, pertama, tubuhnya ringkih untuk seorang atlet. Kedua, hingga usia 21 tahun Klose masih berkutat sebagai tukang kayu dan sesekali saja bermain sepak bola untuk tim kampungnya di divisi kelima.
Sampai pengamat bakat Kaiserslautern, salah satu klub Bundesliga pada masa itu, datang dalam sebuah kunjungan tak sengaja. Karier sepak bola Klose pun berubah. Sejak saat itu dia meraih puncak dengan sangat cepat.
Pada April 2000, dia menjalani debut di Bundesliga setelah semusim bermain di tim cadangan Kaiserslautern. Musim berikutnya, dia sudah jadi pilihan utama dan mampu bikin 16 gol hingga akhir musim.
ADVERTISEMENT
Capaian itu membawa Klose bergabung dengan Timnas Jerman pada 2001. Setahun berselang, dia juga dilibatkan saat Jerman menjadi runner-up Piala Dunia 2002. Pada ajang inilah Klose kian dikenal. Dia tampil tajam dengan torehan 5 gol.
Klose tak butuh banyak gerakan dan sentuhan untuk mencetak tiap-tiap golnya. Prosesnya sekejap dan amat sederhana, khas seorang poacher tradisional. Saat kamu lengah, tiba-tiba saja dia tak terkawal, lalu mencetak gol.
Hampir semuanya terjadi dalam kotak penalti lewat sentuhan yang begitu singkat. Kadang-kadang lewat kaki kiri, kaki kanan, bisa pula lewat sundulan. Khusus di Piala Dunia tahun itu, semuanya berasal dari sundulan, salah satu kelebihan Klose.
Bertahun-tahun Klose survive dengan gaya bermain tersebut. Bersama Kaiserslautern dia mencetak 44 gol. Kala pindah ke Werder Bremen pada 2004, ketajamannya tak tergerus. Total 53 gol yang Klose cetak untuk Bremen di Bundesliga.
ADVERTISEMENT
Dari situ kian jelas status Klose sebagai pemain hebat di Jerman, terlebih dia sempat menjadi top skorer Piala Dunia 2006 dengan lima gol. Atas dasar inilah Bayern Muenchen merekrut Klose pada awal musim 2007-08.
Waktu itu, Bayern tengah terpuruk. Musim 2006-07 mereka akhiri dengan kegagalan menembus zona Liga Champions. Klose, yang didatangkan bersama Franck Ribery dan Luca Toni, diharapkan bisa tampil apik guna memberi perbaikan.
Dua nama terakhir mampu melakukannya tetapi tidak dengan Klose. Cedera jadi salah satu pangkalnya. Di sisi lain, gaya main Klose kurang cocok dengan Bayern, yang biasa mengandalkan penguasaan bola dan pergerakan yang cair.
Tatkala Louis Van Gaal datang pada 2009, pendekatan main seperti itu bahkan kian obsesif. Dia juga mematenkan skema 4-3-3 di Bayern. Dalam skema itu Klose dituntut banyak bergerak yang tentu tak sesuai dengan atributnya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya petualangan Klose terhenti dua musim berselang. Bila ditotal, dia membela Die Roten selama empat musim dan cuma bikin 24 gol di Bundesliga. Klose hengkang. Labuhan berikutnya adalah Italia dengan memperkuat Lazio.
"Itu masa yang sulit, terutama saat bekerja dengan Van Gaal. Aku tak merasa bebas. Sulit memenuhi harapannya. Dia memintaku banyak berlari, yang mana tak bisa kulakukan. Aku sudah memberi semuanya tetapi kadang itu tak cukup," kata Klose.
Sebetulnya, Klose sempat kembali tampil apik selama di Italia, tetapi kariernya di level klub sejak hengkang dari Bayern tetap bisa disebut tamat. Walau begitu, yang terjadi bersama Timnas Jerman sungguh berbeda.
Saat Jerman menjuarai Piala Dunia 2014, dia bikin dua gol. Jumlah itu menambah golnya di tiga edisi sebelumnya (2002, 2006, 2010) menjadi 16. Ini sekaligus melewati catatan Ronaldo 'Brasil' (15 gol) sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Catatan tersebut sayangnya tak menjadi tajuk utama kala itu karena terjadi pada kemenangan 7-1 bersejarah Jerman atas Brasil. Di sisi lain, seperti sebagian besar golnya selama ini, Klose melakukannya dengan cara sederhana, bahkan cenderung biasa saja.
Dia tak seperti Ronaldo yang mampu menggiring dari tengah lapangan dan bisa bikin gol dalam situasi apa saja. Bukan pula macam Gerd Mueller, pemilik 14 gol Jerman di Piala Dunia, yang dianggap sebagai predator sejati.
Perbedaan inilah yang kemudian membuat orang-orang seakan tak peduli.
Dalam tulisannya di Zonal Marking, analis sepak bola Michael Cox lantas menggambarkan situasi yang dialami Klose saat mencatatkan rekor tersebut sekaligus membela sang pemain dengan kalimat seperti ini:
"Ada sejumlah orang yang menganggap remeh Klose karena mendapatkan catatan itu, seolah-olah menganggap bahwa striker yang sederhana tidak berhak atas status demikian... tetapi memang seperti itulah Klose."
ADVERTISEMENT
"Dia tidak punya kemampuan apa-apa selain mencetak gol, link-up-nya rata-rata, dia tidak cepat, juga tidak terlalu tinggi. Dia hanya hebat dalam mencari posisi terbaik, dan bisa menyelesaikan peluang dengan tenang."
Sebelum mengakhiri, ada satu kisah menarik tentang Klose. Saat membela Bremen pada 2005, Klose mendapat penalti karena wasit menganggapnya dilanggar oleh lawan. Namun, dia menolak karena merasa tak dilanggar.
Kisah serupa terjadi pada 2012 saat dia mencetak gol ke gawang Napoli. Masalahnya, bola sempat mengenai tangan Klose terlebih dahulu. Wasit sudah mengesahkannya tetapi Klose mengaku bahwa memang terjadi handball. Gol pun urung disahkan.
Klose banjir puja-puji. Sementara pemain lain melakukan segala cara untuk mencetak gol, Klose justru bertindak demikian. Tindakan itu kemudian dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Namun, menurut Klose, sih, biasa-biasa saja. Itu sesuatu yang memang seharusnya dilakukan semua orang. Ini normal.
ADVERTISEMENT
“Penghargaan ini adalah kehormatan besar tetapi juga sedikit membuatku sebal. Bersikap sportif adalah sikap yang harus selalu kita pegang di lapangan dan aku akan terus melakukannya," kata Klose suatu kali.
Klose pensiun pada 2016. Setelah itu dia mulai fokus menekuni dunia kepelatihan. Sempat melatih Bayern U-17 dan berhasil menjuarai Bundesliga South/Southwest pada 2019, dia diangkat menjadi asisten pelatih per Juli mendatang.
Entah Klose bakal kembali menjalankan tugas itu dengan cara biasa saja atau bagaimana. Namun, Hansi Flick, pelatih Bayern, memprediksi Klose akan menjadi aset luar biasa bagi staf kepelatihan timnya di masa depan.
"Aku sudah mengenal Miro sejak lama dan sangat paham bahwa dia orang yang loyal. Dia punya kepribadian dan kemampuan sosial yang luar biasa. Saya pikir dia bisa menjadi aset bagi tim pelatih kami nantinya," tutur Flick.
ADVERTISEMENT
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!