Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Siapa pun yang membicarakan Waropen, tidak bisa berhitung mundur terlalu lama. Kabupaten Waropen baru terbentuk setelah pemekaran Yapen Waropen pada 2003. Sebelumnya, Waropen masih menjadi bagian dari Kepulauan Yapen.
ADVERTISEMENT
Waropen dengan Botawa sebagai ibu kotanya berlokasi di wilayah tengah Papua. Jaraknya cukup jauh dari kota-kota di Papua Barat, seperti Sorong dan Manokwari. Waropen juga jauh dari ibu kota Papua, Jayapura, yang berlokasi di ujung timur Papua.
Meski begitu, bukan berarti tak ada kisah yang lahir dari Waropen. Lokasi Waropen yang dekat dengan laut (terutama daerah Waropen Bawah), menjadikan kabupaten ini kaya akan hutan bakau.
Persoalannya, tinggal di hutan bakau bukan perkara mudah. Tanah yang gembur membuat rumah sulit berdiri. Oleh karena itu, warga kampung pesisir Waropen umumnya membangun rumah di area yang lebih tinggi.
Itulah sebabnya perkampungan yang didaratkan (tidak dibangun di atas hutan bakau) banyak ditemukan di daerah yang lebih tinggi, seperti Masirei dan Waropen Atas. Salah satunya, Kampung Urei Faisey.
ADVERTISEMENT
Kondisi geografis membuat orang-orang Waropen akrab betul dengan hutan bakau, pegunungan, dan sungai. Jalur transportasi yang lebih menantang sudah menjadi makanan sehari-sehari. Karena jalan beraspal baik hanya tersedia di sekitar Botawa, moda transportasi air menjadi sarana hilir-mudik para penduduk.
Warga Waropen Atas dan Masirei harus menyeberang Sungai Mamberamo dulu agar bisa menjual hasil Bumi di Waropen Bawah. Dari Waropen Bawah, hasil Bumi itu akan dijual di Serui.
Kapal bermesin 60-80 PK menjadi sarana mengangkut barang, menempuh perjalanan tiga jam menuju Serui di Pulau Yapen. Akses transportasi yang sulit membuat harga kebutuhan pokok menjadi mahal, bahkan bisa sampai dua kali lipat jika dibandingkan dengan di Serui.
Tumbuh di kondisi alam yang keras membuat sebagian orang Waropen bermental baja. Setidaknya, itulah yang tercermin dari tim sepak bola mereka, Persewar, yang sedang berjuang menembus divisi teratas kompetisi sepak bola di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Persewar adalah anak muda di ranah sepak bola Indonesia. Usia mereka baru 14 tahun setelah berdiri pada 2005. Bandingkan dengan Persipura Jayapura yang berdiri sejak 1963.
Tak heran jika Persewar belum menorehkan prestasi cemerlang. Mulai berkompetisi sejak 2005, prestasi tertinggi yang pernah ditorehkan tim berjuluk 'Mutiara Bakau' itu adalah peringkat 4 Divisi I pada 2011/12.
Ketika itu, Divisi 1 merupakan level ketiga kompetisi sepak bola Indonesia. Tapi, Persewar memang lebih sering berkutat di Divisi 3 dan Divisi 2.
Saat kompetisi kembali bergulir pada 2017 setelah PSSI lepas dari sanksi FIFA, Persewar tidak langsung naik ke Liga 1. Mereka memulai perjalanan dari Liga 3. Berhasil menjuarai Liga 3 Zona Papua pada 2017, Persewar gagal melangkah ke Liga 2 2018 karena duduk di peringkat empat Grup A Liga 3 Nasional.
ADVERTISEMENT
Tapi, salah besar jika mengira Persewar patah arang. Kembali berkompetisi di Liga 3 pada 2018, mereka mempersiapkan diri lebih baik, terutama ketika memasuki Zona Nasional.
Di zona Papua, Persewar menjadi runner up. Meski tidak menjuarai Zona Nasional, Persewar mulai membuktikan eksistensi. Mereka sanggup bersaing dengan Persik, Persatu, dan Celebest FC di babak delapan besar. Sayangnya, perjalanan Persewar belum bisa sampai ke final Liga 3 karena menduduki peringkat ketiga.
Meski begitu, ini bukan perjalanan yang mengecewakan. Tim yang masuk tiga besar dari masing-masing grup berhak lolos ke Liga 2. Pencapaian ini tentu menjadi penanda baru bagi perjalanan Persewar.
Lain Liga 3, lain Liga 2. Itulah sebabnya, Persewar melakukan sejumlah perubahan dalam skuat. Dilatih Carolini Ivakdalam, Persewar mendatangkan sejumlah pemain berpengalaman: Mulai dari Victor Pae, Marco Kabiay, Moses Bonggo, hingga Isaac Wanggai.
ADVERTISEMENT
Tidak cukup sampai di situ. Masih ada Oktavianus Maniani dan Elie Aiboy. Familiar dengan nama pertama? Tentu saja. Okto Maniani adalah pemain yang turut membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2010.
Bermaterikan pemain-pemain apik, Persewar tampil mengejutkan di Liga 2 2019 Wilayah Timur. Persewar menorehkan 11 poin hasil dari tiga kemenangan, dua hasil imbang, dan satu kekalahan dalam enam laga.
Persewar kini duduk di puncak klasemen Liga 2 2019 Wilayah Timur. Itu berarti, Persewar tak cuma sanggup bersaing dengan Bogor Sulut United FC dan PSIM Yogyakarta. Posisi Persewar juga lebih baik ketimbang Persik Kediri yang datang dengan gelar juara Liga 3 2018. Tak heran jika Persewar diprediksi bakal menjejak ke Liga 1 musim depan.
ADVERTISEMENT
Diunggulkan atau tidak, ada banyak persoalan yang mesti dituntaskan Persewar. Pertama, bagaimana menjaga penampilan supaya tetap oke meski kini berstatus sebagai tim musafir.
Persewar selama ini biasa bermarkas di Stadion Marora, Serui. Namun, renovasi demi menyambut PON 2020 di Papua membuat Persewar 'pindah rumah' untuk sementara ke Stadion Untung Suropati, Pasuruan, Jawa Timur.
Kedua, jalan mereka di Liga 2 masih panjang. Selepas babak wilayah, mereka harus lolos ke babak 8 besar. Setelah itu, mereka mencapai babak semifinal dan minimal meraih peringkat tiga Liga 2 2019 agar bisa mentas di Liga 1. Itu belum ditambah dengan tim-tim kuat seperti Persik, Mitra Kukar, Persiba Balikpapan, Persis Solo, maupun Martapura FC yang siap mengadang.
ADVERTISEMENT
Ya, begitulah jalan Persewar. Melakoni tidak semudah memprediksi. Namun, jika hutan bakau dan pegunungan saja bisa ditembus, bukannya tidak mungkin jalan terjal menuju Liga 1 bisa ditaklukkan.