Piala AFF 2012: Ketika Timnas Indonesia Berada di Persimpangan

31 Oktober 2018 18:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
ADVERTISEMENT
Tim Nasional sebuah negara acap menjadi gambaran dari kondisi sepak bola negara itu sendiri. Hal ini yang tercermin di tubuh Timnas Indonesia yang berlaga di ajang Piala AFF 2012.
ADVERTISEMENT
Pada ajang Piala AFF 2012, Timnas Indonesia menurunkan skuat yang sedikit berbeda. Alih-alih berisikan nama-nama yang menjadi langganan, Piala AFF 2012 justru menghadirkan nama-nama baru. Mereka merupakan para pemain yang merumput di Indonesia Premier League (IPL).
Sosok-sosok macam Handi Ramdhan, Fachruddin Aryanto, Wahyu Wijiastanto, Samsul Arif, Wahyu Tri Nugroho, M. Taufiq, Vendry Mofu, M. Rachmat serta Cornelius Geddy mengisi skuat Timnas Indonesia kala itu. Ada juga sosok Andik Vermansah, Irfan Bachdim serta beberapa pemain naturalisasi macam Raphael Maitimo, Tonnie Cusell dan Jhon van Beukering yang mengisi skuat Indonesia.
Lalu, ke manakah sosok-sosok langganan Timnas Indonesia itu? Apa yang terjadi sebelumnya sehingga para pemain ini gagal membela Indonesia?
***
Kisaran 2012, kondisi sepak bola Indonesia masuk kepada titik nadir. Dualisme kepengurusan yang terjadi di tubuh PSSI berpengaruh besar terhadap kekuatan Timnas Indonesia yang akan berlaga di ajang Piala AFF 2012. Para pemain terbaik hampir tak ada yang membela Indonesia di ajang tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada 2012 silam, PSSI terbelah karena adanya dua kompetisi yang berjalan di Indonesia, yakni IPL dan Indonesia Super League (ISL). Sempat dianggap sebagai kompetisi tidak resmi, justru pada 2012, IPL dianggap sebagai kompetisi resmi dan ISL justru berbalik menjadi kompetisi yang tidak resmi.
Sontak, klub-klub ISL pun melakukan pemberontakan. Caranya, mereka tetap menjalankan roda kompetisi meski tidak diakui secara sah. Klub-klub ISL menganggap bahwa PSSI sudah mengubah sistem kompetisi dengan mengabaikan statuta PSSI. Mereka juga membuat organisasi tandingan bernama KPSI (Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia).
Kisruh ini membuat persiapan Indonesia jelang Piala AFF 2012 jadi tidak maksimal. Nilmaizar yang ditunjuk sebagai pelatih tidak bisa memanggil para pemain terbaik. Pemain yang tampil di ISL diancam oleh klubnya agar tidak turun membela Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bendera Indonesia di Bukit Jalil pada 2012. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Indonesia di Bukit Jalil pada 2012. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
Ancamannya tidak main-main. Diputus kontrak adalah salah satu ancamannya jika para pemain berani membela Timnas Indonesia di ajang Piala AFF. Hanya Bambang Pamungkas (Persija) dan Oktavianus Maniani (Persiram) yang berani melawan aturan tersebut.
Alhasil, Nilmaizar hanya bisa mengandalkan para pemain di IPL yang minim pengalaman internasional. PSSI tidak tinggal diam. Untuk menambah kekuatan skuat, mereka melakukan proses naturalisasi terhadap tiga pemain yakni Raphael Maitimo, Tonnie Cusell dan Jhon van Beukering. Harapannya, ketiadaan para pemain langganan bisa tertutupi dengan keberadaan tiga pemain naturalisasi ini.
Berangkatlah Timnas ke Malaysia, tempat mereka menjalani laga-laga fase grup Piala AFF 2012. Di sinilah masalah demi masalah itu terlihat. Berantakannya skuat Timnas Indonesia membuat mereka tidak mampu berbuat banyak. Mereka kelimpungan, bahkan ketika menghadapi tim yang levelnya di bawah mereka.
ADVERTISEMENT
Bertanding melawan Laos di laga pertama, hasil imbang 2-2 menjadi skor akhir. Hasil imbang ini bahkan diraih dengan susah payah lewat gol Mofu di menit-menit akhir setelah sampai menit ke-90, Indonesia tertinggal 1-2 dari Laos, yang sukses mencuri gol lewat torehan Khampheng Sayavutthi dan Keoviengphet Liththideth.
Hasil imbang di laga perdana membuat harapan tidak terlalu besar hadir kala Indonesia menjalani laga kedua melawan Singapura. Berisikan pemain-pemain macam Khairul Amri, Shahril Ishak, Baihakki Khaizan, Shi Jia-yi, dan juga Daniel Bennett, Indonesia tidak diprediksi meraih kemenangan. Namun, saat tak dibebani ekspektasi, Indonesia justru tampil luar biasa.
Menghadapi Singapura, Indonesia menunjukkan permainan apik. Mereka mampu menahan Singapura yang acap merepotkan. Malah, Timnas Indonesia sukses keluar sebagai pemenang via gol tunggal yang dicetak Andik melalui tendangan bebas pada menit ke-88. Harapan Indoonesia untuk melaju lebih jauh kemudian muncul.
ADVERTISEMENT
Namun, harapan tinggal harapan. Sialnya, mereka harus menghadapi tuan rumah Malaysia. Dua gol yang dicetak oleh Mohd Akil Azamuddin dan Mahali Jasuli pada babak pertama, membuat Indonesia harus pulang lebih cepat. Menyamai pencapaian pada Piala AFF 2007 yang juga gagal lolos dari fase grup.
***
Setelah kejadian di ajang Piala AFF 2012 tersebut, dualisme PSSI masih terjadi sampai sekira akhir tahun 2012, sebelum akhirnya pada tahun 2013, usaha-usaha untuk menyatukan PSSI dan KPSI dimulai. Puncaknya, pada Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar Maret 2013, dihadiri juga oleh perwakilan FIFA, ISL dan IPL bersatu.
Dari sepanjang perhelatan Piala AFF, edisi 2012 mungkin menjadi yang terkelam setelah tragedi sepak bola gajah pada Piala Tiger 1998. Kelam karena Timnas Indonesia tak bisa diperkuat putra-putra terbaik bangsa.
ADVERTISEMENT