Piala Dunia 2010: Saat Maradona Memilih Pemain Berdasarkan Mimpi

7 Juni 2018 8:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maradona saat melatih Argentina. (Foto: AFP/Alejandro Pagni)
zoom-in-whitePerbesar
Maradona saat melatih Argentina. (Foto: AFP/Alejandro Pagni)
ADVERTISEMENT
Mungkin, jika dirinya diberi kesempatan, Diego Armando Maradona akan memilih untuk tidak menerima tawaran melatih Tim Nasional (Timnas) Argentina di Piala Dunia 2010. Masalahnya, sebagai pelatih, Maradona terbukti sama sekali tidak kompeten.
ADVERTISEMENT
Salah satu bukti inkompetensi Maradona itu adalah keputusannya memanggil Ariel Garce. Siapa Garce dan mengapa dia tidak layak dipanggil akan dijelaskan di bawah. Sebelum itu, marilah kita membahas perjalanan Argentina secara keseluruhan di Piala Dunia 2010.
Pada turnamen yang digelar di Afrika Selatan tersebut, Argentina memang berhasil melaju sampai ke babak perempat final. Akan tetapi, pada fase grup dan babak 16 besar, Argentina tidak pernah menghadapi tim yang punya reputasi mentereng.
Di fase grup, Argentina keluar sebagai juara dengan hasil sempurna. Tiga kali main, tiga kali pula mereka menang. Namun, jika Argentina sukses menang atas Nigeria, Korea Selatan, dan Yunani, itu sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar serta tidak perlu dibangga-banggakan.
ADVERTISEMENT
Lalu, di babak 16 besar, Meksiko berhasil disikat. Well, Meksiko memang sebenarnya tidak jelek-jelek amat, tetapi tim berjuluk El Tri tersebut adalah spesialis tersingkir di babak 16 besar. Jadi, kalaupun Argentina menang, itu juga tidak mengejutkan.
Kualitas sebenarnya dari Argentina baru terlihat ketika mereka bertemu Jerman di perempat final. Menghadapi sesama mantan juara dunia, Argentina tak berkutik dan harus menyerah dengan skor telak 0-4.
Luluh lantaknya Argentina di tangan Jerman itu sebenarnya hanyalah merupakan pucuk dari gunung es yang ada. Maksudnya, di balik kekalahan itu, tersimpan segudang masalah yang utamanya datang dari Maradona sendiri. Salah satu keputusan Maradona yang membuat publik garuk-garuk kepala adalah keputusannya untuk mencoret Esteban Cambiasso dan Javier Zanetti dari skuat. Padahal, dua orang itu berhasil membawa Internazionale juara Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Keputusan nyeleneh Maradona cuma itu. Di skuatnya, sosok berjuluk El Pibe de Oro (si Anak Emas) itu menyertakan sejumlah nama yang, well, tidak semestinya ada. Sebagai contoh, ada nama Juan Sebastian Veron dan Martin Palermo di sana. Jika Maradona melakukan itu pada Piala Dunia 2002, misalnya, publik takkan bertanya-tanya. Namun, pada 2010 itu Veron dan Palermo sudah berusia masing-masing 35 dan 36 tahun.
Kendati demikian, disertakannya Veron dan Palermo itu belum seberapa anehnya. Palermo, misalnya, mampu menjustifikasi pemanggilan tersebut dengan sebiji gol yang disarangkannya ke gawang Yunani. Sementara, Veron biar bagaimanapun adalah figur senior yang dihormati pemain-pemain lain.
Martin Palermo (tengah) dan Juan Veron (kanan). (Foto: AFP/Daniel Garcia)
zoom-in-whitePerbesar
Martin Palermo (tengah) dan Juan Veron (kanan). (Foto: AFP/Daniel Garcia)
Yang kemudian menjadi masalah besar adalah pemanggilan Garce. Jika Anda tidak familiar dengan nama ini, jangan khawatir karena Anda tak sendirian.
ADVERTISEMENT
Garce adalah seorang pemain yang hobi pindah-pindah klub. Sampai pensiun pada 2014 lalu, pemain kelahiran Tandil itu sudah bermain untuk delapan klub berbeda. Namun, puncak karier pemain satu ini sebenarnya telah dia raih saat membela River Plate di awal-awal karier profesionalnya. Bahkan, saat berseragam River itulah Garce dipanggil ke Timnas oleh pelatih Marcelo Bielsa.
Setelah itu Garce meredup. Pada 2010 itu, dia sedang memperkat Colon dan catatannya pun tidak impresif karena klubnya itu hanya mampu finis di urutan ke-13.
Garce beruntung karena Maradona saat itu sebenarnya kesulitan untuk meracik tim yang pas. Sejak ditunjuk pada 2008, pria kelahiran 30 Oktober 1960 itu sudah memanggil lebih dari 100 pemain untuk diuji. Garce adalah salah satunya. Dia pun diberi kesempatan untuk tampil saat Argentina meladeni Haiti.
ADVERTISEMENT
Garce (kanan) di Piala Dunia 2010. (Foto: AFP/Javier Soriano)
zoom-in-whitePerbesar
Garce (kanan) di Piala Dunia 2010. (Foto: AFP/Javier Soriano)
Akan tetapi, selain laga melawan Haiti itu, Garce tidak pernah lagi tampil untuk Argentina. Sebabnya, pemain yang lebih baik di posisi Garce memang ada banyak, termasuk Zanetti yang akhirnya dicoret tadi. Dengan rekam jejak seperti ini, apa yang membuat Maradona memutuskan untuk membawa Garce ke Afrika Selatan?
Nah, ini yang lucu. Jadi, suatu hari Maradona bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia melihat Argentina mengangkat trofi Piala Dunia untuk kali ketiga dan pada skuat juara itu, ada sosok Garce. Lebih tepatnya lagi, dari sekian banyak pemain yang merayakan gelar juara dalam mimpi itu, hanya wajah Garce yang diingat oleh Maradona. Tanpa pikir panjang, Maradona pun menyertakan pemain kelahiran 1979 tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Piala Dunia, Garce tak mendapat satu pun menit bermain. Sebagai bek tengah yang juga bisa beroperasi di sisi kanan pertahanan, Garce kalah bersaing dengan nama-nama macam Nicolas Burdisso, Martin Demichelis, dan Nicolas Otamendi. Akhirnya, nama Garce pun berakhir sebagai trivia semata; bahwa suatu kali pernah ada pemain yang dibawa ke Piala Dunia semata-mata karena sang pelatih melihatnya dalam mimpi.
Maradona sendiri akhirnya dipecat oleh Asosiasi Sepak Bola Argentina dan kemudian memilih untuk berkarier sebagai pelatih di Timur Tengah. Bersama dua klub, Al Wasl dan Fujairah, Maradona gagal total. Dengan demikian, ada satu kesimpulan yang bisa ditarik dari sini. Sebaiknya, Maradona tidak usah melatih lagi saja.