Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Piala Dunia 2018: Benjamin Pavard, Masa Kini dan Masa Depan Prancis
17 Mei 2018 3:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Namanya mungkin tidak terlalu dikenal. Apalagi, dia membela VfB Stuttgart , klub yang tidak kelewat tenar di kancah persepakbolaan Eropa. Namun, setidaknya, dia punya kans untuk diperhitungkan masuk skuat Tim Nasional (Timnas) Prancis . Dia adalah Benjamin Pavard.
ADVERTISEMENT
Timnas Prancis mendapatkan berita duka. Jelang perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia, Juni sampai Juli nanti, mereka harus kehilangan salah satu pemain kunci mereka, Laurent Koscielny. Pemain berusia 32 tahun itu harus absen di ajang Piala Dunia karena cedera tendon "achilles" yang didapatnya usai membela Arsenal di laga semifinal Liga Europa melawan Atletico Madrid .
Dengan cederanya Koscielny ini, berarti masih ada satu slot di posisi bek yang bisa diperebutkan oleh pemain-pemain lain. Apalagi Didier Deschamps, pelatih Tim Nasional (Timnas) Prancis, mengungkapkan bahwa dia akan menahan pengumuman 23 nama yang akan dia bawa ke Prancis sampai perhelatan final Liga Europa usai. Tujuannya, agar pemain-pemainnya fokus menghadapi ajang tersebut.
Seiring dengan cederanya Koscielny, serta waktu pengumuman yang sedikit lebih lama, nama-nama pengganti untuk pemain yang pernah membela FC Lorient ini mulai menyeruak ke permukaan. Salah satu dari nama yang diperbincangkan sebagai pengganti Koscielny ini adalah Benjamin Pavard.
ADVERTISEMENT
Namun, apa memang Pavard, yang masih berusia 22 tahun ini, cocok sebagai pengganti Koscielny?
***
Pada musim 2016/2017, Pavard mengambil keputusan yang cukup unik. Alih-alih berpindah ke tim yang berada di level kompetisi tertinggi, Pavard, yang sebelumnya membela Lille, justru hijrah ke Stuttgart yang ketika itu masih berkompetisi di 2. Bundesliga.
Berdasarkan saran mantan pemain Lille yang juga pernah membela Stuttgart, Matthieu Delpierre, Pavard pun pindah ke Jerman. Sempat mengalami inkonsistensi di musim pertama, Pavard cepat belajar dan akhirnya mampu beradaptasi dengan sepak bola Jerman. Di bawah asuhan Hannes Wolf, Pavard berkembang menjadi salah satu bek terbaik Bundesliga .
Selain mengantarkan Stuttgart promosi ke Bundesliga pada musim 2017/2018, Pavard juga tampil ciamik membela Stuttgart di ajang Bundesliga 2017/2018.
ADVERTISEMENT
Tampil penuh dalam 34 laga untuk Stuttgart di Bundesliga, Pavard menorehkan statistik bertahan yang cukup mumpuni, yakni rataan tekel sebanyak 1,6 kali per laga, rataan intersep sebanyak 2,1 kali per laga, dan rataan sapuan sebanyak 5,4 kali per laga.
"Benjamin dapat tumbuh menjadi pemain yang baik karena atribut-atribut yang dia miliki. Dia baik di udara, memiliki kemampuan antisipasi yang baik, cepat, serta kemampuan umpan yang akurat," ujar jurnalis Kicker, George Moissidis, dilansir ESPNFC.
"Dia senang membangun permainan dari belakang dan kerap mengirimkan umpan yang pas kepada rekan-rekannya. Tentu saja, di usianya yang masih muda, dia beberapa kali membuat kesalahan. Tapi, dia semakin dewasa dan semakin fantastis," tambahnya.
Selain pujian dari Moissidis, Pavard juga mendapat pujian dari jurnalis asal media Jerman yang lain, Stefan Rommel. Jurnalis yang biasa meliput Stuttgart ini menyebut bahwa Pavard memiliki kemampuan yang sama seperti Franz Beckenbauer.
ADVERTISEMENT
"Kaki kanan Pavard adalah emas. Dia bahkan kerap disamakan dengan Franz Beckenbauer karena kebiasaannya maju ke depan dan membagikan bola. Di Jerman, cara main yang lembut, kasual, dan pintar ini disebut Laessigkeit."
"Ini semacam menjadi kemampuan yang tak bisa dipelajari, dan sudah bersemayam dalam diri pemain. Beckenbauer adalah pemilik mutlak gaya Laessigkeit ini, dan Benjamin, sepertinya juga memilikinya," ungkap Rommel.
***
Pavard sadar bahwa dia banjir pujian. Dia juga tahu ada potensi yang bersemayam dalam dirinya, yang mulai terlihat oleh orang di sekitar. Oleh karenanya, dia mulai berani mengidentikkan diri dengan legenda Prancis, Lillian Thuram. Ini karena ketika dipanggil oleh Deschamps, dia acap ditempatkan sebagai bek sayap kanan.
"(Lillian) Thuram bermain sebagai bek tengah di klub dan bek kanan di Timnas (Prancis). Apa salahnya jika kelak saya punya karier sepertinya?" ujar Pavard.
ADVERTISEMENT
Namun, di usianya yang masih muda seperti ini, Pavard tak perlu buru-buru. Meski kelak dia tidak masuk skuat Piala Dunia 2018, dia masih punya kesempatan di turnamen-turnamen yang lain. Intinya, dengan kehadiran sosok Pavard ini, setidaknya Prancis memiliki pilihan lain untuk lini belakang, kini dan nanti.