Prancis vs Belgia: Duel Eropa Rasa Afrika

10 Juli 2018 8:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Prancis nyantikan lagu kebangsaan. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Prancis nyantikan lagu kebangsaan. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
ADVERTISEMENT
Afrika memang tak punya satu pun wakil di babak semifinal Piala Dunia 2018. Mesir, Maroko, Tunisia, Senegal, dan Nigeria sudah sejak jauh hari telah angkat kaki dari Rusia. Namun, bukan berarti mereka sama sekali alpa.
ADVERTISEMENT
Satu laga semifinal yang mempertemukan Prancis versus Belgia justru berwarna Afrika sekali. Dua negara itu boleh saja merupakan wakil Eropa, tetapi jika ditelaah lebih jauh, partai nanti bisa terlihat seperti duel dua negara Afrika.
Mengapa? Tentu saja karena pemain-pemain yang mengisi skuat kedua kesebelasan. Saat ini, hampir 50% dari 23 pemain yang berada dalam skuat kedua negara tersebut punya darah Afrika. Mereka adalah imigran yang kebetulan (atau secara sengaja) punya paspor Belgia dan Prancis.
Para pemain Belgia menyanyikan lagu kebangsaan. (Foto: REUTERS/Murad Sezer)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Belgia menyanyikan lagu kebangsaan. (Foto: REUTERS/Murad Sezer)
Di kubu Belgia misalnya, Romelu Lukaku punya darah Kongo yang kental. Sementara Vincent Kompany juga lahir dari ayah yang memiliki kewarganegaraan Kongo. Hanya saja, karena keduanya tumbuh besar di Belgia, jadilah mereka tak membela Tim Nasional Kongo.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak hanya dua pemain itu yang punya darah Kongo. Youri Tielemans, Michy Batshuayi dan Dedryck Boyata pun juga memiliki darah Kongo. Ini memang tak lepas dari membludaknya imigran Kongo ke Belgia selepas Perang Dunia II.
Selain para pemain tersebut, Marouane Fellaini dan Nacer Chadli punya darah Maroko dari orang tua mereka. Sementara Mousa Dembele punya darah Mali dari sang ayah, hingg Kevin de Bruyne yang merupakan keturunan Burundi. Mereka-mereka itu merupakan wajah Afrika di skuat Belgia.
Di Prancis juga tak kalah banyak. Kylian Mbappe misalnya, punya darah Kamerun dari sang ayah dan darah Aljazair dari sang ibu. Namun, dia justru menjadi andalan Prancis. Pun dengan rekan-rekannya yang lain, yang punya darah Afrika, tetapi menyanyikan lagu kebangsaan Prancis sebelum laga dimulai.
ADVERTISEMENT
Mbappe ketika membela Prancis. (Foto: REUTERS/Emmanuel Foudrot)
zoom-in-whitePerbesar
Mbappe ketika membela Prancis. (Foto: REUTERS/Emmanuel Foudrot)
Sebut saja ada Presnel Kimpembe, Steve Mandanda, hingga Steven N'Zonzi yang memiliki darah Kongo karena alasan berbeda-beda. Ada pula N'Golo Kante, Djibril Sidibe, hingga Ousmane Dembele yang merupakan keturunan Mali. Atau Benjamin Mendy yang memiliki orang tua asal Senegal.
Belum lagi ada sang megabintang, Paul Pogba, yang merupakan keturunan Guinea. Blaise Matuidi yang punya darah Angola, Corentin Toliso yang punya orang tua berkebangsaan Togo, hingga Nabil Fekir yang merupakan keturunan Aljazair.
Prancis memang multikultural dan bukanlah hal baru bahwa tim nasional mereka dihuni oleh banyak imigran asal Afrika. Toh, keberhasilan mereka merengkuh gelar Piala Dunia untuk pertama kali pada 1998 juga tak lepas dari pengaruh pemain-pemain keturunan Afrika dalam skuatnya.
ADVERTISEMENT
Dan di Saint Petersburg Stadium, Rabu (11/7/2018) pukul 01:00 dini hari WIB mendatang, kita akan melihat duel Eropa dengan rasa Afrika. Atau sebaliknya, duel Afrika rasa Eropa.
Lantas, jika kemudian satu di antara kedua negara ini jadi kampiun di Rusia, bolehkah kita mengiyakan kata-kata Pele yang menyebut bahwa akan ada negara Afrika yang bisa menjadi juara Piala Dunia?