Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pratinjau: Benteng Kokoh Juventus vs Agresivitas Real Madrid
2 Juni 2017 17:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Final Liga Champions 2017 antara Juventus vs Real Madrid merupakan final ideal. Dikatakan ideal karena kedua kesebelasan merupakan penguasa liga di negerinya masing-masing musim ini.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, pertarungan keduanya mewakili esensi dari sepak bola itu sendiri, yakni pertahanan yang kokoh dan lini serang yang produktif. Simak catatan berikut: dari 12 kali tampil di Liga Champions musim ini, Juventus baru kebobolan 3 kali sedangkan Madrid telah mencetak 32 gol.
Sudah siap untuk menyaksikan final ideal ini? Sebelum itu, simak pratinjau dari kami di kumparan (kumparan.com) ini.
***
Juve adalah representasi paling nyata dari Timnas Italia saat ini. Mereka memiliki anugerah berupa sekumpulan pria-pria tangguh pada diri Gianluigi Buffon, Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, dan Andrea Barzagli. Tak sekadar berkualitas, mereka juga diberkahi kekompakan. Wajar, lini belakang Juve nyaris tak ada perubahan sejak musim 2011/2012.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui Juve sudah lekat dengan format tiga bek sejak dibesut Antonio Conte. Tak dapat dipungkiri jika pelatih yang kini menangani Chelsea tersebut mewariskan skuat dan pakem yang komplrt kepada Massimiliano Allegri. Namun, Allegri-lah yang kemudian menyempurnakannya dengan ramuan tambahan —atau lebih tepatnya keberanian untuk mengubah standar lewat formasi 4-2-3-1 yang kini lebih intens dipakai.
Tentu formasi dasar hanya di atas kertas, sementara di lapangan akan terjadi berbagai kemungkinan pergantian taktik. Kekuatan terkuat dari Juve adalah kecairan yang mereka miliki. Dengan kata lain, Paulo Dybala dkk. bisa bermain lebih variatif dan adaptatif pada gaya seperti apapun. Kuncinya ada pada pemain yang bisa bermain multi-posisi dan transisi yang mulus.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Dani Alves dan Alex Sandro jelas menjadi faktor penting dalam skema Allegri. Kedua pemain tersebut bisa berperan sebagai wing-back maupun full-back. Tak bisa disangkal, Alves layak jadi sorotan. Pasalnya, pemain yang direkrut secara cuma-cuma dari Barcelona itu telah mencetak 3 gol dan 2 assist dari 5 laga terakhir. Tentu saja Alves tidak hanya andal dalam menyerang, tapi juga bertahan. Hal itu terbukti dari kesuksesannya mematikan Neymar saat Juve menyingkirkan Barcelona di babak perempat final.
Sementara itu, di lini depan, Dybala dan Gonzalo Higuain jelas menjadi sosok penting. Nama yang disebut terakhir bertugas sebagai algojo sementara Dybala adalah trequartista yang siap muncul dan mengeksploitasi lubang yang tercipta di pertahanan Madrid.
ADVERTISEMENT
Selain itu Juve masih memiliki Mario Mandzukic —pemain yang sejauh ini tampil ciamik sebagai defensive forward. Menurut WhoScored, Mandzukic tercatat telah melakukan 1,6 tekel per laga dari 10 pertandingan yang diakoninya di Liga Champions, setara dengan torehan Bonucci yang berposisi sebagai bek tengah.
***
Jika Juve adalah benteng kokoh yang dibangun demi mengurung trofi "Si Kuping Besar", maka Madrid adalah panah api yang berhamburan menerjangnya. Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Isco adalah senjata utama mereka. Nama yang disebut terakhir jadi pilihan jika Gareth Bale tak jadi diturunkan sebagai starter.
Di samping itu mereka masih mempunyai Toni Kroos dan Luka Modric yang mampu muncul dari second line sebagai opsi serangan tambahan. Ini masih ditambah agresivitas Sergio Ramos dan Marcelo. Jangan lupakan juga Álvaro Morata, James Rodriguez, Lucas Vázquez, dan Marco Asensio yang bisa menjadi pembeda dari bangku cadangan.
ADVERTISEMENT
Keistimewaan Zinedine Zidane dalam memimpin Madrid adalah bagaimana membuat Madrid tak hanya nampak seperti Ronaldo seorang. Formasi dasar 4-3-3 yang dipakai Zidane sebenarnya bukan hal baru. Pakem tersebut telah diipakai Carlo Ancelotti untuk menjuarai Liga Champions edisi 2013/2014. Namun pelatih keturunan Aljazair itu lebih jeli dalam memaksimalkan potensi dari Modric dan Kroos di lini tengah.
Di samping itu, Zidane juga tidak menganggap umpan lambung sebagai hal yang tabu untuk menjadi opsi meruntuhkan pertahanan lawan. Jika tak percaya, tengok saja Bayern Muenchen dan Atletico yang "habis" via duel udara oleh mereka.
Skema tersebut akan mubadzir jika tak didukung oleh pengumpan jitu. Beruntungnya, Zidane memiliki Modric dan Kroos yang keabsahan umpannya sulit ditampik. Selain itu, lini tengah Madrid juga diudukung oleh para pemain yang kreatif. Isco dan James bisa jadi opsi kedua bila Kroos atau Modric mengalami kebuntuan.
ADVERTISEMENT
***
Juventus diprediksi akan bermain seperti saat mereka menjamu Barcelona di babak perempat final lalu. Kelihaian dalam mengatur tempo dan transisi sempurna akan jadi kunci Juve untuk memenangi duel di laga ini. Kemungkinan besar Madrid akan mengeksploitasi sisi sayap Juve ketimbang membongkarnya lewat tengah.
Tak ayal, Alves bakal memegang peran vital di laga kali ini karena selain menjadi opsi alternatif dalam menyerang, dia juga diprediksi bisa meredam Marcelo yang eksplosif. Sektor belakang Juve sebenarnya telah teruji kala sukses menjinakkan AS Monaco. Tapi kali ini kuallitasnya tentu berbeda. Madrid memiliki Ronaldo yang mahir dalam menciptakan ruang dan punya penyelesaian akhir oke.
Sedangkan "plan B" Madrid adalah menggebrak via kreativitas lini tengah yang mereka punya. Secara materi, Los Blancos unggul. Selain Modric dan Kroos, mereka masih memiliki Isco, James, dan Mateo Kovacic.
ADVERTISEMENT
Tapi perlu diingat, Juve tak cuma mengandalkan pemain bertahannya yang mumpuni dalam melakukan aksi defensif, tapi nyaris seluruh pemainnya mampu melakukan aksi defensif. Sekali lagi, transisi (dari bertahan ke menyerang atau sebaliknya) akan jadi faktor vital bagi Juve untuk menang.