Pro-Agresi Turki? Sila Angkat Kaki dari St Pauli

15 Oktober 2019 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera anti fasisme suporter Sankt Pauli. Foto: AFP/John MacDougall
zoom-in-whitePerbesar
Bendera anti fasisme suporter Sankt Pauli. Foto: AFP/John MacDougall
ADVERTISEMENT
Kecaman demi kecaman diterima Turki menyusul serangan yang mereka lancarkan kepada milisi Kurdi di Suriah sejak 10 Oktober 2019 silam. Tercatat, sejauh ini 560 milisi Kurdi sudah tewas akibat aksi ofensif tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada kurang lebih 30 juta orang Kurdi yang tinggal di berbagai negara di Timur Tengah, termasuk Turki dan Suriah sendiri. Meski jumlahnya besar, orang-orang Kurdi ini tidak memiliki negara sendiri.
Pemerintah Turki sendiri menganggap bahwa milisi Kurdi di Suriah itu sebagai organisasi teroris. Mereka khawatir para milisi tersebut bekerja sama dengan gerakan separatis Kurdi yang ada di Turki.
Atas alasan itulah agresi dilancarkan. Pemerintah Turki berkeinginan memukul mundur para milisi Kurdi tadi agar menjauh dari perbatasan Suriah-Turki.
Milisi Kurdi yang ada di Suriah sendiri sebelumnya menjadi salah satu pemain utama dalam pertempuran melawan ISIS. Dalam upayanya itu mereka mendapat sokongan dari militer Amerika Serikat.
Namun, setelah ISIS kalah perang, Amerika Serikat pun menarik pasukannya dari Suriah. Ketiadaan pasukan Amerika Serikat ini dimanfaatkan militer Turki untuk menyerang para milisi Kurdi tadi.
ADVERTISEMENT
Serangan sepihak terhadap Suriah ini membuat Turki digoyang kritik dari sana-sini. Bahkan, sanksi ekonomi sudah dijatuhkan kepada rezim Recep Tayyip Erdogan. Namun, Istanbul bergeming.
Efek dari serangan ini pun pada akhirnya sampai ke sepak bola. Akibat pernyataan dukungannya terhadap serangan ke Suriah itu, pesepak bola Turki, Cenk Sahin, dipecat oleh klub Jerman, St Pauli.
Pada Jumat (11/10/2019) lalu Sahin menulis di Instagram, "Kami bersama para tentara yang heroik. Doa kami menyertaimu!"
Unggahan Sahin itu saat ini sudah dihapus. Namun, pihak St Pauli telanjur mengetahui keberadaannya. Tindakan pun diambil. Klub yang akrab dengan gerakan sayap kiri itu langsung merumahkan Sahin.
"Sahin sudah dibebaskan dari tugas berlatih dan bermainnya. Faktor utama di balik pembuatan keputusan ini adalah sikapnya yang tidak sejalan dengan nilai-nilai klub," tulis St Pauli dalam pernyataan resminya.
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2018 lalu St Pauli pernah secara tegas menyatakan dukungan terhadap pesepak bola Deniz Naki yang merupakan suporter kemerdekaan Kurdi.
Naki, pria Jerman berdarah Kurdi itu, sempat mendapatkan teror akibat sikap politisnya. Ketika tengah melintas di Autobahn A4 dekat perbatasan Belanda, mobil Naki ditembaki orang tak dikenal.
Kala itu Naki berstatus sebagai pemain klub divisi dua Turki, Amed SK. Tak lama sesudahnya, dia dijatuhi larangan bermain di Turki selama tiga tahun oleh Federasi Sepak Bola Turki.
St Pauli sendiri menyatakan dukungan dengan meminta para pemainnya mengenakan jersi bertuliskan nama Naki saat memasuki lapangan Stadion Millerntor.
Sebagai klub berhaluan kiri, St Pauli memang punya sikap politis yang tegas. Di klub asal Hamburg itu, tidak ada tempat untuk diskriminasi, fasisme, serta militerisme. Nilai itulah yang telah dilanggar oleh Sahin.
ADVERTISEMENT
Suporter Sankt Pauli di Stadion Millerntor. Foto: AFP/Patrik Stollarz
Beda Cenk, Beda Sikap
Sahin bukan satu-satunya Cenk yang menyatakan dukungan terhadap serangan Turki ke Suriah tadi. Striker Everton, Cenk Tosun, pun melakukan hal serupa lewat akun Instagram-nya.
Unggahan Tosun ini sempat menuai kontroversi lain di Jerman karena ada dua pemain Timnas Jerman berdarah Turki yang kedapatan menyukainya. Mereka adalah Ilkay Guendogan dan Emre Can.
Dalam unggahan itu Tosun menulis, "Untuk negara kami, terutama mereka yang sedang mempertaruhkan nyawa demi negara." Kata-kata itu menyertai foto Tosun, bersama sejumlah pemain Turki, sedang melakukan hormat.
Setelah mendapat kritik akibat menyukai pada unggahan tersebut, Guendogan langsung mengeluarkan respons. Kata pemain Manchester City itu, dia tak bermaksud memberi dukungan pada serangan militer Turki.
ADVERTISEMENT
"Aku langsung membatalkan like itu ketika menyadari bahwa unggahan tadi bermuatan politis. Percayalah, setelah apa yang terjadi pada tahun lalu, aku tak mau membuat pernyataan politik apa pun," kata Guendogan.
"Waktu itu aku cuma merasa senang karena mantan rekanku di Timnas Jerman U-21 berhasil mencetak gol kemenangan," tambahnya.
Pemain-pemain Timnas Turki, termasuk Cenk Tosun (9), merayakan gol dengan hormat bagi militer negaranya. Foto: Reuters/Huseyin Aldemir
Kasus tahun lalu yang dimaksud Guendogan adalah ketika Mesut Oezil mengunggah foto bersama Presiden Turki Erdogan. Masalah itu akhirnya jadi bola salju yang berujung pada pensiunnya Oezil dari Timnas Jerman.
Adapun, Can mengaku tidak sengaja memberikan like ketika sedang melihat-lihat linimasa Instagram-nya. Pemain Juventus itu menambahkan bahwa dia menentang segala jenis perang.
Tak seperti apa yang terjadi pada Oezil, kali ini dukungan diberikan otoritas sepak bola Jerman kepada Guendogan dan Can, termasuk dari Joachim Loew. "Kalau kamu mengenal dua pemain itu, kamu akan tahu mereka menentang perang dan teror," ucap Loew.
ADVERTISEMENT
Manajer umum Timnas Jerman, Oliver Bierhoff, menimpali, "Banyak pemain di dunia ini menyukai unggahan tersebut dan kamu tak bisa serta merta mengasosiasikan mereka dengan perang dan teror."
Adapun, menyoal serangan Turki ke Suriah itu, sikap resmi Pemerintah Jerman sendiri sudah jelas. Pada Minggu (13/10) Kanselir Angela Merkel telah meminta Erdogan untuk segera menghentikan serangan. Namun, hasilnya nihil.