Pussy Riot Bertanggung Jawab atas Invasi Lapangan di Final Piala Dunia

16 Juli 2018 0:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Invasi lapangan di final Piala Dunia. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Invasi lapangan di final Piala Dunia. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Selain teciptanya enam gol dan keluarnya Prancis sebagai juara dunia untuk kali kedua, final Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Minggu (15/7/2018) malam WIB, juga diwarnai sebuah invasi lapangan. Band punk anti-Vladimir Putin, Pussy Riot, mengklaim pertanggungjawaban atas aksi tersebut.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu terjadi saat babak kedua memasuki menit ke-12. Ketika itu, Prancis baru saja mendapat peluang emas berkat akselerasi Kylian Mbappe-Lottin dari sayap kanan. Peluang itu sendiri berhasil digagalkan dengan baik oleh kiper Kroasia, Danijel Subasic.
Tak sampai semenit usai peluang Mbappe itu, tiba-tiba saja empat orang dengan kostum putih-hitam khas polisi Rusia berlari memasuki lapangan. Dua di antaranya adalah perempuan, sementara dua lagi adalah pria. Mereka semua adalah anggota Pussy Riot, seperti yang mereka klaim lewat unggahan di laman Facebook.
Keempat penginvasi lapangan itu memang tidak berada lama di lapangan. Dengan sigap, steward yang bertugas mampu mengamankan serta menggiring mereka dari lapangan.
Seorang penginvasi lapangan melakukan tos dengan Kylian Mbappe. (Foto: Reuters/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang penginvasi lapangan melakukan tos dengan Kylian Mbappe. (Foto: Reuters/Darren Staples)
Kendati demikian, para penginvasi itu bukannya tidak sempat berbuat apa-apa. Salah seorang perempuan penginvasi lapangan sempat melakukan tos dengan Mbappe yang pada laga ini mencetak satu gol. Sementara, seorang penginvasi pria terlibat cekcok dengan bek Kroasia, Dejan Lovren.
ADVERTISEMENT
Bukan kebetulan jika para anggota Pussy Riot itu mengenakan kostum polisi. Pasalnya, lewat aksi tersebut mereka memang menuntut agar para polisi tidak lagi menjadi alat untuk merepresi warga. Tak berselang lama setelah aksi itu dilakukan, Pussy Riot merilis sebuah pernyataan yang berisi lima tuntutan, yakni:
1. Bebaskan semua tahanan politik.
2. Jangan jebloskan orang ke penjara demi popularitas di media sosial.
3. Hentikan penangkapan ilegal di protes-protes politik.
4. Berikan kesempatan untuk terciptanya kontestasi politik di Rusia.
5. Jangan mengada-adakan kasus kriminal dan menahan orang tanpa sebab.
Dejan Lovren mencekik penginvasi lapangan di final Piala Dunia. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Dejan Lovren mencekik penginvasi lapangan di final Piala Dunia. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Bagi Pussy Riot, aksi ini jelas bukan yang pertama. Pada 2012 lalu, mereka meraih ketenaran lewat sebuah aksi anti-Putin di Katedral Kristus sang Juru Selamat di Moskow. Aksi itu berujung pada penangkapan tiga anggota band.
ADVERTISEMENT
Adapun, berdasarkan laporan Reuters, setidaknya salah seorang penginvasi lapangan, Olga Kurachyova, saat ini sedang ditahan di sebuah kantor polisi di Moskow. Sementara, jurnalis Moscow Times, Kevin Rothrock, menyebut bahwa ketiga penginvasi lapangan lainnya, Pyotr Verzilov, Olga Pakhtusova, dan Nika Nikulshina, juga sudah diamankan polisi.