news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Real Madrid dan Lopetegui: Drama, Drama, Drama

30 Oktober 2018 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekecawaan Lopetegui di laga Barcelona vs Real Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Kekecawaan Lopetegui di laga Barcelona vs Real Madrid. (Foto: REUTERS/Albert Gea/File Photo)
ADVERTISEMENT
Sedari awal, cerita Real Madrid dan Julen Lopetegui dibangun dari drama dan berujung dengan drama pula.
ADVERTISEMENT
Ketika Zinedine Zidane memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai pelatih, 31 Mei lalu, Florentino Perez tidak bisa menyembunyikan kegetirannya. Presiden Los Blancos itu hadir di konferensi pers dengan wajah kecut, seolah ditinggal kekasih ketika sedang sayang-sayangnya.
Pada konferensi pers itu, Perez berulang kali memegangi wajahnya, sementara dahinya penuh kerut. Di sebelahnya, duduk Zidane. Ia tampil necis: Jas biru tua dan sweter turtleneck membuat pria asal Prancis tersebut makin elegan.
Beberapa hari sebelumnya, ia mempersembahkan trofi Liga Champions ketiganya untuk klub yang hampir sepanjang musim dikabarkan bakal mendepaknya. Hari itu, Zidane menuju pintu keluar sebagai pemenang.
Perez stres. Menurut kabar, sang patron baru tahu kalau Zidane ingin mundur sehari sebelum konferensi pers. Pada saat itu, ketetapan hati Zidane sudah tidak bisa diubah. Tinggallah Perez memilah-milah siapa yang bisa dijadikan pengganti.
ADVERTISEMENT
Nama-nama pelatih seperti Antonio Conte, Arsene Wenger, Guti Hernandez, hingga Mauricio Pochettino langsung masuk bursa. Namun, Perez menjatuhkan pilihan kepada Lopetegui. Di sinilah drama dimulai.
Lopetegui, yang saat itu masih menjabat sebagai pelatih Timnas Spanyol, sesungguhnya baru menandatangani perpanjangan kontrak selama dua tahun dengan La Furia Roja. Dengan begitu, Lopetegui diharapkan bisa fokus menangani tim untuk Piala Dunia 2018.
Namun, ketika Madrid datang mengetuk, Lopetegui membukakan pintu. Negosiasi berlangsung cepat, pria berdarah Basque itu tahu-tahu saja sudah menyepakati kontrak berdurasi tiga tahun dengan El Real.
Yang jadi masalah, negosiasi ini berjalan di belakang Timnas Spanyol. Kubu Madrid baru memberitahu RFEF, federasi sepak bola Spanyol, setelah kesepakatan mereka dengan Lopetegui. Presiden RFEF, Luis Rubiales, terkejut. Ia berang bukan main.
ADVERTISEMENT
Rubiales sempat meminta pengumuman Lopetegui sebagai pelatih anyar Madrid ditunda. Namun, Madrid menolak. Hanya beberapa hari sebelum perhelatan Piala Dunia, Madrid membeberkan kepada khalayak bahwa Lopetegui akan jadi pelatih mereka yang baru.
Ekspresi Julen Lopetegui usai Madrid dibantai Barcelona. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Julen Lopetegui usai Madrid dibantai Barcelona. (Foto: REUTERS/Albert Gea)
Kekesalan Rubiales memuncak. Menganggap Lopetegui tidak punya etika, ia lantas mendepaknya dari jabatan pelatih Timnas Spanyol. Bagi Spanyol, yang hendak menggapai target menjadi juara dunia, kabar tersebut terbilang mengejutkan.
Spanyol kehilangan pelatih kepala mereka hanya dua hari sebelum laga perdana melawan Portugal. Asisten Lopetegui, Fernando Hierro, ditunjuk sebagai suksesor. Namun, Hierro tidak bisa berbuat banyak. Dua hari adalah waktu yang terlampau sedikit untuk melakukan perombakan atau mempersiapkan gaya anyar untuk tim.
Pada akhirnya, Lopetegui pergi dan Spanyol hancur. Langkah mereka terhenti di babak 16 besar setelah disingkirkan tuan rumah, Rusia, lewat adu penalti. Sementara pada konferensi pers perdananya sebagai pelatih Madrid, Lopetegui mengaku tidak menyesali keputusannya.
ADVERTISEMENT
Cobaan datang manakala megabintang Madrid, Cristiano Ronaldo, memutuskan hengkang ke Juventus pada bursa transfer musim panas. Sebagai pengganti, Madrid ‘hanya’ mendatangkan Mariano Diaz —yang langsung diberi kostum nomor 7. Kelak, keputusan Madrid ini dikritik oleh ayah Lopetegui, Jose Antonio.
“Cristiano Ronaldo betul-betul bagus. Apakah dia sombong? Kita semua punya kelemahan, tapi dia bisa bikin 50 gol semusim. Madrid kehilangan dirinya. Mereka kehilangan seorang pencetak gol ulung. Setelahnya, mereka tidak membeli satu pun pengganti,” ujar Jose Antonio seperti dilansir The Independent.
“Ada kabar bahwa mereka berniat menggaet Neymar dan lain-lain, tapi tidak ada satu pun yang datang. Mereka telah mencuri 50 gol dari anak saya,” lanjutnya.
Kehilangan Ronaldo memang menjadi salah satu masalah Madrid. Namun, pada awalnya, Madrid-nya Lopetegui tidak mengalami masalah. Sebagai pelatih, ia berbeda dengan Zidane. Jika Zidane kerap menekankan keunggulan individual, Lopetegui adalah percaya bahwa tim harus berjalan di bawah sistem yang tepat.
ADVERTISEMENT
Keyakinan Lopetegui itu membuat Madrid melaju kencang di awal musim. Dengan piawai, ia mengoperasikan formasi 4-3-3 yang cair dan 4-2-3-1 yang kokoh sesuai kebutuhan. Pelatih berusia 52 tahun ini juga sempat membuat Madrid menjadi tim yang kolektif. Rata-rata penguasaan bola Madrid menyentuh persentase 64%, jauh melebihi torehan rezim Zidane yang cuma mencapai 56% musim lalu.
Julen Lopetegui memberikan Sergio Ramos instruksi. (Foto: Ints Kalnins/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Julen Lopetegui memberikan Sergio Ramos instruksi. (Foto: Ints Kalnins/Reuters)
Namun, menurunnya performa sejumlah pemain plus rentetan cedera —dan ketiadaan plan B menghadapi ini semua— berujung kehancuran. Kekalahan 1-5 dari Barcelona di Camp Nou, Minggu (28/10), menjadi paku terakhir pada peti mati Lopetegui.
Kekalahan tersebut merupakan kekalahan kelima dalam tujuh pertandingan terakhir di lintas ajang. Tidak ada ampun buat Lopetegui. Pada Selasa (30/10) dini hari WIB, ia dipecat oleh manajemen Madrid.
ADVERTISEMENT
Kini, Madrid ditangani oleh pelatih interim, Santiago Solari, dan hanya punya waktu dua minggu untuk menentukan pengganti. Nama-nama itu muncul lagi: Conte, Pochettino, Wenger, tapi tidak ada Guti kali ini. Nasi sudah menjadi bubur, Madrid-nya Lopetegui sudah kadung hancur lebur.
Perez pun dijadikan kambing hitam. Pundit asal Spanyol, yang juga merupakan eks pemain Barcelona, Marc Crosas, menyimpulkannya dengan jitu: “Apa Florentino tidak sadar? Dalam rentang empat bulan, ia telah menghancurkan Timnas Spanyol dan tim terbaik Madrid sepanjang sejarah.”
Ouch.