Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Satu gol indah Mario Mandzukic tidaklah cukup buat Juventus. Pasalnya, Real Madrid punya tiga --plus satu lagi yang dicetak di ujung laga oleh Marco Asensio. Madrid menang 4-1 atas Juventus dan merengkuh trofi Liga Champions ke-12 mereka.
ADVERTISEMENT
Pertandingan final di Stadion Millennium, Cardiff, Wales, Minggu (4/6/2017) dini hari WIB, berjalan menarik. Juventus mendominasi jalannya 10 menit pertama pertandingan dan mendapatkan 2 attempts on target hanya dalam waktu empat menit. Tetapi, gol Cristiano Ronaldo pada menit ke-20 sempat membuat fokus mereka buyar.
Jika Anda menyebut gol Mandzukic --yang merupakan gol pertama Juventus pada laga ini-- indah karena dicetak lewat sebuah tendangan salto --dan diawali oleh long pass brilian Leonardo Bonucci--, sesungguhnya gol Ronaldo pada menit ke-20 juga tak kalah indah. Pressing gencar Juventus selama 10 menit pertama dibalas begitu saja lewat sebuah gol text book yang, meskipun sederhana, tetapi begitu mematikan.
[Baca Juga: Live Feed Final Liga Champions dari kumparan ]
ADVERTISEMENT
Ronaldo dengan jeli mengirim operan pendek ke sisi kanan, tempat Dani Carvajal berlari masuk ke ruang kosong, sebelum Carvajal melepaskan umpan tarik kembali ke arah Ronaldo. Yang disebut terakhir pun tinggal melepaskan sepakan terarah.
Kendati begitu, Juventus sempat membalas, ya lewat gol salto Mandzukic pada menit ke-27 itu. Gol tersebut sempat membuat momentum La Vecchia Signora kembali lagi.
Yang menarik dari gol Mandzukic bukan cuma sepakan salto pemain asal Kroasia itu saja, tetapi juga fakta bahwa setelah long pass brilian Bonucci dilepaskan, bola tidak menyentuh tanah sama sekali. Setelah lima sentuhan dari tiga orang pemain, bola langsung dihantamkan begitu saja oleh Mandzukic ke arah gawang Keylor Navas.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, babak pertama berjalan imbang. Dua gol cantik di paruh pertama laga ini, membuat semua orang --apalagi para penonton netral-- merasa disuguhi tontonan yang menyenangkan.
Kebangkitan Madrid di babak kedualah yang mengakhiri semuanya. Juventus gagal menghentikan permainan direct yang diperagakan Madrid. "Si Nyonya Tua" berulang kali memilih untuk melepaskan operan, yang kebanyakan tidak akurat, alih-alih berlari dan mengeksploitasi ruang.
Imbasnya, Madrid dengan mudah merebut bola dan melakukan serangan balik. Di luar itu, kualitas individu-individu Madrid betul-betul menjadi pembeda.
Gol-gol dari Casemiro (61'), Ronaldo (64'), dan Asensio (90') mengakhiri semuanya. Madrid pun jadi tim pertama setelah AC Milan yang mampu mempertahankan gelar juara Liga Champions (dulu European Cup).
Casemiro mencetak gol yang juga tidak kalah indah. Melihat bola datang ke hadapannya, ia langsung melepaskan sepakan keras. Padahal ia jauh berada di luar kotak penalti. Bola sepakannya sempat membentur Sami Khedira sebelum akhirnya masuk ke dalam gawang Gianluigi Buffon.
ADVERTISEMENT
Dua gol Madrid lainnya, dengan diselingi drama antara Juan Cuadrado dan Sergio Ramos --di mana Cuadrado mendorong Ramos dan Ramos tampak seperti berakting--, menunjukkan betapa tidak siapnya barisan pertahanan Juventus terhadap kecepatan pergerakan-pergerakan pemain Madrid.
Ronaldo mencetak gol ketiga Madrid setelah memotong umpan cutback Luka Modric. Tidak ada yang menjaganya karena Giorgio Chiellini tidak siaga untuk menutup pergerakannya. Sementara gol keempat, yang dicetak Asensio, yang juga diawali umpan cutback, memperlihatkan banyak pemain Juventus tidak langsung mengambil posisi setelah tendangan bebas Ronaldo membentur pagar betis.
Tidak ada yang menyangka Juventus bisa kebobolan empat gol di final seperti ini. Pasalnya, sejak fase grup hingga semifinal, mereka hanya kebobolan tiga gol saja.
ADVERTISEMENT
Yang lebih memilukan, tentu saja, adalah melihat ekspresi Gianluigi Buffon. Dengan usia yang sudah 39 tahun, Buffon amat mengidam-idamkan trofi Liga Champions yang belum pernah diraihnya. Tapi itu tidak terjadi malam ini.
Cerita soal benteng kokoh dan sulitnya gawang Buffon dibobol betul-betul tidak berarti malam ini. Ketika kebobolan gol ketiga, Buffon baru membuat satu penyelamatan. Ini layak menjadi malam yang dilupakan olehnya.
Apapun itu, Madrid betul-betul layak menjadi juara. Selain mendapatkan trofi ke-12, mereka juga menjadi tim pertama setelah AC Milan yang berhasil mempertahankan trofi juara Liga Champions.