Robbie Williams dan Tudingan 'Menjual Jiwa' di Piala Dunia 2018

13 Juni 2018 16:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kritik untuk Robbie Williams di Piala Dunia 2018. (Foto: Oli SCARFF / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kritik untuk Robbie Williams di Piala Dunia 2018. (Foto: Oli SCARFF / AFP)
ADVERTISEMENT
Sepak bola dan politik memang tidak bisa dipisahkan, sekeras apa pun upaya kedua kubu untuk saling menjaga jarak. Jelang penampilannya di upacara pembukaan Piala Dunia 2018 yang bakal digelar satu jam menjelang laga pembuka yang mempertemukan tuan rumah Rusia dengan Arab Saudi, pada Kamis (14/6/2018), Robbie Williams dibanjiri kritik.
ADVERTISEMENT
Kepastian penyanyi asal Inggris itu untuk tampil di upacara pembukaan Piala Dunia muncul di laman resmi FIFA. Dalam pengumuman tersebut, Robbie Williams bahkan mengajak seluruh pencinta musik dan sepak bola untuk bergabung dalam acara tersebut.
"Saya sangat senang dan bersemangat untuk berangkat ke Rusia dan terlibat dalam sebuah pertunjukan yang unik. Ada banyak hal yang sudah saya lakukan selama berkarier, dan bernyanyi di pembukaan Piala Dunia yang dihadihi oleh 80.000 penggemar di stadion dan jutaan penonton di televisi adalah mimpi masa remaja saya."
"Kami mengundang pencinta sepak bola dan musik untuk berpesta bersama kami di Rusia, di dalam stadion, ataupun dengan lewat siaran televisi, untuk menyaksikan penampilan yang tidak akan dapat dilupakan."
ADVERTISEMENT
Ada satu frasa menarik dalam pengumuman tersebut: berpesta bersama kami di Rusia (dalam Bahasa Inggrisnya, ia menulis: to party with us in Russia). Pada 2016, Robbie Williams menulis dan merilis lagu berjudul Party Like the Russian yang mendapat kecaman di Rusia. Kecaman tersebut didapat Robbie karena lagunya tersebut dianggap sebagai sindiran kepada praktik oligarki di pemerintahan Rusia.
Sindiran ini bahkan sudah terlihat di lirik pembuka: "It takes a certain kind of man with a certain reputation to alleviate the cash from a whole entire nation" dan "subcontract disputes to some brutes in Louboutin, act highfalutin' while my boys put the boots in."
Beberapa politikus dan aktivis Inggris mengecam Robbie Williams karena keputusannya untuk ikut tampil di upacara pembukaan Piala Dunia 2018 tersebut. Terlebih, karena hubungan diplomasi kedua negara memanas akibat kasus upaya pembunuhan yang ditujukan kepada Kolonel Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, pada Maret 2018 lalu. Keduanya dipastikan terkena dampak dari zat kimia yang merusak fungsi otak saat berada di pusat perbelanjaan di wilayah Salisbury, Inggris Selatan.
ADVERTISEMENT
Theresa May yang menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris angkat bicara soal kasus Skripal. Ia menuding Rusia sebagai dalang dari percobaan pembunuhan tersebut. Tudingan May berlanjut kepada pengusiran 23 orang diplomat Rusia untuk Inggris pada 14 Maret 2018.
May menilai bahwa diplomat hanyalah kedok. Bagi May, mereka adalah mata-mata Rusia yang memakai topeng diplomat. Apa yang terjadi di Salisbury menjadi salah satu hal yang mereka upayakan selama ini. Rusia pun mengusir 23 diplomat Inggris dari Rusia dan menutup British Council pada 17 Maret 2018 sebagai aksi balasan.
Ada dua alasan yang mendasari tudingan tersebut. Pertama, soal zat kimia yang digunakan itu sendiri. Dilansir The Guardian, zat kimia yang ditemukan tadi merupakan zat yang pernah dikembangkan di Uni Soviet sekitar tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Penelitian mengenai zat mematikan tersebut dilakukan di sebuah laboratorium yang juga menjadi pusat pengembangan dan penelitian sains di Salisbury, Porton Down. Hasilnya, zat ini tergolong sebagai 'military-grade poisons'.
Yang kedua, status Skripal di Rusia. Sebelum tinggal di Inggris, Skripal merupakan anggotan badan intelijen Rusia. Tahun 2004, Badan Intelejen Rusia menangkap Skripal atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Ia dinilai membocorkan rahasia negara kepada Inggris. Proses hukum Skripal berlanjut pada tahun 2006. Di tahun ini, lewat sebuah peradilan rahasia, ia diganjar hukuman 13 tahun penjara.
Lantas, Inggris menjadi rumah selanjutnya bagi Skripal. Begitu mendapat pengampunan, ia memilih hengkang dan tinggal di Inggris.
May tak hanya menuding dan memulangkan 23 diplomat Rusia di Inggris. Melalui pernyataannya di konferensi pers, May menegaskan, tak akan ada perwakilan pembesar Inggris di Piala Dunia 2018, “Tak akan ada kehadiran dari kementerian atau anggota keluarga kerajaan di ajang Piala Dunia 2018 di Rusia. Pemerintah Rusia bersalah atas percobaan pembunuhan itu.”
ADVERTISEMENT
Salah satu sosok yang paling lantang mengkritik keputusan Robbie Williams tadi adalah Bill Browder. Adapun, Browder dikenal sebagai kepala kampanye keadilan untuk Sergei Magnitsky. Membicarakan Magnitsky, maka kita harus memutar ingatan pada tahun 2009. Dan pembicaraan tentang Browder tak akan bisa dilepaskan dari gelarnya sebagai musuh nomor satu Vladimir Putin.
Browder adalah sosok kunci di belakang Undang-Undang Magnitsky, yang menggiring pejabat Rusia yang terlibat penipuan, penggelapan pajak, pelanggaran hak asasi manusia, dan praktik korupsi lainnya ke penjara. Undang-Undang Magnitsky diadopsi di tujuh negara, termasuk Amerika Serikat pada tahun 2012.
Latihan Timnas Inggris di St. George Park. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Latihan Timnas Inggris di St. George Park. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Undang-undang Magnitsky diambil dari nama Sergei Magnitsky, auditor dan pengacara Rusia yang meninggal di penjara Moskow dalam tugasnya bersama Browder. Dia ditahan terkait investigasi skandal dana investasi Hermitage Capital Management, perusahaan asing terbesar di Rusia.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya, Browder pun sampai diusir dari negara Rusia pada tahun 2005. Kala itu, Magnitsky bersaksi bahwa pejabat Kremlin terlibat dalam kasus korupsi senilai 230 juta dolar karena mencuri pajak negara. Magnitsky meninggal pada November 2009, 11 bulan setelah ia dijebloskan ke penjara.
Dalam kritikan yang disampaikan lewat akun Twitter-nya, Browder menyebutkan bahwa keputusan Robbie Williams untuk menerima tawaran tampil di Piala Dunia sama dengan menjual jiwa kepada diktator. Dalam cuitannya tersebut, Browder juga menyebutkan nama-nama aktivis Rusia yang kematiannya dikaitkan dengan kritik mereka kepada Putin.
"Ada banyak cara untuk menghasilkan uang, Robbie Williams. Namun, menjual jiwamu sendiri tidak pantas untuk diperhitungkan. Anda benar-benar memalukan. Pesan ini juga mewakili Sergei Magnitsky, Boris Nemtsov, Anna Politkovskaya, Natalia Estimirova, para korban MH17, 10.000 tentara Ukraina yang tewas."
ADVERTISEMENT
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Kritikan juga datang dari Anggota Parlemen Inggris yang dikenal sebagai aktivis buruh, Stephen Doughty. Katanya, ia cukup terkejut dengan keputusan Robbie Williams ini. Pasalnya, di negaranya sana, sang penyanyi juga dikenal sebagai salah satu aktivis yang lantang menyuarakan hak-hak manusia.
"Adalah mengejutkan dan mengecewakan untuk mendengar bahwa seniman Inggris sebesar Robbie Williams, yang juga merupakan rekan kampanye-kampanye hak azasi manusia dan komunitas LGBT, setuju untuk dibayar oleh pihak Rusia dan FIFA untuk menyanyi di pembukaan Piala Dunia."
"Saat pesawat-pesawat jet Rusia mengebom warga sipil di Suriah, pemerintah Rusia meracuni orang di jalanan Inggris, saat mereka mempersekusi komunitas LGBT di Chechnya dan tempat lainnya, satu-satunya pertanyaan saya adalah: Apakah Robbie akan menyuarakan isu-isu ini di penampilannya nanti?"
ADVERTISEMENT
Dalam penampilannya itu, Robbie Williams akan berduet dengan penyanyi sopran asal Rusia, Aida Garifullina. Sementara, Ronaldo de Lima dikabarkan juga akan mengambil bagian di upacara pembukaan itu. Menyoal kritik yang dialamatkan padanya, lewat juru bicaranya, Robbie Williams memilih untuk menolak menyampaikan komentar apa pun.