Ronaldo Sudah Oke, Bagaimana dengan Juventus Sendiri?

7 Januari 2020 12:48 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cristiano Ronaldo dengan selebrasi khasnya. Foto: Reuters/Massimo Pinca
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo dengan selebrasi khasnya. Foto: Reuters/Massimo Pinca
ADVERTISEMENT
Hingga pertengahan November lalu Cristiano Ronaldo tampak seperti bukan dirinya sendiri. Pergerakannya di lapangan tidak seperti biasa. Lesu, mudah terbaca, dan tidak mengancam.
ADVERTISEMENT
Inilah yang kemudian membuat hubungan Ronaldo dengan pelatihnya di Juventus, Maurizio Sarri, terlihat memanas. Dalam dua laga, melawan Lokomotiv Moskva dan Milan, Ronaldo selalu ditarik sebelum peluit panjang.
Ronaldo pun merespons itu dengan gusar. Dia tampak kesal saat diganti dan, bahkan, kabarnya sampai langsung meninggalkan stadion setelah diganti di menit ke-55 pada pertandingan melawan Milan.
Sarri ketika itu berujar bahwa Ronaldo sedang mengalami masalah pada lututnya dan jika itu benar, penurunan sang pemain bisa dipahami. Akan tetapi, yang jadi soal adalah apa yang terjadi sesudahnya.
Setelah pertandingan melawan Milan itu, Ronaldo dipanggil memperkuat Timnas Portugal. Bukannya meredup, pria 34 tahun itu malah bersinar makin terang. Dalam dua pertandingan, dia bisa mencetak empat gol.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela jeda internasional itu, Ronaldo juga menegaskan bahwa dirinya baik-baik saja. Kontradiksi pernyataan dari dirinya dan Sarri itu lantas memunculkan tanya: Ada apa dengan Ronaldo di Juventus?
Cristiano Ronaldo dan Maurizio Sarri berselisih paham saat Juventus berhadapan dengan Lokomotiv Moskva. Foto: Reuters/Maxim Shemetov
Well, pertanyaan itu kini sudah terjawab. Faktanya adalah tidak ada apa-apa dengan Ronaldo di Juventus. Sesudah jeda internasional, dia mengakui bahwa dia memang kurang fit dan berjanji untuk segera mengembalikan performa.
Hasilnya, dalam delapan pertandingan terakhir—lima di antaranya di Serie ARonaldo mampu mencetak sembilan gol dan satu assist. Puncaknya adalah ketika Juventus menghadapi Cagliari, Senin (6/1/2020) malam WIB.
Juventus menang 4-0 dalam pertandingan itu dan semua gol lahir berkat kontribusi Ronaldo. Tak cuma menorehkan trigol, eks bintang Manchester United itu juga mencatatkan satu assist buat Gonzalo Higuain.
ADVERTISEMENT
Ronaldo pun jadi pemain Portugal pertama yang bisa mencatatkan hattrick di Serie A. Selain itu, dia menjadi pemain kedua setelah Alexis Sanchez yang bisa membukukan hattrick di La Liga, Premier League, dan Serie A.
Sampai di sini, Ronaldo sudah memberi bukti yang cukup bahwa memang tidak ada apa-apa dengan dirinya. Yah, memang ada sedikit penurunan penampilan. Akan tetapi, kondisi itu merupakan barang lumrah di sepak bola. Lebih dari itu, all is well.
Cristiano Ronaldo merayakan gol ke gawang Cagliari. Foto: Reuters/Massimo Pinca
Namun, apakah itu sudah cukup? Apakah dengan membaiknya performa Ronaldo, Juventus bisa tenang-tenang saja? Apakah ini merupakan bukti bahwa sistem Sarri sudah sepenuhnya bekerja?
Tentu saja belum. Capaian Ronaldo itu bukan sesuatu yang berbanding lurus dengan penampilan Juventus secara keseluruhan. Meski demikian, harus diakui bahwa 'Si Nyonya Tua' sudah jauh lebih baik ketimbang di awal musim.
ADVERTISEMENT
Dalam pertandingan melawan Cagliari itu terlihat bahwa komunikasi antarpemain, intensitas dalam menekan, pergerakan tanpa bola, kontrol bola, dan kreativitas Juventus sudah membaik.
Akan tetapi, itu semua baru terlihat pada babak kedua. Sebelumnya, Juventus masih kesulitan menciptakan peluang bersih. Lagi-lagi, lini tengah menjadi problem karena kreativitas yang muncul dari sana belum optimal.
Pada laga itu, Juventus menurunkan Miralem Pjanic, Blaise Matuidi, Aaron Ramsey, dan Adrien Rabiot secara bersamaan. Di atas kertas, inilah komposisi terbaik dari lini tengah mereka.
Namun, para pemain tersebut tidak tampak padu karena mereka memang jarang bermain secara bersamaan. Ramsey dan Rabiot, khususnya, lebih kerap menepi karena cedera atau kondisinya tidak fit.
Aaron Ramsey (kanan) berebut bola dengan pemain Cagliari, Fabrizio Cacciatore. Foto: AFP/Marco Bertorello
Dari Ramsey dan Rabiot memang tampak percik-percik kualitas yang dibutuhkan oleh Juventus untuk mengontrol area sentral. Namun, mereka belum betul-betul menemukan 'klik' yang sempurna.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, lini tengah Juventus masih berlubang dan tak ada salahnya juga apabila mereka mendatangkan pemain baru. Terlebih, Sami Khedira mengalami cedera panjang dan Emre Can bukan sosok yang diinginkan.
Juventus masih butuh sosok pemain tengah yang tidak cuma punya kemampuan teknis bagus, tetapi juga mampu memberi suntikan energi lewat dribel serta aksi-aksi bertahan. Untuk ini, nama c bisa dikedepankan.
Namun, mendatangkan Tonali bukan urusan gampang, terutama karena untuk itu Juventus harus berhadapan dengan Massimo Cellino, Presiden Brescia yang dikenal sulit diajak bernegosiasi.
Maka, untuk sementara ini, Juventus tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki kualitas lini tengah mereka. Bianconeri hanya bisa berharap para pemain kuncinya selalu berada dalam kondisi bugar sehingga bisa terus bermain.
Sandro Tonali (kanan) dibayangi pemain Inter, Roberto Gagliardini. Foto: Brescia Calcio
Masalah tidak cuma ada di lini tengah. Di lini depan pun, terutama di sektor sayap, Juventus butuh perubahan karena Douglas Costa dan Federico Bernardeschi tidak terlampau bisa diharapkan.
ADVERTISEMENT
Costa kerap mengalami cedera, sementara Bernardeschi doyan tampil angin-anginan. Padahal, keberadaan mereka amatlah dibutuhkan untuk menjadi alternatif di kala rencana utama tidak bekerja.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Juventus sudah merekrut Dejan Kulusevski. Namun, sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat, remaja Swedia itu baru bisa memperkuat tim musim depan.
Artinya, lagi-lagi, Juventus tak bisa berbuat banyak untuk musim ini. Namun, ini sebenarnya bukan hal buruk juga karena, toh, sampai sekarang Juventus masih cukup bisa bersaing baik di Serie A maupun Liga Champions.
Selain itu, sedari awal sudah ditegaskan bahwa Juventus butuh waktu dan proses panjang untuk bisa tampil sempurna di bawah komando Sarri. Kapten Giorgio Chiellini bahkan memprediksi puncak performa Juventus baru akan tiba pada Februari.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, Juventus tidak perlu khawatir berlebihan. Kualitas pemain mereka sama sekali tidak buruk dan penampilan tim secara keseluruhan semakin membaik. Masalahnya tinggal berapa lama sampai mereka bisa sampai ke gigi lima.