Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Rp 6 Juta yang Menghancurkan Mimpi Egy Maulana Vikri ke Jepang
25 Oktober 2017 12:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Tak ada yang instan dalam hal meraih prestasi. Semuanya diperlukan kerja keras serta perjuangan tanpa kenal lelah. Begitu pula yang harus dirasakan Egy Maulana Vikri dalam merajut mimpinya menjadi pesepak bola profesional.
ADVERTISEMENT
Harus diakui, saat ini sinar Egy di atas lapangan hijau tengah terang-terangnya. Penampilan memikatnya di ajang Piala AFF U-18 membuat nama pemain 17 tahun ini meroket. Kini, Egy pun mulai menapaki untuk berkarier di Eropa.
Namun, untuk sampai kepada titik ini, tentu tak diraih Egy semudah membalikkan telapak tangan kanan. Ada perjuangan bahkan air mata yang mengiringi perjalanannya untuk menjadi pesepak bola. Sejumlah kejadian getir pun pernah dialami pengidola Lionel Messi dan Arjen Robben ini.
Salah satu pengalaman pahit yang dirasakan Egy adalah mimpinya yang hancur setelah hanya dijanjikan oleh seorang oknum pemandu bakat untuk dibawa ke Ibu Kota. Ketika itu, Egy terpilih dari seleksi yang digelar di Kota Medan. Akan tetapi, dia tak bisa berangkat setelah tak mampu membayar biaya yang disyaratkan oleh sang talent scouting yang juga pernah melatih salah satu klub Liga 1 musim ini.
ADVERTISEMENT
“Waktu itu ada seleksi untuk tim yang akan berangkat ke Jepang. Egy terpilih sama kawannya. Tapi, dia nggak bisa berangkat karena dibebani biaya Rp 6 juta. Sedangkan, orangtuanya nggak bisa membayar uang sebanyak itu,” ujar pelatih SSB Taman Setiabudi Indah (Tasbih), Mayang, ketika dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Rabu (25/10/2017).
Egy merupakan murid SSB Tasbih di kampung halamannya, Medan. Penggawa Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 itu telah berlatih di bawah didikan Mayang semenjak masih duduk di bangku TK hingga kelas 2 SMP.
“Jadi, cita-cita Egy ke Jakarta terus-terusan gagal karena harus bayar. Padahal, dia yang paling bagus. Makanya, dia sempat berhenti latihan saking kecewanya,” ucapnya.
Mayang lantas mengenang ketika Egy masih berlatih bersamanya. Menurutnya, jalan menjadi pesepak bola bagi Egy tak lepas dari peran kakak kandungnya yang telah terlebih dahulu menjadi pesepak bola.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kakak kandung Egy sempat berangkat ke Jakarta untuk mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola usia muda. Hal itu lantas membuat Egy termotivasi untuk mengikuti jejak kakaknya tersebut.
“Dari kecil, kemauannya besar sekali. Sebelum cetak gol atau peluit habis, dia belum berhenti bermain.”
“Semenjak kecil, Egy juga sudah punya visi dalam bermain bola. Sampai dia bersama timnya punya piala baling banyak di antara SSB lainnya di sini.”
“Saya berharap karier Egy bisa berlanjut profesional. Apalagi, saya dengar, dia mau ke Eropa. Kalau benar, saya pikir Egy memang pantas main di sana,” tutup Mayang.