Run, Timo, Run! Kronologi Lesatan Karier Timo Werner

10 Maret 2020 17:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timo Werner merayakan gol ke gawang Tottenham Hotspur di Liga Champions. Foto: Ikimages/AFP/Glyn Kirk
zoom-in-whitePerbesar
Timo Werner merayakan gol ke gawang Tottenham Hotspur di Liga Champions. Foto: Ikimages/AFP/Glyn Kirk
Guenther Schuh sudah mencapai paruh baya ketika pasangannya, Sabine Werner, melahirkan bayi laki-laki itu. Di usia 56 tahun, Schuh yang di masa mudanya pernah bermain sepak bola untuk klub Stuttgart Kickers akhirnya diberi keturunan.
Bayi laki-laki itu diberi nama Timo. Akan tetapi, nama belakang yang kemudian dipilih bukan Schuh, melainkan Werner, karena Guenther dan Sabine memang tidak terikat pernikahan. Hari itu, 6 Maret 1996, Timo Werner dilahirkan di Stuttgart.
Meski usianya sudah tidak muda, Schuh rupanya masih memiliki kekuatan dan kesabaran untuk menularkan ilmu sepak bola kepada putranya itu. Ketika aktif bermain dulu Schuh berposisi sebagai penyerang dan teknik-teknik untuk bermain posisi itulah yang banyak diturunkan Schuh kepada Werner.
Sepak bola pun menjadi makanan sehari-hari Werner kecil dan pada usia 6 tahun dia bergabung dengan akademi milik VfB Stuttgart, klub terbesar di kota kelahirannya yang juga merupakan salah satu raksasa Jerman.
Di akademi Stuttgart itulah Werner mengenyam pendidikan sepak bolanya secara formal. Walau demikian, bukan berarti ajaran dari sang ayah berhenti begitu saja. Oleh Schuh, ditekankan kepada Werner bahwa untuk menjadi pesepak bola top, dia harus rela bekerja ekstra keras.
Cara yang dilakukan Schuh cukup menarik. Secara rutin, Werner kecil diajaknya berlari di pegunungan. Katanya, supaya Werner punya stamina dan kekuatan fisik yang lebih baik dibandingkan pemain-pemain lainnya.
Latihan fisik yang diberikan ayahnya itu membuat Werner benar-benar menonjol di tim junior Stuttgart. Di samping teknik olah bola dan akurasi tembakan, kecepatan dan kekuatan memang menjadi senjata utama Werner muda.
Tak heran jika Werner dengan cepat bisa merangkak naik di Stuttgart. Saat usianya baru 16 tahun, dia sudah dipercaya tampil di level U-19 dan dia mampu mengemas 24 gol sepanjang musim. Tak pelak, Medali Fritz Walter—penghargaan untuk pemain muda terbaik di Jerman—pun berhasil dia gamit.
Keberhasilan itu membuat Stuttgart tak berpikir panjang lagi untuk mempromosikannya ke tim utama. Pada awal musim 2013/14, di usia yang baru menginjak angka 17, Werner sudah berstatus sebagai pemain tim senior Die Roten.
Menariknya, meski sudah berstatus sebagai profesional, Werner tetap melanjutkan studinya di sekolah menengah atas. Keputusan ini tak bisa dilepaskan dari nasihat sang ibu yang ingin agar Werner setidaknya bisa memiliki ijazah SMA.
Di SMA-nya Werner pun menjadi bocah populer. Banyak kawan yang ingin berfoto dan meminta tanda tangannya tetapi Werner selalu menolak karena baginya dia cuma murid biasa di sekolah tersebut.
Pada dasarnya, Werner memang sosok yang rendah hati. Meski begitu, Stuttgart tetap memberi perlindungan kepadanya.
Timo Werner membela Stuttgart dalam pertandingan Bundesliga melawan Borussia Dortmund. Foto: AFP/Patrik Stollarz
Alih-alih membangun kehebohan di sekitar Werner, klub yang juga mengorbitkan bintang-bintang macam Joshua Kimmich, Philipp Lahm, dan Timo Hildebrand itu selalu menunjukkan kepada publik bahwa Werner hanyalah pemain muda biasa.
Sering sekali Werner diikuti oleh kameramen klub. Akan tetapi, sang kameramen tersebut diberi tugas untuk mengambil foto Werner saat sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa seperti memasukkan tas berisi bola ke dalam bus.
Pada Agustus 2013, dalam pertandingan Liga Europa menghadapi Botev Plovdiv, Werner melakoni debut profesional di usia 17 tahun, 4 bulan, dan 25 hari. Ini membuatnya jadi pemain termuda yang pernah membela Stuttgart di ajang resmi dan rekor tersebut bertahan sampai sekarang.
Tak lama sesudah itu, rekor sebagai pemain termuda di Bundesliga dan DFB-Pokal pun menyusul. Lalu, pada Oktober 2013, Werner mencetak gol perdananya untuk Stuttgart yang sekaligus menjadikannya pencetak gol termuda dalam sejarah kompetisi.
Tak sampai di situ, pada 10 November 2013, di pertandingan menghadapi Freiburg, Werner menjadi pemain termuda yang sanggup mencatatkan dwigol (brace) di Bundesliga. Semua catatan spesial inilah yang membuat Werner seketika jadi idola baru.
Werner sendiri ketika itu tidak cuma dimainkan sebagai penyerang tengah. Karena kecepatannya, dia pun tak jarang dimainkan di sisi sayap. Ini membuat kemampuan Werner dalam mengolah bola dan melewati lawan menjadi kian terasah.
Sayangnya, potensi besar Werner itu tak mampu menyelamatkan Stuttgart dari jerat degradasi. Pada musim 2015/16, klub yang bermarkas di Mercedes-Benz Arena itu finis di urutan ke-17 Bundesliga dan harus turun ke divisi kedua.
Namun, potensi Werner itu tak luput dari pantauan Ralf Rangnick yang membawahi segala aktivitas sepak bola RasenBallsport Leipzig. Rangnick melihat Werner sebagai pemain yang cocok dengan gaya sepak bola agresif yang dibangunnya di Leipzig.
Akhirnya, berbekal uang 10 juta euro, Leipzig mengangkut Werner ke Red Bull Arena sebagai pemain termahal dalam sejarah klub tersebut. Di sinilah kemudian Werner benar-benar melesat. Di lingkungan yang mendukung, Werner tak terhentikan.
Pada musim 2015/16 itu tadi, ketika Stuttgart terdegradasi ke Bundesliga 2, Leipzig naik kelas ke Bundesliga 1. Pada musim pertamanya bermain di level tertinggi Die Roten Bullen sanggup finis sebagai runner-up dan keberhasilan itu tak bisa dilepaskan dari kontribusi Werner.
Total 21 gol berhasil diceploskan Werner dalam musim perdananya bersama Leipzig. Namanya pun kian melambung. Julukan Turbo Timo pun disematkan kepadanya lantaran dia pernah tercatat bisa berlari 100 meter hanya dalam 11,11 detik.
Werner pun kemudian dipanggil memperkuat Timnas Jerman di Piala Konfederasi 2017. Selain sukses mengantarkan Die Mannschaft sebagai kampiun, pemain bertinggi 180 cm itu juga keluar sebagai topskorer turnamen dengan torehan 3 gol bersama Leon Goretzka dan Lars Stindl.
Pada musim kedua di Leipzig, Werner tidak seproduktif musim pertama dalam ajang Bundesliga. Namun, menurunnya produktivitas di kompetisi domestik itu berhasil dia tutup dengan ketajaman di Liga Champions dan Liga Europa.
Dengan begitu, Werner masih menjadi striker terbaik Jerman dan dia kemudian jadi pilihan utama Joachim Loew di Piala Dunia 2018. Werner berhasil memenangi pertarungan dengan idola masa kecilnya, Mario Gomez, yang harus puas jadi penghangat bangku cadangan.
Sialnya, Piala Dunia 2018 itu menjadi mimpi buruk bagi Werner seiring buruknya penampilan Jerman secara keseluruhan. Untuk pertama kalinya sejak 1938 Jerman gagal lolos ke fase gugur dan Werner, bersama Mesut Oezil, jadi sasaran tembak banyak orang.
Piala Dunia 2018 itu sendiri menunjukkan kekurangan terbesar Werner. Ya, dia memang cepat, kuat, cerdas, dan punya teknik bagus. Namun, kemampuannya dalam menahan bola terbilang jelek. Menghadapi lawan yang bertahan di kedalaman, Werner kesulitan.
Kendati begitu, Werner selamat dari pembersihan pascaturnamen yang dilakukan oleh Loew. Sang penyerang dinilai sebagai pemain masa depan Jerman dan dia pun kini menjadi salah satu veteran di skuat tim nasional yang terbilang muda.
Timo Werner dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Republik Ceko. Foto: AFP/Michal Cizek
Werner pun melanjutkan penampilan apiknya bersama Leipzig. Setelah mencetak 16 gol Bundesliga musim lalu, Werner sekarang berada di puncak permainan dengan torehan 21 gol hanya dari 25 pertandingan. Itu belum termasuk 4 gol yang sudah diceploskannya di Liga Champions.
Tak heran jika Werner kini menjadi buruan banyak klub raksasa. Liverpool, Manchester United, Barcelona, Juventus, Inter Milan, Bayern Muenchen, semua pernah dikait-kaitkan dengan dirinya. Per Transfermarkt, harga pasar Werner saat ini telah menyentuh 75 juta euro.
Namun, dasarnya memang rendah hati, Werner pernah berujar bahwa dirinya belum pantas untuk bermain di klub raksasa seperti Liverpool. Menurutnya, dengan kemampuan saat ini dia merasa belum bisa bersaing dengan pemain-pemain seperti Sadio Mane, Mo Salah, dan Bobby Firmino.
Soal pantas atau tidaknya Werner bermain di Liverpool, itu harus dibuktikan secara langsung. Namun, terlepas dari itu, pernyataan Werner tadi menunjukkan sebuah keinginan untuk terus mengasah kemampuan agar bisa menjadi pemain kelas dunia.
Werner saat ini boleh saja menjalani musim yang hebat tetapi di Bundesliga sendiri ada striker-striker macam Robert Lewandowski dan Erling Braut Haaland yang masih harus dia kangkangi. Plus, dia belum bisa mempersembahkan titel apa pun untuk RB Leipzig.
Itu artinya, ada urusan yang belum selesai bagi Werner di tempatnya yang sekarang. Di usianya yang sekarang, waktu yang dia punya tidak banyak untuk bisa sampai ke tujuan. Oleh karenanya, Werner tak punya pilihan selain berlari lebih kencang lagi. Run, Timo, Run!