Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Agustus 2012, Andrew Robertson bokek berat. Kehidupannya kacau. Ia bahkan sampai curhat lewat akun Twitter pribadinya bahwa ia membutuhkan pekerjaan. Kata Robertson waktu itu, hidupnya seperti sampah.
ADVERTISEMENT
Saat itu, usia Robertson masih 18 tahun. Dia masih bermain tanpa dibayar di klub divisi tiga Liga Skotlandia, Queen's Park. Ia melakoninya sambil bekerja di stadion timnya, Hampden Park, sebagai penunggu telepon dan penjual tiket.
Tujuh tahun setelah tweet itu ditulis, Robertson tak sama lagi. Kini orang-orang mengenalnya sebagai salah satu bek kiri terbaik di dunia. Kalau dulu yang diangkatnya adalah gagang telepon, kali ini yang diangkatnya adalah trofi Liga Champions. Trofi betulan, bukan kaleng-kaleng.
Tujuh tahun setelah curhatan itu dibaca entah berapa banyak orang, Robertson mengunggah tulisan lain lewat akun Twitter dan Instagram pribadinya. Kali ini bukan omelan, bukan teriakan minta tolong.
Kali ini ia memasang dua fotonya sekaligus, berdampingan. Yang pertama adalah foto waktu ia bermain untuk tim reserve Celtics FC pada 2009.
ADVERTISEMENT
Yang kedua adalah foto saat ia mengangkat trofi Liga Champions dengan garang pada 2019. Seperti itulah cara Robertson menandai 10 tahun perjalanannya di jagat sepak bola.
"Sebenarnya saya cukup terkejut karena ada banyak orang yang berkata bahwa hidup sama saja dalam satu dekade. Bagi saya tidak seperti itu. Hidup saya dalam satu dekade terakhir ini adalah hidup yang bisa saya lihat lagi, seperti dari mana saya mulai dan di mana saya sekarang," tutur Robertson, dikutip dari laman resmi Liverpool.
Apa yang terjadi pada Robertson 10 tahun lalu mungkin membuat banyak orang paham mengapa ia harus bermain secara sukarela di klub divisi tiga Liga Skotlandia.
Ketika itu, Andrew Robertson hanya sanggup bermain untuk tim reserve Celtics. Ia tidak dapat promosi ke level senior karena tim kepelatihan menilai tubuhnya terlalu kecil. Jangan berlagak minta dibayar kalau postur mumpuni saja tak punya.
Namun, itu cerita lampau. Fragmen-fragmen itu barangkali membuat banyak orang sepakat bahwa the best is yet to come. Di titik yang menyebalkan itu ternyata cerita Robertson belum selesai. Di titik itu, Robertson belum tamat.
ADVERTISEMENT
Robertson merespons momen-momen buruk itu dengan tepat. Ialah yang membuat roda nasib berpihak padanya.
"Sepuluh tahun terakhir ini adalah tentang kerja keras, determinasi, darah, keringat, air mata, ya, pokoknya seperti. Intinya, saya memberi segalanya untuk sepak bola, untuk setiap pertandingan yang saya ikuti," kenang Robertson.
"Saya bersyukur karena sekarang saya mendapat ganjarannya. Semoga semuanya bisa berlanjut," jelas Robertson.
Robertson diangkut dari Hull City dan sampai ke Anfield jelang musim 2017/18. Salah besar jika mengira ia langsung menjadi pilihan pertama Juergen Klopp hanya karena melakoni laga debut pada Agustus 2017 melawan Crystal Palace.
Terhitung dari Agustus hingga November 2017, Robertson hanya bermain dua laga di Premier League. Wajar saja mengingat Alberto Moreno lagi oke-okenya di kurun itu.
ADVERTISEMENT
Yang ada di tangan Robertson hanyalah kesempatan bermain yang jumlahnya tak seberapa. Namun, yang ada di tangannya itulah yang dipakainya untuk membuktikan kepada siapa pun bahwa ia memang benci tak dimainkan.
Kesempatan untuk Robertson benar-benar tiba. Sejak Moreno cedera pada Desember 2017, Klopp tak punya pilihan. Lantas yang muncul berhari-hari, berpekan-pekan, berbulan-bulan setelahnya adalah Robertson yang sekarang kita kenal.
"Saya tidak percaya dengan konsep kepantasan akan sesuatu. Yang saya percaya, saya harus bekerja keras dulu untuk mendapatkan apa yang saya miliki sekarang," ujar Robertson.
Bersama Liverpool, Robertson menggondol tiga gelar juara: Liga Champions 2018/19, Piala Super UEFA 2019, dan Piala Dunia Antarklub 2019. Ya, begitulah. Semuanya direngkuh pada 2019, penutup brilian untuk satu dekade.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, entah ada berapa banyak orang yang berharap Andrew Robertson belum mentok. Toh, musim 2019/20 ini, ia punya kesempatan besar untuk mengangkat trofi Premier League, cara elegan untuk menandai dekade yang baru, cara terbaik untuk memutus penantian panjang Liverpool.
***
Mau nonton bola langsung di Inggris? Ayo, ikutan Home of Premier League . Semua biaya ditanggung kumparan dan Supersoccer , gratis! Ayo buruan daftar di sini . Tersedia juga hadiah bulanan berupa Polytron Smart TV, langganan Mola TV , dan jersi original.