Selama 35 Tahun, Juventus Memeram Luka Tragedi Heysel

29 Mei 2020 23:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tragedi Heysel. Foto: DOMINIQUE FAGET / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Heysel. Foto: DOMINIQUE FAGET / AFP
ADVERTISEMENT
'Heysel' adalah kata yang membuat Brussels, Liverpool, dan Juventus memeram luka selama 35 tahun.
ADVERTISEMENT
29 Mei 1985 merupakan salah satu hari paling pilu dalam sejarah sepak bola. Di Stadion Heysel, Brussels, Belgia, Juventus dan Liverpool berlaga dalam final Liga Champions 1984/85.
Juventus menutup duel tersebut dengan sorak-sorai. Gol tunggal Michel Platini tidak hanya mengganjar Juventus dengan kemenangan 1-0 atas Liverpool, tetapi juga gelar juara Liga Champions pertama mereka.
Akan tetapi, ada isak tangis berkepanjangan jauh di belakang gempita. Ada rintihan yang tidak selesai-selesai di balik tepuk tangan untuk sang kampiun. Tiga puluh sembilan orang--yang sebagian besar merupakan suporter Juventus--tewas.
"Kata 'Heysel' merupakan salah satu kata yang tidak akan bisa kami lupakan," tulis Juventus dalam laman resmi mereka.
"Tiga puluh lima tahun sudah berlalu. Namun, ingatan siapa-siapa yang ada di Brussels, yang menonton lewat televisi di rumah, dan juga yang belum lahir, tetapi mengetahui fakta di balik sejarah itu, membangkitkan emosi dari dalam diri masing-masing kami," bunyi pernyataan tersebut.
Penghormatan untuk korban di Tragedi Heysel. Foto: EMMANUEL DUNAND / AFP
"Semuanya terjadi dalam sekejap: Penyerbuan, upaya untuk melarikan diri, tembok yang runtuh, dan kepanikan. Tiga puluh sembilan orang tewas malam itu di Brussels. Kebanyakan mereka adalah orang Italia. Bahkan yang termuda berusia 10 tahun."
ADVERTISEMENT
"Memori ini tinggal dalam kepala mereka dan kami. Hari ini, seperti setiap harinya, kami menyerahkan ingatan dan rasa sakit kami. Tahun memang berganti, tetapi kata Heysel terus membangkitkan perasaan yang sama, yang tidak pernah berubah: Rasa sakit. Luka," tutur Juventus.
Tragedi ini terjadi sebelum pertandingan dimulai. Penyerbuan yang dicantumkan dalam pernyataan Juventus adalah penyerangan yang dilakukan suporter Liverpool. Mereka seperti tidak terima karena suporter Juventus mendapat jatah kursi lebih banyak.
Suporter Liverpool ada di Sektor X dan Y stadion, sedangkan suporter Juventus menempati tribune seberangnya, yaitu di Sektor N, M, dan O. Sektor yang berdampingan dengan Sektor X adalah Sektor Z. Area itu seharusnya diisi oleh para penonton netral.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, tiket Sektor Z diborong agen-agen di Brussels. Orang-orang Italia yang tinggal di Belgia membeli tiket tersebut dan menempati Sektor Z yang bersebelahan dengan area suporter Liverpool.
Suporter The Reds tidak terima. Mereka menggunakan batu dari reruntuhan tembok untuk menyerang polisi dan suporter di Sektor Z. Karena kebanyakan suporter tersebut menggunakan atribut Juventus, emosi pun kian tersulut.
Para suporter di Sektor Z tidak melawan, tetapi merapat ke tembok pembatas yang ternyata rapuh sehingga tidak sanggup menahan beban banyak. Tembok itu runtuh, korban berjatuhan. Tiga puluh sembilan di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Plakat untuk menghormati ke-39 korban yang tewas karena Tragedi Heysel. Foto: EMMANUEL DUNAND / AFP
Tiga puluh tahun setelahnya, Juventus baru benar-benar mengakui Tragedi Heysel. Euforia yang meluap membuat para korban, termasuk yang tewas, terlupakan.
ADVERTISEMENT
Kepolisian memang sudah menangkap 34 orang dengan 26 di antaranya didakwa dengan tuduhan tindakan menghilangkan nyawa orang lain.
Perdana Menteri Inggris kala itu, Margaret Thatcher, meminta Football Association (FA) untuk menarik keikutsertaan tim-tim Inggris dari kejuaraan antarklub Eropa.
UEFA, sebagai persatuan asosiasi sepak bola Eropa, tak tinggal diam. Mereka menjatuhkan larangan bertanding lima tahun bagi tim-tim Inggris. Liverpool mendapat hukuman lebih berat, yaitu enam tahun.
Suasana mencekam di Heysel, 1985. Foto: Reuters/Nick Didlick
Luka itu kini sudah berusia 35 tahun. Entah berapa lama lagi ia ada di sana. Kepedihannya berumur panjang. Kenangan dan ingatan buruk itu berlomba-lomba memenuhi kepala mereka yang kehilangan.
Kemenangan dan gelar juara hanya bisa mengalihkan nyeri untuk beberapa saat. Koreografi amicizia (persahabatan) barangkali adalah penanda bahwa suporter Liverpool dan Juventus sudah saling memaafkan.
ADVERTISEMENT
Namun, seperti kata 'Si Nyonya Tua', luka itu mungkin tidak akan hilang karena kehilangan mereka tidak bisa dibatalkan.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!