Semangat Dua Dekade dalam Jersi Tandang Parma

8 Agustus 2018 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jersi tandang baru Parma. (Foto: Dok. Parma Store)
zoom-in-whitePerbesar
Jersi tandang baru Parma. (Foto: Dok. Parma Store)
ADVERTISEMENT
Ada suatu masa ketika Parma betul-betul menjadi tim yang ditakuti di Italia, bahkan Eropa. Pada dekade 1990-an, di bawah kendali Keluarga Tanzi yang juga merupakan pemilik perusahaan susu Parmalat, Parma secara konstan menjadi penantang serius untuk meraih gelar di tiap kompetisi yang mereka ikuti.
ADVERTISEMENT
Puncak kejayaan itu mereka capai pada musim 1998/99. Diperkuat pemain-pemain seperti Juan Veron, Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Fabio Cannavaro, dan Hernan Crespo, I Ducali sukses menjuarai Piala UEFA usai mengalahkan Olympique de Marseille di final. Tak cuma itu, pasukan Alberto Malesani itu juga berhasil menjadi kampiun Coppa Italia, mengalahkan Fiorentina-nya Gabriel Batistuta dan Manuel Rui Costa.
Namun, perlahan Parma menurun. Musababnya tak lain adalah krisis keuangan. Parmalat yang jadi sumber keuangan utama Parma bangkrut pada awal 2000-an. Calisto Tanzi yang merupakan pemilik Parmalat sekaligus Presiden Parma pun dijebloskan ke penjara akibat kasus penggelapan uang. Kebangkrutan Parmalat itu akkhirnya membuat Parma gulung tikar pada 2004.
Parma beruntung karena tidak harus memulai lagi dari titik terbawah. Musim 2004/05 itu mereka tetap berada di Serie A meski tak punya sponsor. Hasilnya, prestasi mereka pun jeblok. Situasi ini bertahan sampai 2007 ketika Tommaso Ghirardi datang dan mulai berinvestasi. Kendati sempat terdegradasi pada 2008, Parma berhasil bangkit kembali, bahkan sampai bisa lolos ke kompetisi Eropa.
ADVERTISEMENT
Sialnya, Ghirardi melakukan blunder besar dalam menjalankan klub. Dengan harapan bisa mendapat keuntungan di masa depan, dia membeli lebih dari 200 pemain muda yang kebanyakan disekolahkan ke klub lain.
Para pemain muda itu akhirnya banyak yang gagal jadi pemain berkualitas dan maka dari itu tidak bisa dijual dengan harga tinggi. Alih-alih menjadi profit, para pemain itu justru jadi beban bagi keuangan klub. Inilah yang membuat Parma kembali bangkrut pada 2015 dan harus mengulang segalanya dari Serie D.
Tiga musim setelah bangkrut, Parma akhirnya kembali ke Serie A. Kebetulan, musim 2018/19 ini adalah peringatan 20 tahun keberhasilan Parma meraih gelar ganda yang bersejarah itu. Mereka pun berupaya untuk mengambil inspirasi dari prestasi terdahulu dengan merilis jersi tandang yang senapas dengan jersi milik Veron dkk.
ADVERTISEMENT
Jersi yang dimaksud adalah jersi biru-kuning khas Parma yang sekarang jadi jersi tandang mereka. Sebelum-sebelumnya, mereka memang sudah selalu menggunakan jersi berwarna biru-kuning ini sebagai jersi kedua, tetapi kali ini ada yang berbeda. Sebab, garis-garis biru dan kuning di seragam tersebut dibuat lebih lebar seperti yang digunakan 20 tahun silam.
Jersi itu sendiri diproduksi oleh perusahaan apparel asli Italia, Errea. Dilengkapi kerah V-neck yang elegan, jersi ini dilepas dengan slogan 'Semangat 20 Tahun'. Secara khusus, Parma memang mendedikasikan jersi ini kepada para suporter lawas mereka yang pernah menyaksikan kejayaan klub pada dua dekade silam.
Di hari yang sama dengan peluncuran jersi ikonik ini, Parma juga mengumumkan kedatangan tiga pemain baru. Yang menarik, semua pemain itu mereka datangkan dari Inter, yakni Jonathan Biabiany, Federico Dimarco, dan Alessandro Bastoni. Khusus Biabiany, ini bukan pertama kalinya dia berseragam Parma. Pada 2009 dan 2010 serta 2011 s/d 2015 lalu pemain Prancis ini juga sudah pernah menghibur publik Ennio Tardini.
ADVERTISEMENT
Well, begitulah persiapan Parma sejauh ini. Mereka memang bakal butuh waktu lama untuk bisa mencapai apa yang mereka raih pada dekade 1990-an. Akan tetapi, yang terpenting bagi mereka saat ini adalah menatap musim 'debut' di Serie A ini dengan semangat yang benar dan mereka sedang melakukan itu.