Siapa Bilang Pemain-pemain Chelsea Tidak Punya Karakter?

17 Februari 2019 18:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Olivier Giroud (kiri) dan Ross Barkley merayakan gol Chelsea ke gawang Malmoe FF. Foto: Peter Cziborra/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Olivier Giroud (kiri) dan Ross Barkley merayakan gol Chelsea ke gawang Malmoe FF. Foto: Peter Cziborra/Reuters
ADVERTISEMENT
Chelsea dan Maurizio Sarri sedang bermain stand-off. Mereka menyandera satu sama lain lewat ujung pistol bernama tudingan. Chelsea menyebut Sarri tidak punya Plan B, sementara Sarri menghardik pemain-pemain Chelsea tidak memiliki cojones.
ADVERTISEMENT
Episode saling tuding tentu menjadi plot twist yang tidak menyenangkan bagi siapa pun yang berkaitan dengan The Blues. Sarri, yang sukses —meski nirtrofi— melanggengkan Sarri-ball bersama Napoli, awalnya dianggap sebagai sosok yang pas. Bagaimana tidak, sepanjang 12 pekan pertama Premier League musim ini, Chelsea tidak menelan kekalahan. Catatan terburuk mereka hanyalah bermain imbang tiga kali.
Semua berubah ketika Chelsea mulai mengalami inkonsistensi hasil. Dua kekalahan beruntun, dari Arsenal dan AFC Bournemouth, menjadi puncaknya. Beberapa keputusan Sarri, seperti memainkan Jorginho sebagai regista hingga membuat posisi N’Golo Kante menjadi lebih maju, mulai dipermasalahkan. Beberapa media, termasuk AS, menyebut Sarri sudah kehilangan kontrol di ruang ganti.
Kiper Kepa Arrizabalaga kecewa karena gawangnya dibobol Bournemouth dua kali. Foto: REUTERS/Hannah McKay
Well, cerita bahwa pemain-pemain Chelsea berseteru dengan pelatih bukanlah hal baru. Namun, mendengar kabar bahwa Sarri menghardik dan melabeli pemain-pemain Chelsea sulit untuk dimotivasi, dan menyebut beberapa di antaranya disuruh mencari profesi lain ketimbang jadi pemain sepak bola, tetap saja bikin geleng-geleng kepala.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, eks bek Liverpool yang kini jadi pundit, Jamie Carragher, menyebut bahwa Chelsea kini jadi mirip Arsenal. Tunggu, Carragher tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan Arsenal, tetapi ia menyiratkan bahwa Chelsea kini tidak memiliki intensitas tinggi untuk memenangi sebuah laga —sebuah karakteristik yang kerap kambuh di Arsenal dalam beberapa tahun terakhir.
Alhasil, muncul anggapan bahwa pemain-pemain Chelsea lembek. Mengalami kesulitan sedikit saja dalam merespons taktik pelatih, mereka bakalan balik melawan. Ujung-ujungnya, hasil di lapangan pun kedodoran. Namun, anggapan tersebut langsung dibantah oleh asisten Sarri, Gianfranco Zola.
Ketika ditanya apakah skuat Chelsea saat ini memiliki pemain dengan karakter kuat seperti Marcel Desailly dan John Terry dulu, Zola menjawab: “Saya pikir begitu. Kepribadian pemain-pemainnya memang berbeda, tapi karakernya masih sama.”
ADVERTISEMENT
“Saya pikir, skuat ini sama seperti ketika saya bermain dulu, mereka tidak suka kalah. Mungkin mereka menunjukkannya dengan cara yang berbeda, tetapi membandingkan mereka seperti itu tidaklah tepat. Kami percaya bahwa kami semua sama tidak sukanya ketika kalah (dari Manchester City) dan mereka sudah bereaksi kemarin,” ujar Zola, yang pernah menjadi pemain Chelsea selama tujuh tahun, di Sky Sports.
Laga Manchester City vs Chelsea. Foto: REUTERS/Phil Noble
“Bakal lebih bagus bila mereka bereaksi sebagai sebuah tim ketimbang sebagai sebuah individual. Melawan Manchester City, kami memang bereaksi, tapi kami bereaksi sebagai individu. Sebagai pemain, mereka berani mengambil tanggung jawab dan mereka berusaha mengubah situasi dengan cara mereka sendiri,” kata Zola.
Chelsea memang mengambil reaksi positif setelah takluk 0-6 di tangan City pekan lalu. Pada laga Liga Europa, mereka sukses membukukan kemenangan 2-1 di kandang Malmoe FF, Jumat (15/2) dini hari WIB. Menarik untuk dinantikan, seperti apa pendekatan mereka ketika menjamu Manchester United pada babak kelima Piala FA, Selasa (19/2) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT