Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sissoko: Dari Mont-Saint-Aignan ke Mitra Kukar
14 April 2017 14:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Ini bursa transfer yang menyenangkan untuk beberapa suporter klub lokal. Bagaimana tidak, sejumlah pemain yang biasanya cuma bisa dilihat dari televisi kini sungguhan bermain untuk klub kesayangan mereka.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, khusus bagi pendukung Persib, ini adalah bursa transfer yang AMAT menyenangkan. “Maung Bandung” menunjukkan bahwa mereka tidak mau tanggung-tanggung. Jatah untuk mendatangkan marquee player, yang mana menjadi bagian dari regulasi anyar Liga 1 musim ini, mereka manfaatkan untuk mendatangkan Michael Essien.
Kita tahu Essien. Gelandang asal Ghana ini adalah bagian dari keberhasilan Chelsea menjuarai Premier League pada era-era awal Jose Mourinho di klub asal London Barat tersebut. Selepas era Mourinho, Essien sempat satu kali membantu Chelsea menjuarai Liga Champions.
Di antara beberapa pemain berstatus marquee yang datang di bursa transfer tahun ini, Essien memang yang paling mentereng. Mulai dari trofi hingga CV klub yang pernah ia bela —Chelsea, Real Madrid, AC Milan—, memang tidak ada yang menandingi. Namun, tetap saja nama-nama yang datang berikutnya tetap menghadirkan kehebohan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Carlton Cole, misalnya. Striker asal Inggris ini juga bergabung dengan Persib, menunjukkan bahwa klub yang besar dengan warna biru itu tidak setengah-setengah memancang target di Liga 1 musim ini. Setelah Cole, ada juga Peter Odemwingie yang berlabuh di Madura United.
Belum cukup dengan nama-nama di atas, pada Kamis (13/4/2017), Mitra Kukar mengumumkan bahwa mereka resmi mendapatkan gelandang asal Mali, Mohamed “Momo” Sissoko.
Anda masih ingat Sissoko? Mari kami ingatkan sedikit.
Sissoko adalah bagian dari tim Valencia yang sukses menjuarai La Liga pada 2003/2004. Kala itu, Los Che ditangani oleh Rafael Benitez, yang pada Juni 2004 memutuskan untuk menerima pinangan Liverpool.
Sissoko bertahan semusim lagi di Valencia, tapi pada 2005/2006, ia ikut menyusul Benitez untuk bermain bersama Liverpool. Ia bertahan selama tiga musim di Anfield dan membantu klub berjuluk The Reds untuk menjuarai Piala Super UEFA 2005 dan Piala FA 2006, semuanya pada musim perdananya bersama Liverpool.
ADVERTISEMENT
Pada 2007, Sissoko hengkang ke Juventus. Dari sana, setelah empat musim bermain untuk Juventus, perjalanan kariernya berlanjut ke Paris Saint-Germain lalu ke Fiorentina dan Levante. Setelahnya, Sissoko mulai bertualang ke belahan dunia lain dengan bermain untuk Shanghai Shenhua (China) dan FC Pune City (India).
Pada 2017, satu dekade setelah meninggalkan Liverpool, Sissoko menemukan dirinya berada di sudut Asia.
Sissoko lahir di Mont-Saint-Aignan, sebuah daerah di Normandy, bagian utara Prancis. Kendati lahir di Prancis dan berhak untuk membela Tim Nasional Prancis di kemudian hari, Sissoko memilih untuk membela tim nasional negara leluhurnya, Mali.
Menariknya, kendati mengawali karier sebagai second striker, Sissoko justru akhirnya terkenal sebagai seorang gelandang bertahan. Dia, menurut catatan WhoScored, memang piawai melepaskan sepakan dari luar kotak penalti, tetapi tidak terlalu oke dalam hal akurasi operan.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, Sissoko justru kuat dalam duel-duel udara dan jago dalam melakukan intersep atau memotong aliran bola. Oleh karenanya, ia lebih cocok dimainkan sebagai gelandang bertahan.
Mitra Kukar enggan menyebutkan berapa nilai transfer Sissoko. Namun, menurut situs Transfermarkt, nilai gelandang berusia 32 tahun ini ada di kisaran 500 ribu euro atau sekitar Rp 7,05 miliar.
Sissoko dikontrak selama satu tahun. Namun, seperti halnya Essien dan Cole, Sissoko punya opsi perpanjangan jika penampilannya selama musim ini memuaskan.
So, selamat datang di rimba sepak bola Indonesia, Tuan Sissoko.