Steve McManaman: Istilah 'Galacticos' itu Omong Kosong

18 Maret 2018 17:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Satu hal yang suka sekali dibicarakan orang Singapura dalam basa-basi mereka adalah soal cuaca. Tak heran, memang, karena cuaca di kota-cum-negara itu memang aneh. Anda benar-benar bisa melihat dua rona berbeda di langitnya. Di satu sisi gelap dengan awan tebal, dan di satu sisi cerah dengan guyuran sinar mentari yang tanpa tedeng aling-aling.
ADVERTISEMENT
Siang itu, Jumat (16/3/2018), saya kebagian Singapura yang berlangit cerah. Well, cerah mungkin kurang tepat. Panas, lebih tepatnya. Panas sekali. Ditambah dengan tingkat kelembaban yang luar biasa, jadilah siang itu, di tempat saya berada —di sebuah puncak mall dekat Marina Bay—, menjadi siang yang sulit sekali dilawan. Apalagi, ketika yang melawan adalah seorang yang tak biasa mendapat sinar mentari sebanyak itu, seperti Steve McManaman.
Namun, McManaman tampak tak memedulikan itu. Dia datang tepat waktu. Dengan dikawal beberapa orang berjas rapi, Macca —panggilan akrabnya— berjalan menuju tempat wawancara dengan langkah pasti. Dari kejauhan, saya bisa melihat bagaimana dia menepuk-nepuk tangannya, seperti ketika hendak melakoni pertandingan.
Wajahnya, seperti langit Singapura, cerah, meski sedikit memerah. Ketika sampai di tempat wawancara, alumnus akademi Liverpool itu menyalami hampir semua orang yang ada di sana sebelum menenggak segelas air putih dingin yang telah disediakan. Macca memang sudah siap untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan yang bakal diajukan.
ADVERTISEMENT
Ketika kita bicara soal Macca, yang bakal terngiang di benak adalah betapa dia merupakan sosok yang begitu mahir dalam mengolah bola. Dengan kehendaknya, bola bisa diarahkan ke mana saja. Kini, ketika sudah tak lagi bermain dan telah beralih profesi menjadi pandit, tentu keahlian mengolah bola tak lagi penting. Namun, sesuai dengan apa yang dia butuhkan dalam pekerjaannya, pria 46 tahun ini pun menjadi sosok yang begitu menyenangkan dalam berbicara.
Ya, menyenangkan, dan saya pikir, menjadi sosok yang menyenangkan lebih penting daripada sekadar ahli. Entahlah. Mungkin McManaman jadi sosok menyenangkan karena memang dia suka bercerita dan berpendapat. Setidaknya itulah yang saya tangkap.
Pembawaan Macca begitu ramah. Dia —dan saya— tahu bahwa dirinya adalah seorang juara. Dia adalah pesepak bola Inggris tersukses yang bermain di luar negeri. Akan tetapi, tak ada kesombongan yang tampak dalam dirinya. Dia begitu terbuka, begitu sabar, dan begitu terperinci dalam setiap penjelasannya.
ADVERTISEMENT
Saya berkesempatan melontarkan cukup banyak pertanyaan kepada McManaman, mulai dari soal galactico yang dia bilang sebagai omong kosong, soal Lorenzo Sanz yang dia sebut sebagai presiden sukses, soal gol indahnya ke gawang Valencia yang dia katakan bisa lahir karena memang dia sudah jago dari sananya, dan masih banyak lagi.
So, untuk lebih lengkapnya, silakan simak perbincangan eksklusif saya dengannya.
****
k (kumparan): Selamat siang, sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda.
McManaman (M): Selamat siang, sebuah kehormatan juga buat saya.
k: Oke, mungkin Anda bisa mulai dengan menjelaskan apa sebenarnya misi La Liga di Asia Tenggara ini.
M: Ya, La Liga sedang berusaha melebarkan sayapnya. Mereka berupaya menyiarkan pertandingan sebanyak mungkin untuk menjadi sepopuler mungkin. Ada banyak orang di Asia Timur yang kesulitan mendapat akses menonton pertandingan karena masalah perbedaan waktu.
ADVERTISEMENT
Sekarang, mereka sedang berusaha menunjukkan inisiatif dengan mengubah jadwal bermain supaya lebih banyak orang yang menonton pertandingan.
Saya pikir, ketika La Liga punya tim-tim seperti Real Madrid dan Barcelona dan pemain-pemain terbaik di planet ini seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, sangatlah penting untuk menyebarkan semua informasi yang ada. La Liga harus mencoba untuk menunjukkan ke orang-orang kehebatan para pemain di lapangan dan itu harus dilakukan ke sebanyak mungkin orang.
k: Apakah ada cara khusus untuk itu? Lewat media sosialkah, atau lewat televisi, mungkin?
M: Saya pikir, televisi masih jadi alat utama karena La Liga harus menunjukkan apa yang dilakukan para pemain. Media sosial sebenarnya tidak masalah, tetapi yang terpenting adalah akses untuk menyaksikan apa yang dilakukan para pemain. Para pemirsa perlu menyaksikan bagaimana mereka mencetak 60 gol dalam semusim selama sepuluh tahun terakhir. Maka dari itu, televisi memang masih jadi alat utama.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, fakta bahwa Anda bisa mendapatkan kabar dengan cepat tentang semua klub, semua pemain, bagaimana kejadian yang terjadi 10 menit lalu bisa segera diterima di ponsel, semua informasi mendetail itu, menurut saya, juga sangat penting. Sepuluh sampai lima belas tahun lalu kita biasa menerima berita satu atau dua hari setelah kejadian dan ketika sampai di kita, beritanya sudah basi. Sekarang, apabila Cristiano Ronaldo mengalami cedera, kita bisa tahu 10 menit kemudian. Saya pikir, itu sangat membantu untuk menikmati pengalaman sebagai fans sepak bola.
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
k: Bicara soal popularitas La Liga, banyak orang yang menganggap bahwa di sana cuma ada Real Madrid dan Barcelona, tetapi sebenarnya ada banyak tim yang menarik seperti Atletico Madrid, Valencia, Sevilla, bahkan Eibar dan Girona. Apa, sih, yang membuat mereka jadi seperti sekarang? Apa yang membuat Atletico jadi Atletico, Valencia jadi Valencia, dan sebagainya?
ADVERTISEMENT
M: Saya pikir, itu semua bisa terjadi karena setiap klub punya sejarahnya masing-masing. Mau itu di Inggris, di Spanyol, atau mungkin di Singapura, semua tim punya sejarahnya sendiri soal bagaimana sebuah klub menjadi sebuah klub; sesukses apa mereka, pemain macam apa yang mereka punya, apa yang terjadi di masa lalu yang membuat mereka jadi seperti sekarang.
Semua klub punya cerita spesialnya sendiri-sendiri, entah itu Eibar, seperti yang Anda bilang, entah itu Girona musim ini —yang tampil luar biasa mengingat ini merupakan musim pertama mereka di La Liga—, entah itu Leicester City di Inggris —pencapaian mereka benar-benar mengejutkan. Mereka punya cerita sendiri dan itulah yang membuat sepak bola jadi begitu luar biasa. Tidak mentang-mentang sebuah tim punya pemain terbaik karena sudah mengeluarkan banyak uang mereka jadi hebat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga suka bercerita. Itulah mengapa kita begitu mencintai olahraga. Kita pikir kita tahu siapa yang bakal jadi juara, tetapi sebenarnya tidak. Kita tak pernah tahu. Di Liga Champions, misalnya, memang ada tim favorit, tetapi semuanya bisa terjadi.
k: Well, kalau di Liga Champions sebenarnya ada yang pasti. Kalau Juventus main di final, mereka pasti kalah. Ya, nggak?
M: Hahahahahaha, apalagi kalau ketemu tim Spanyol, ya? Hahahahahaha.
k: Hahahaha, ya, nanti kita sambung lagi ke situ, tetapi saya masih punya pertanyaan tentang klub-klub tadi. Apakah menurut Anda mereka sudah melakukan yang terbaik untuk mempromosikan diri?
M: Well, semua klub hanya bisa melakukan apa yang mereka bisa, ya. Tetapi, sebentar, apakah yang Anda maksud klub-klub seperti Eibar, misalnya, atau Getafe?
ADVERTISEMENT
k: Tidak. Maksud saya adalah klub-klub yang lebih besar, seperti Atletico dan Sevilla…
M: Oke, saya pikir, mereka sudah berusaha maksimal, kok. Ya, tentu saja semua orang tahu siapa Real dan Barcelona. Mereka jadi lebih populer karena mereka juga lebih sukses. Di Inggris situasinya juga begitu dengan Liverpool dan Manchester United, tetapi kemudian Chelsea datang. Mereka memenangi gelar lalu menjadi terkenal. Begitu pula Manchester City. Tidak mengherankan kalau Real Madrid dan Barcelona lebih terkenal dari yang lain.
Nah, untuk tim-tim seperti Sevilla yang juara Liga Europa tiga kali berturut-turut atau Valencia yang sedang menjalani musim yang bagus, mereka juga jadi lebih populer karenanya. Hanya, mereka masih harus bisa mengungguli Real atau Barca, seperti yang sudah pernah dilakukan Atletico Madrid.
ADVERTISEMENT
Sekarang kita semua tahu seperti apa Diego Simeone sebagai manajer dan bagaimana hebatnya [Antoine] Griezmann. Kita juga tahu pemain-pemain Atletico lainnya berkat kesuksesan mereka. Ya, sayangnya memang begitu, untuk bisa mendapat fans baru, terutama di Timur Jauh, kesuksesan adalah harga mati.
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
k: Oke, ngomong-ngomong soal kesuksesan tim Spanyol di Eropa, mengapa dan bagaimana mereka bisa sukses?
M: Mengapa dan bagaimana, well, saya pikir kalau ada yang tahu apa alasannya semua juga sudah melakukannya. Yang jelas, tim-tim Spanyol memang kuat. Mereka punya pemain-pemain terbaik, seperti Leo (Messi) dan Cristiano. Mereka sulit sekali dikalahkan, punya banyak pengalaman, dan secara teknis, para pemainnya memang hebat-hebat.
Akan tetapi, tidak ada yang tahu pasti apa resep di balik kesuksesan mereka. Kalau, katakanlah, tim-tim Italia atau Inggris tahu rahasianya, ya, pasti itu sudah mereka lakukan. Fakta bahwa ada tiga tim Spanyol di delapan besar Liga Champions dan keberadaan Atletico Madrid sebagai favorit di Liga Europa benar-benar menunjukkan betapa spesialnya Liga Spanyol.
ADVERTISEMENT
k: Hmm, jawaban Anda itu membikin saya penasaran. Sevilla vs Manchester United. Sebenarnya Sevilla-nya yang bagus atau Manchester United-nya yang jelek, sih?
M: Dua-duanya. Di dua pertandingan Manchester United benar-benar mengecewakan. Mereka begitu negatif dan tampil luar biasa buruk. Di pertandingan pertama, Sevilla jelas lebih bagus. Mereka bisa menghasilkan beberapa peluang dan semestinya bisa unggul.
Di Old Trafford, mereka mampu menghasilkan lebih banyak peluang dibanding Manchester United, bisa mencetak gol yang mereka butuhkan, dan mereka juga bermain dengan rasa percaya diri tinggi.
Saya pikir begitu, ya. Manchester United-nya jelek, tetapi Sevilla juga lebih bagus dari biasanya. Dalam beberapa pertandingan terakhir, Sevilla kalah dari Atletico Madrid, menang melawan Malaga, lalu kalah dari Valencia. Mereka sebenarnya tidak berada dalam performa terbaik.
ADVERTISEMENT
McManaman (kanan) melawan Villarreal. (Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou)
zoom-in-whitePerbesar
McManaman (kanan) melawan Villarreal. (Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou)
k: Oke, mari bicara soal karier Anda di Real Madrid. Anda datang ke sana ketika tim sedang kacau balau tahun 1999. Ketika itu presidennya Lorenzo Sanz…
M: Well, saya nggak tahu soal situasi kacau balau yang Anda bicarakan...
k: Ada banyak rumor, bahwa klub sedang tidak dalam situasi terbaik dan bahwa Anda bakal segera ditendang dari sana. Jadi, bagaimana Anda mengatasi semua itu dan bagaimana Anda bertahan di tengah-tengah para galacticos?
M: Oke, apa yang Anda katakan itu tidak benar. Akan tetapi, bagaimana saya bisa bertahan, sebenarnya mudah saja, kalau boleh jujur. Ketika saya bergabung situasinya baik-baik saja. Mungkin memang ada masalah finansial, tetapi tidak ada masalah sama sekali dalam tim.
ADVERTISEMENT
Mereka baru saja menjadi juara di Liga Champions tahun 1998, saya bergabung di 1999 setelah sebelumnya mereka finis di urutan kedua La Liga. Di musim pertama saya, kami juga langsung juara Liga Champions lagi, jadi tidak benar kalau ada yang bilang situasi tim kacau balau. Lorenzo Sanz memenangi dua Liga Champions dalam tiga tahun dan saya pikir, dia adalah presiden yang sukses.
Musim berikutnya (2000/01, red) ada pemilihan presiden dan Florentino Perez menang. Dia lalu melakukan eksperimen galacticos tadi dan buat saya tidak ada masalah. Nama galacticos itu sendiri bagi saya omong kosong. Bagi pemain lain juga tidak ada artinya. Kami ketika itu benar-benar merasa bahagia dan semua pemain akrab satu sama lain. Kupikir banyak dari apa yang Anda baca itu tidak benar.
ADVERTISEMENT
k: Hmm, jadi sebenarnya tidak ada yang namanya Zidanes y Pavones?
M: Oh, ada. Tentu saja ada. Itu memang sebutannya begitu. Oke, apakah Raul (Gonzalez) seorang galactico? Bukan. Roberto Carlos? Bukan juga. Para galacticos, atau mereka yang disebut galacticos, hanyalah Luis Figo, [David] Beckham, Zizou (Zinedine Zidane), dan Ronaldo. Mereka itulah pemain-pemain yang dibeli Florentino setiap musimnya. Sementara, pemain-pemain macam Roberto Carlos, atau Fernando Hierro, atau Raul, mereka sudah berada di klub selama bertahun-tahun dan mereka tidak termasuk galacticos. Itulah kenapa saya bilang istilah galacticos itu omong kosong.
k: Hmm, oke. Mari bicara soal gol Anda ke gawang Valencia. Apa yang Anda pikirkan ketika itu?
M: Apa yang saya pikirkan? Hahahahaha, hmm, oke saat itu kami sedang memimpin 1-0 dan ketika saya menendang bola tentu saja saya ingin agar bolanya masuk ke gawang. Saya memang dari dulu sudah jago melakukan tendangan voli dan, ya, seperti itulah.
ADVERTISEMENT
Nah, fakta bahwa bolanya bisa melewati kiper dan kami bisa unggul 2-0, itu membuat rasa percaya diri kami meningkat untuk menyelesaikan pertandingan. Di skor 1-0, semua pertandingan bakal terasa sulit, tetapi kami kemudian bisa unggul 2-0, lalu 3-0. Buat saya, itu pertandingan yang sangat nyaman untuk dilalui. Ketika Anda tahu bahwa Anda sudah memenangi Liga Champions di menit ke-75, rasanya benar-benar lega.
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Real Madrid, Steve McManaman. (Foto: Istimewa)
k: Pertanyaan terakhir. Anda bukan pemain Britania satu-satunya di Real Madrid, tetapi Anda adalah salah satu dari yang tersukses. Apa sebenarnya rahasia Anda?
M: Well, saya pikir rahasianya adalah Anda harus beradaptasi secepat mungkin. Anda harus hidup dan bernapas seperti orang yang berasal dari negara itu. Anda perlu mempelajari bahasanya, tentu saja, dan itu sangat penting untuk bisa mendalami kultur di sebuah negara, entah itu di Spanyol maupun negara lain. Itu benar-benar membantu saya.
ADVERTISEMENT
Saat itu saya ingin jadi orang Spanyol secepat mungkin. Saya berusaha makan dan minum seperti mereka dan berusaha menjalin kedekatan dengan rekan-rekan setim. Ya, semua orang punya cara berbeda-beda, tergantung pribadi masing-masing, tetapi itulah yang saya lakukan. Saya juga saat itu langsung angkat kaki dari hotel dan sesegera mungkin pindah ke rumah.
k: Well, oke, terima kasih banyak sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Sekali lagi, sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda.
M: Sama-sama. Take care, mate.