Sudah Kalah Tiga Kali Sepanjang 2020, Sampai Kapan Roma Mau Begini?

23 Januari 2020 16:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edin Dzeko dan Lorenzo Pellegrini melihat Matthijs de Ligt menghalau bola. Foto: Reuters/Alberto Lingria
zoom-in-whitePerbesar
Edin Dzeko dan Lorenzo Pellegrini melihat Matthijs de Ligt menghalau bola. Foto: Reuters/Alberto Lingria
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, 2020 sama sekali belum ramah untuk Roma. Bayangkan saja, sejak pergantian tahun I Lupi telah menelan tiga kekalahan. Padahal, mereka baru menjalani lima pertandingan.
ADVERTISEMENT
Tiga kekalahan tersebut semuanya diderita Roma saat berhadapan dengan klub asal Turin: Juventus dan Torino. Oleh Juventus, mereka dua kali ditundukkan dalam kurun waktu sepuluh hari.
Kekalahan kedua itu terjadi Kamis (23/1/2020) dini hari WIB dalam ajang perempat final Coppa Italia. Tiga gol yang dicetak Cristiano Ronaldo, Rodrigo Bentancur, dan Leo Bonucci cuma bisa dibalas sekali lewat Cengiz Uender.
Roma pun tersingkir dari Coppa Italia. Itu artinya, kesempatan mereka untuk meraih gelar saat ini praktis hanya ada di Liga Europa. Padahal, menjuarai turnamen kelas dua se-Eropa itu juga bukan urusan sepele.
Pertanyaannya, ada apa dengan Roma? Apa yang membuat performa mereka anjlok dan bagaimana kans mereka dalam, katakanlah, lima pertandingan ke depan?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, tren Roma tidaklah seburuk yang terlihat saat ini. Pasalnya, sebelum kalah 0-2 dari Torino, awal Januari lalu, Roma sempat merasakan rentetan nirkekalahan dalam tujuh laga di Serie A dan Liga Europa.
Penyerang AS Roma, Edin Dzeko, melepas sundulan ke gawang SPAL. Foto: Twitter: AS Roma
Selama kurang lebih sebulan, Roma mampu menghimpun rangkaian hasil positif, termasuk keberhasilan menahan imbang Inter dan kemenangan telak atas Fiorentina. Ini membuat mereka kokoh di papan atas Serie A sekaligus lolos ke fase gugur Liga Europa.
Akan tetapi, pada Januari ini, Roma harus menghadapi Juventus dua kali. Tim mana pun di Italia sudah pasti akan kesulitan jika bertandiing melawan mereka.
Itulah mengapa, tren Roma sebenarnya tidak seburuk yang terlihat. Dari tiga kekalahan tersebut, hanya satu yang semestinya mampu mereka hindari. Sementara, dua kekalahan dari Juventus lebih bisa dimaklumi.
ADVERTISEMENT
Lagipula, saat kalah melawan Juventus, Roma sebenarnya tidak tampil buruk, khususnya pada pertemuan di Serie A, 13 Januari silam. Di situ, Roma sanggup menguasai jalannya laga.
Selain mencatatkan 54% penguasaan bola, Roma juga sanggup melepas tembakan sampai 22 kali. Sebaliknya, Juventus cuma bisa bikin 5 upaya di laga itu. Namun, karena Juventus adalah Juventus, mereka pun menang.
Pemain AS Roma membawa bola di antara para pemain Juventus. Foto: Dok. @ASRomaEN
Kemudian, di perempat final Coppa Italia, laga sebenarnya berlangsung seimbang. Namun, lagi-lagi, Juventus menunjukkan ke-Juventus-annya untuk meraih kemenangan.
Dua pertandingan melawan Juventus itu seakan menggarisbawahi dua kelemahan Roma yang tak tampak di laga-laga lain. Yakni, efektivitas dalam menuntaskan peluang dan organisasi pertahanan.
Perlu dicatat bahwa, pada laga Coppa Italia tadi, Roma turun dengan skuat seadanya terutama di lini depan. Hukuman buat Edin Dzeko, ditambah cedera yang dialami Nicolo Zaniolo, membuat Nikola Kalinic dan Uender dimainkan.
ADVERTISEMENT
Untuk Uender, tidak ada masalah. Sebab, dia adalah pencetak gol tunggal Roma. Dalam laga sebelumnya kontra Genoa, pemain Turki itu juga mencatatkan nama di papan skor.
Namun, Kalinic ini yang tampak merusak sistem permainan Roma. Sudah tidak oke dalam menyerang, pemain Kroasia itu juga tidak terlibat dalam pertahanan. Alhasil, organisasi pertahanan Roma pun melemah.
Sebenarnya, bukan cuma Kalinic yang disebut malas bertahan. Uender dan Justin Kluivert juga dikritik pelatih Paulo Fonseca lantaran tidak turun membantu pertahanan.
Akan tetapi, dalam jumpa pers pascalaga Fonseca secara khusus menyebut sosok Gonzalo Higuain yang disebutnya masih mau bertahan. Di Roma, ekuivalen Higuain adalah Kalinic karena mereka sama-sama penyerang tengah.
Artinya, penampilan Kalinic adalah yang paling parah. Meski begitu, Roma bisa sedikit tenang karena pada Derby della Capitale menghadapi Lazio, Senin (27/1) dini hari WIB, Dzeko sudah bisa diturunkan.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Dzeko bakal sangat berpengaruh bagi Roma. Selain karena merupakan striker andalan, pemain Bosnia-Herzegovina itu juga merupakan salah satu senatore, atau pemimpin, di dalam tim.
Namun, boleh jadi keberadaan Dzeko saja tidak akan cukup. Sebab, ada kemungkinan Roma tidak akan diperkuat Amadou Diawara pada laga kontra Lazio.
Diawara mengalami cedera di bagian lutut pada laga Coppa melawan Juventus. Jika sampai dia absen, Roma bakal berabe karena satu-satunya gelandang cadangan yang tersedia adalah Jordan Veretout.
Veretout sebenarnya bukan pemain jelek, tetapi dia bukan sosok gelandang bertahan seperti Diawara. Dengan komposisi Veretout, Lorenzo Pellegrini, dan Bryan Cristante, keseimbangan Roma bisa terganggu.
Pemain-pemain Roma merayakan kemenangan atas Istanbul Bashakshehir. Foto: Reuters/Murad Sezer
Sudah begitu, penampilan Alessandro Florenzi juga angin-anginan. Pemain didikan akademi Roma itu sampai sekarang belum betul-betul fasih dalam bertahan karena bek kanan memang bukan posisi aslinya.
ADVERTISEMENT
Dengan situasi seperti ini, Roma sesungguhnya masih layak untuk waspada. Namun, mereka tidak perlu khawatir. Kekalahan dari Juventus memang menyesakkan tetapi itu bukan berarti kiamat.
Ada hal-hal positif yang bisa mereka petik. Pertama, bagaimana mereka mampu menghasilkan peluang dalam jumlah banyak meski dengan skuat terbatas. Kedua, bagaimana mereka tidak langsung drop setelah kebobolan.
Intinya, Roma sebenarnya masih punya harapan. Namun, sikap hati-hati sangat diperlukan di sini. Sebab, lawan-lawan yang akan mereka hadapi agak tricky. Setelah Lazio, ada Sassuolo, Bologna, Atalanta, dan Gent.
Selain Lazio dan Atalanta, calon-calon lawan yang akan Roma hadapi bukan tim terkuat tetapi bukan berarti tak bisa menyulitkan. Kebolehan manajemen skuat Fonseca bakal sangat memegang peranan penting di sini.
ADVERTISEMENT