Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sulut United Buka Suara Usai Diteror Bulu & Air Kencing hingga Dugaan Guna-guna
8 Januari 2024 14:28 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Muhammad Ridho selaku Manajer Sulut United mengatakan bahwa teror tersebut mulai dirasakan sejak Sabtu (6/1), sehari sebelum pertandingan. Sebuah kendi dengan bunga diletakkan di bus saat Sulut United akan melaksanakan sesi official training.
Pelaku pun mengunggah foto tersebut di media sosial dan dibagikan kepada pemain-pemain Sulut United.
"Kalau 'guna-guna', saya luruskan itu enggak di ruang ganti, tapi ditaruh di bus. Bentuknya bunga sama kendi. Itu difoto sama mereka [pelaku], dikirim, dan di-tag ke pemain kami," terang Ridho kepada kumparan, Senin (8/1).
"Jadi, berbentuk bunga sama kendi. Mungkin habis itu sama panpel dibersihkan, jadi pas kami kembali sudah bersih. Enggak tahu siapa yang bersihkan, dari panpel atau dari kami," tambahnya.
Bukan hanya teror bunga dan kendi tersebut, pelaku juga menebar ancaman. Asisten Manajer Sulut United, Vian Rondonuwu, mengamini hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"Selain foto itu juga, ia mengirimkan ancaman agar berhati-hati sebelum malam pertandingan. Hati-hati kalau mau tidur segala macam," terang Vian saat dihubungi kumparan secara terpisah.
Namun demikian, teror di Stadion Joyokusumo tak sekadar kendi, bunga, dan pesan yang mengancam. Ruang ganti Sulut United pun juga penuh dengan keanehan.
Misalnya, ada bebuluan yang menghiasi gantungan baju para pemain Sulut United. Bebuluan tersebut telah membuat pemain gatal-gatal setelah official training.
Ternyata, teror bebuluan itu tidak berhenti hingga hari pertandingan, bahkan semakin banyak. Selain teror bebuluan itu, ada pula botol yang diduga berisi air kencing.
"Iya, yang pertama kali datang kan kitman, mereka lihat pas buka dikira minuman. Pas ruangan itu kami pakai official training hari sebelumnya, itu [botol] enggak ada. Pada saat pertandingan ada. Pas dibuka, bau pesingnya jelas, apalagi warnanya," ujar Vian.
ADVERTISEMENT
"Masalah semacam tumbuh-tumbuhan bikin gatal pemain, itu mulai kami rasakan saat official training, pemain kami sedikit gatal-gatal, pas hari pertandingan semakin jelas karena semakin banyak tumbuhan gatal itu di tempat kami duduk dan gantungan pakaian."
"Itu yang kami protes ke panpel dan pengawas pertandingan karena ruang ganti itu kan harusnya steril dan bersih. Itu berbahaya untuk pemain," tambah Vian.
Adapun panpel dan manajemen Persipa Pati juga tak bisa menjelaskan kenapa semua teror ini terjadi saat ditanya pihak Sulut United. Dalam laga itu, tim Sulut United diungsikan ke ruang konferensi pers (konpers) sebagai ruang ganti darurat.
"Saya langsung konfirmasi ke manajernya [Persipa Pati], kenapa kok ada seperti ini? Beliau enggak jawab, saya kirim fotonya yang di hanger, beliau bilang suruh pindah ke ruang konpers untuk ruang ganti kami sementara. Karena kami enggak mau masuk waktu itu, takutnya kalau masuk jadi gatal-gatal sebelum main," jelas Ridho.
ADVERTISEMENT
"Saya pun enggak tahu siapa sebenarnya yang melakukan ini, apakah ada kesengajaan atau tidak. Saya sudah lapor match commissioner, ke LIB, minta tukar locker room. Saya minta opsi tukar locker room biar tahu rasanya, apakah di locker room Persipa ada juga atau enggak, ternyata kami diarahkan oleh manajemen Persipa dan match commissioner ke ruang preskon. Dan enggak ada konfirmasi apa pun dari manajemen Persipa ataupun panpel," tambahnya.
Jadi, Ridho juga tidak mengetahui apakah ruangan ganti para pemain Persipa Pati juga mengalami hal yang sama. Sulut United pun mempertimbangkan untuk meneruskan masalah ini ke Komisi Disiplin PSSI.
"Harusnya match commissioner sudah mengambil foto, kami sudah melaporkan langsung ke match commissioner karena mereka ada di lapangan, TKP, saya minta match commissioner lihat ke locker room, difoto juga, harusnya tanpa kami melaporkan sudah ada bukti di depan mata," terang Ridho.
ADVERTISEMENT
"Rencana ada [lapor ke Komdis PSSI], kami kemarin fokus ke pertandingan dulu. Terus, fokus pulang juga karena perjalanan 17 jam. Mungkin nanti malam saya bahas sama manajemen internal untuk langkah ke depannya gimana."
"Baru pertama kali selama saya pribadi berkarier di sepak bola dan Sulut United baru pertama ini. Kalau intimidasi dari suporter itu biasa, normal, standar, karena suporter kan untuk menjatuhkan mental lawan. Tapi untuk yang kayak gini sebenarnya kurang fair play, kurang sportif sama lawan, melewati batas nilai-nilai sepak bola," pungkas Ridho.
Ridho membenarkan bahwa pengalaman ini mempengaruhi psikis para pemain Sulut United. Pertandingan itu sendiri berakhir dengan skor imbang 0-0.