Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Berita duka datang dari dunia persepakbolaan Indonesia menyusul meninggalnya mantan pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl . Ia tutup usia pada Selasa (8/9) di Wina, Austria, pada usia 70 tahun karena sakit.
ADVERTISEMENT
Ajang Piala AFF 2010 jadi pembuktian tangan dingin dari eks pemain Standard Liege tersebut. Tak tanggung-tanggung, oleh Riedl, Indonesia berhasil dibawa hingga final turnamen regional tersebut setelah gagal total pada edisi sebelumnya.
Tampil dengan 4-4-2 klasik ala pelatih legendaris Arrigo Sacchi, Indonesia berhasil menggebrak turnamen tersebut dengan gaya bermain menyerang.
Dalam turnamen yang dilangsungkan di Indonesia dan Vietnam ini, tercatat tim 'Garuda' berhasil mencetak 17 gol dari 7 pertandingan dan hanya kebobolan enam kali.
Patut diingat, dalam turnamen kali ini, beberapa pemain veteran seperti Ponaryo Astaman Budi Sudarsono, Elie Aiboy, Ismed Sofyan, dan Boaz Solossa tidak dipanggil oleh Riedl.
ADVERTISEMENT
Tiadanya kelima sosok tersebut rupanya tak mengurangi daya gedor Indonesia. Mereka digantikan oleh lima pemain pilihan Riedl yang tampil spektakuler--sembari tak melupakan jasa dari Johan Juansyah dan Yesaya Desnam yang hanya menghabiskan waktu di bangku cadangan.
Oktovianus Maniani
Oktovianus Maniani jadi pemain muda yang menonjol di Timnas Indonesia. Dalam turnamen ini, Riedl menempatkan Okto di posisi gelandang kiri.
Penampilan Okto pada turnamen tersebut sangat luar biasa. Okto yang saat itu baru berumur 20 tahun berhasil merepotkan para bek lawan yang bermain di sisi kanan. Bahkan penampilan ciamiknya terus berlanjut di timnas U-23 bersama pelatih Rahmad Darmawan.
Kendati begitu, kariernya meredup setelah adanya turbulensi di tubuh persepakbolaan Indonesia pada 2012. Sekarang, ia berkarier di Persiba Balikpapan di Liga 2.
ADVERTISEMENT
Ahmad Bustomi
Duet Firman Utina di lini tengah ini tampil cemerlang. Eks pemain Kutai Kartanegara ini berhasil menjadi penyeimbang lini tengah timnas Indonesia era Riedl dengan kemampuannya mengantisipasi serangan dan menginisiasi serangan balik.
Sayangnya, performa gelandang kelahiran Jombang ini tak terlalu maksimal pada turnamen AFF 2014 bersama Riedl. Lama kelamaan, ia mulai tergeser gelandang-gelandang yang lebih muda seperti Bayu Pradana, Evan Dimas serta Muhammad Hargianto.
Moh. Nasuha
Bek serba bisa asli Serang, Banten ini, selalu jadi pilihan utama dari Riedl. Di turnamen AFF Cup 2010, ia menempati posisi bek kiri meski berkaki kanan dan memakai nomor 2 yang umumnya dipakai oleh bek kanan.
Pada turnamen tersebut, ia tampil lugas baik saat menyerang ataupun bertahan. Torehan satu golnya ketika melawan Malaysia di leg kedua final turut melambungkan namanya.
ADVERTISEMENT
Dedikasi luar biasanya ketika bertanding sampai-sampai membuat kepalanya berdarah dan harus diperban ketika menghadapi Filipina. Kendati begitu, performa pemain yang sempat lama berseragam Sriwijaya FC ini meredup setelah pada musim 2012-2013 mengalami cedera parah.
Zulkifli Syukur
Bek kanan timnas era Riedl ini identik dengan nomor 3. Sejatinya, nomor tersebut sebelumnya lebih populer dipakai oleh bek kiri seperti Aji Santoso dan Erol Iba.
Terlepas dari hal itu, mantan pemain Arema Indonesia tersebut berhasil menyisir sisi kanan permainan Indonesia dengan sangat baik. Kombinasinya dengan legenda PSIS Semarang Muhammad Ridwan berhasil memporak-porandakan pertahanan Malaysia dan Laos di dua pertandingan pertama.
Ia juga masih dipertahankan oleh Riedl pada Piala AFF 2014. Sayangnya, Zulkifli yang saat itu menjadi wakil kapten dari Firman Utina gagal tampil maksimal dan harus mengakhiri kariernya di timnas dengan 25 caps.
ADVERTISEMENT
Irfan Bachdim
Bachdim pada gelaran Piala AFF 2010 termasuk pemain muda yang diorbitkan oleh Riedl. Dalam turnamen tersebut, Bachdim dimainkan sedikit lebih bebas dibandingkan sang tandem, bomber naturalisasi gaek Cristian Gonzales.
Performa Bachdim yang saat itu masih membela Persema Malang sangatlah baik. Dua gol di pertandingan melawan Malaysia dan Laos membuktikan kemampuan pemain blasteran Arab-Belanda tersebut.
Sayangnya, pemilik nomor 17 di timnas tersebut gagal tampil maksimal di beberapa turnamen internasional berikutnya. Pada AFF 2012, Bachdim gagal dimaksimalkan oleh Nil Maizar, lalu pada tiga turnamen setelahnya ia tak dipanggil timnas dengan berbagai alasan.
Penulis: FM Aditomo.