Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Pertandingan ini sesungguhnya cuma penting buat Borussia Dortmund. Buat AS Monaco, yang tidak pernah menang dalam lima pertandingan sebelumnya, semuanya sudah berakhir. Mereka sudah dipastikan tidak bakal lolos ke 16 besar ataupun tampil di Liga Europa via posisi ketiga grup.
ADVERTISEMENT
Lain hal dengan Dortmund yang, meski sudah dipastikan lolos, masih harus berebut posisi puncak klasemen dengan Atletico Madrid. Sementara Atletico bertanding melawan Club Brugge --dan berakhir dengan hasil imbang 0-0--, Dortmund akhirnya sukses menekuk Monaco dengan skor 2-0, Rabu (12/12/2018) dini hari WIB, yang lantas membawa mereka menjadi pemuncak grup.
Cerita prapertandingan Monaco vs Dortmund didominasi oleh hal unik, yakni ketika Thierry Henry, yang kini mengarsiteki Monaco, memberi "pelajaran" pada bek tengah berusia 17 tahun, Benoit Badiashile. Ceritanya sendiri terjadi pada konferensi pers prapertandingan.
Dari video yang beredar, terlihat bagaimana Badiashile meninggalkan konferensi pers tanpa mengembalikan kursi ke tempat semula. Sikap yang kelihatannya sepele ini nyatanya tidak diterima Henry. Ia lantas memberikan "sorotan maut" lewat matanya kepada Badiashile, yang langsung bereaksi konkret: Mengembalikan kursi ke tempat semula.
ADVERTISEMENT

Kejadian kecil itu dianggap banyak orang sebagai cuplikan dari gaya melatih Henry yang mengedepankan kedisiplinan. Sayangnya, kedisiplinan itu tidaklah cukup untuk membendung Dortmund yang memang konsistensinya tidak usah dipertanyakan lagi sepanjang musim ini berjalan.
Henry memasang formasi 4-1-4-1 dengan menempatkan Badiashile dan Kamil Glik sebagai duet di jantung pertahanan. Namun, duet ini dibikin kerepotan oleh empat pemain depan Dortmund, Maximillian Philipp, Christian Pulisic, Raphael Guerreiro, dan Mario Goetze.
Formasi 4-2-3-1 yang dipasang pelatih Dortmund, Lucien Favre, membuat keinginan Henry yang berusaha mencari keseimbangan jumlah dan mengandalkan lebar lapangan, jadi sia-sia. Kerapatan Dortmund, plus kegesitan pemain-pemain mereka, menang pada laga kali ini.

Tidak ada ampun dari Dortmund. Mereka memenangi 62% penguasaan bola dan tidak membiarkan Monaco, si tuan rumah, melepaskan sepakan tepat sasaran sekali pun. Monaco memang bukannya tidak berusaha. Sejumlah kans mereka bangun dengan mengandalkan pergerakan dari sisi sayap lalu melepaskan umpan tarik, tetapi Dortmund lebih siap: Mereka sering menumpuk pemain di kotak penalti dan menghalau umpan itu.
ADVERTISEMENT
Guerreiro menjadi bintang kemenangan Dortmund pada laga ini lewat sepasang gol yang dicetaknya, masing-masing di menit ke-15 dan 88. Yang pertama, ia ciptakan setelah serangkaian operan pemain-pemain Dortmund membuat tujuh pemain belakang Monaco yang berada di kotak penalti menjadi patung belaka.
Akibat terlalu mengikuti pergerakan bola, pemain-pemain Monaco itu membuat Guerreiro berdiri dalam posisi terbuka. Alhasil, ia dengan mudah menceploskan bola ke gawang yang dikawal Diego Benaglio setelah menerima umpan dari kanan.
Gol kedua Guerreiro juga tercipta lewat skema yang hampir mirip, yakni umpan tarik dari sisi sayap dan kealpaan pemain-pemain belakang Monaco dalam mengawal dirinya. Alhasil, Guerreiro tinggal melepaskan sepakan kaki kanan untuk mencetak gol.
Dengan hasil ini, Dortmund lolos sebagai juara grup dengan nilai 13. Kendati memiliki poin sama dengan Atletico, Dortmund punya keunggulan head-to-head atas wakil Spanyol itu.
ADVERTISEMENT