Tentang Wigan dan Misi Sulit Mereka untuk Singkirkan City

19 Februari 2018 20:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Klub sepak bola asal Inggris, Wigan Athletic (Foto: Facebook/ Wigan Athletic)
zoom-in-whitePerbesar
Klub sepak bola asal Inggris, Wigan Athletic (Foto: Facebook/ Wigan Athletic)
ADVERTISEMENT
Manchester City harusnya akan menang dengan mudah saat meladeni Wigan Athletic pada babak kelima Piala FA, Selasa (20/2/18) dini hari WIB, di DW Stadium. Betapa tidak, City yang notabene merupakan kekuatan dominan Premier League saat ini cuma berhadapan dengan Wigan, kontestan League One atau level ketiga dalam piramida sepak bola Inggris.
ADVERTISEMENT
Jika jurang pemisah nampak dari kualitas skuat keduanya, harusnya determinasi dan mental bertanding jadi senjata lain untuk mejungkalkan City. Yang jadi masalah, Wigan kini sedang dalam performa jeblok setelah menelan dua kekalahan beruntun di pentas League One usai keok di tangan Southend dan Blackpool.
Sementara City, tak pernah lagi mengecap kekalahan sejak keok dari Liverpool pertengahan Januari lalu. Total tujuh kemenangan dan satu hasil imbang jadi bukti sahih betapa konsistennya tim besutan Pep Guardiola itu sejauh ini.
The Citizens juga dipastikan akan tetap memainkan para penggawa pentingnya, terlebih dengan jadwal main yang tergolong longgar karena hanya melakoni satu pertandingan --kontra Arsenal di Piala Liga hingga akhir bulan ini.
ADVERTISEMENT
Belum lagi dengan Leroy Sane yang telah pulih dari cedera dan diprediksi bisa tampil. Makin kecil saja harapan Wigan untuk membuat kejutan. Sementara untuk pemain pelapis, mungkin cuma Claudio Bravo yang mendapatkan garansi untuk tampil sebagai starter dini hari nanti.
Namun, jangan coba-coba melupakan keberhasilan Wigan yang pernah mempermalukan City di partai puncak pada ajang yang sama lima tahun silam. Kala itu Sergio Aguero dan kolega terpaksa gigit jari lewat gol tunggal Ben Watson di injury time.
Tak ada satu pun pemain City saat itu yang menyangka timnya akan kesulitan menghadapi determinasi Wigan, tak terkecuali Joleon Lescott.
"Saat itu, Wigan telah menekan kami sangat ketat. Beberapa minggu sebelum final, kami mengalahkan mereka 1-0 di Etihad Stadium, tapi mereka memiliki formasi yang aneh, sepasang winger mereka tidak mundur dan bertahan," ungkat Lescott kepada BBC.
ADVERTISEMENT
Roberto Martinez saat itu menerapkan skema dasar 4-3-3 dan mengandalkan sisi sayap sebagai senjatanya, baik itu dalam melakukan pressing maupun melancarkan serangan balik.
Tak heran jika Callum McManaman kemudian instens membahayakan gawang Joe Hart. Mantan penggawa Tim Nasional Inggris U-20 itu pula yang membuat Pablo Zabaleta mendapatkan kartu merah keduanya di menit 84.
Saat ini Wigan tak lagi punya McManaman, Joel Robles yang berperan sebagai palang pintu terakhir, Emmerson Boyce sang komando lini belakang, serta Shaun Maloney dan Jordi Gomez sebagai motor serangan. Tidak ada pula Arouna Kone yang kala itu berperan sebagai ujung tombak.
Kendati demikian, Wigan juga tak bisa dianggap remeh. Mereka telah menumbangkan kontestan Premier League seperti Bournemouth dan West Ham United sebelum mencapai babak kelima Piala FA musim ini.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada League One, The Latics kini bertengger di posisi kedua. Itupun karena mereka masih menyisakan dua laga lebih sedikit ketimbang Shrewsbury yang mengumpulkan satu angka lebih banyak dari mereka.
Adalah Nick Powell yang berperan penting sebagai juru gedor Wigan. Kendati berposisi gelandang serang, mantan pemain Manchester United itu kerap membantu Will Grigg sebagai ujung tombak dalam skema 4-2-3-1. Itulah mengapa Powell kini memimpin sebagai top skorer Wigan lewat torehan 12 golnya di League One. Sementara Grigg menjadi pemain tersubur di Piala FA dengan torehan 6 gol, bersama Ian Henderson, penggawa Rochdale.
Sementara Gavin Massey dan Michael Jacobs yang unggul dari segi kecepatan, jadi andalan untuk melakukan serangan dari sisi sayap. Untuk menyeimbangkan lini tengah, Paul Cook menunjuk gelandang powerful seperti Sam Morsy dan Max Power. Sedangkan barisan pertahanan yang digawangi Dan Burn sukses membuat Wigan menjadi tim yang paling sedikit kebobolan sebanyak 18 kali, enam gol lebih sedikit dari Shrewsbury di peringkat kedua.
ADVERTISEMENT
Tak ada pemain yang bintang ataupun penggawa yang menonjol dalam skuat Wigan. Tak ada juga yang bisa menjamin The Latics akan kembali mengejutkan City. Di satu sisi, tak ada juga yang bisa menjamin pasukan Pep Guardiola itu akan terhindar dari kekalahan. Toh, lima tahun lalu, Wigan juga sama sekali tak diunggulkan karena tampil buruk di pentas Premier League dan terdegradasi ke Divisi Championship di akhir musim.