Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Masa depan memang gelap. Ia tak bisa terprediksi. Oleh karenanya, merencanakan masa depan adalah sebuah kewajiban dan itulah yang sekarang tengah dilakukan Zulkifli Syukur .
ADVERTISEMENT
Pada masa keemasannya, terutama kisaran 2009 sampai 2010 silam, nama Zulkifli cukup menterang di kancah sepak bola nasional. Berposisi sebagai bek kanan, ia dikenal tangguh dalam bertahan dan piawai kala membantu serangan lewat umpan-umpan silangnya.
Tak heran, dengan kemampuannya ini Zulkifli mampu menorehkan banyak prestasi, baik di level klub maupun internasional. Bersama Arema Indonesia asuhan Robert Rene Alberts, ia sukses menggondol gelar Liga Super Indonesia pada musim 2009/10 serta Piala Indonesia pada 2010.
Bersama Timnas Indonesia, prestasi Zulkifli pun cukup mengilap. Pada gelaran Piala AFF 2010, ia sukses mengantarkan 'Garuda' menjadi runner-up.
Pada 2016, Zulkifli memutuskan untuk pulang kampung, mengakhiri ceritanya di perantauan. Memang, kemampuannya belum benar-benar habis karena pada 2015 ia mampu mengantarkan Mitra Kukar jadi juara Piala Jenderal Sudirman. Usianya ketika pulang juga belum terlalu tua, yakni 32 tahun. Ia sebenarnya masih bisa membela tim besar Indonesia lain.
ADVERTISEMENT
Namun, pemain yang juga pernah membela Persib ini mengungkapkan bahwa ia merasa sudah saatnya mengakhiri perantauan dan pulang ke kampung halaman. Sebuah keputusan yang tidak sia-sia, karena ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri yang ia rasakan.
"Pasti bangga, lah, bisa membela kampung halaman sendiri. Memang sudah lama momen ini saya tunggu, apalagi memang saya sudah cukup lama berkarier di luar Makassar. Saya pikir inilah saat saya balik ke kampung," ujar Zulkifli saat diwawancarai kumparanBOLA di Hotel Century, Jakarta, Senin (24/6).
"Kemarin memang waktu saya balik ke sini ada komunikasi dengan Hamka Hamzah, janjian supaya balik ke Makassar bareng. Apalagi saya lihat manajemen yang sekarang sudah jauh lebih baik dari kemarin-kemarin," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di PSM, Zulkifli bereuni dengan Alberts. Bersama pelatih asal Belanda tersebut, Zulkifli mengamalkan apa yang ia sebut sebagai kebanggaan membela kampung halaman sendiri: Ia mampu tampil maksimal dalam tiga musim terakhir bersama PSM.
Pada 2018 silam, ia berhasil mengantarkan tim berjuluk 'Juku Eja' tersebut menjadi runner-up Liga 1, dengan selisih satu poin dari Persija Jakarta yang keluar sebagai juara. Berlanjut ke 2019, meski tak lagi bersama Alberts, Zulkifli mampu mengantarkan PSM lolos ke babak semifinal AFC Cup zona ASEAN.
Meski begitu, di tengah penampilannya yang masih prima, Zulkifli sadar bahwa ia sudah tidak muda lagi. Dulu, sekira 2017 silam, Alberts pernah menyarankan agar Zulkifli --bersama Hamka Hamzah-- segera mengambil lisensi kepelatihan. Alberts tahu bahwa masa keduanya sebagai pemain sepak bola sudah tak lama lagi.
ADVERTISEMENT
Zulkifli pun sudah menjalankan saran Alberts tadi. Dengan usianya yang sudah menginjak 35 tahun, ia sudah banyak berdiskusi dengan istrinya soal rencana masa depan yang akan ia ambil. Dalam waktu dekat, ia menyebut tidak menutup kemungkinan akan pensiun sebagai pemain PSM.
"Pasti (pensiun di PSM), dan saya memang sudah beberapa kali mendiskusikan ini dengan istri, terutama menyangkut kelanjutan karier saya. Memang saya sering cerita ke istri saya. Belum pasti berapa lama lagi, tapi saya bilang bahwa mungkin tidak lama lagi saya akan pensiun sebagai pemain sepak bola," ujar Zulkifli .
"Tapi bukan berarti saya keluar. Mungkin saya bisa meneruskan karier di dunia kepelatihan. Itu sudah saya sering pikirkan dan diskusikan dengan istri," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Perkara persiapan untuk masa depan tersebut, Zulkifli mengungkapkan bahwa ia memang sudah ikut kursus kepelatihan. Selain itu, ia siap menggunakan pengalamannya sebagai pemain, juga pengalamannya ketika dilatih oleh Alberts, agar kelak bisa jadi pelatih yang baik.
"Ya, saya banyak belajar, apalagi kemarin saya sempat juga dengan Coach Robert. Dari beliau saya banyak belajar bagaimana menangani sebuah tim, ditambah pengalaman-pengalaman saya sebagai pemain, saya banyak ambil pelajaran dari situ," ujar Zulkifli.
"Apalagi menjadi pelatih itu bukan sekadar belajar soal teknik dan fisik, tapi bagaimana juga belajar mengatur mental pemain, psikologi pemain, itu saya rasa sangat penting. Jadi, ketiga hal itu memang yang saling berkaitan," tutupnya.
Musim ini, Zulkifli belum banyak mendapatkan kesempatan bermain bersama PSM. Ini merupakan sebuah indikasi bahwa kariernya memang telah memasuki masa senja. Sebentar lagi, ia akan memasuki masa-masa yang sulit sekali diprediksi, yaitu masa pensiun. Namun, dengan persiapan yang telah dia lakoni, Zulkifli rasanya tak perlu khawatir akan masa depannya.
ADVERTISEMENT