TGIPF: Jika Stadion Tak Bisa Dibenahi, Penonton Dikurangi

12 Oktober 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Nugroho Setiawan, membeberkan solusi yang bisa dipakai untuk menekan risiko dalam menggelar laga Liga 1 hingga Liga 3. Hal itu dikatakannya usai bertemu PSSI, PT LIB, dan pihak broadcaster di Kemenko Polhukam, Selasa (11/10).
ADVERTISEMENT
Nugroho menjelaskan perbaikan stadion untuk menunjang kelayakan laga sepak bola mungkin akan memakan waktu lama. Solusinya adalah mengurangi jumlah penonton dalam sebuah pertandingan, terutama di laga berisiko tinggi. Misalnya ada stadion berkapasitas 25 ribu orang, itu bisa dikurangi jadi 18 ribu orang saat pertandingan.
"Jadi kalau enggak mungkin 25 ribu penonton, dan terpaksa 18 ribu itu harus dipatuhi kalau mau selamat. Jadi, mitigasi itu pencegahan risiko yang bakal terjadi dan dampaknya apa," katanya di hadapan wartawan di Kemenko Polhukam, Selasa (11/10).
"Jadi kalau mungkin mengubah struktur fisik [stadion] perlu lama, mungkin dibatasi dulu penontonnya, jumlahnya [yang bisa hadir di pertandingan]. Ini juga termasuk edukasi untuk suporter," tambahnya.
Warga berdoa di depan pintu tribun Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Lebih lanjut, Nugroho Setiawan mengaku sudah datang ke Stadion Kanjuruhan. Berdasarkan hasil peninjauannya, ia menilai bahwa infrastruktur stadion di Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu sangat tidak menunjang. Ia juga menyorot kegagalan evakuasi dalam tragedi yang merenggut 132 jiwa pada 1 Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau dari sisi saya, kesimpulannya kegagalan evakuasi. Maksudnya, infrastrukturnya sangat tidak menunjang. Kami sudah ketemu juga dengan tim PUPR. Mungkin dalam waktu dekat, mereka akan ke sana dan prioritas utama perbaiki infrastruktur Kanjuruhan," tambahnya.