Tim Gabungan Aremania Temui Komnas HAM terkait Penyelesaian Tragedi Kanjuruhan

24 Juli 2023 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah sporter menggendong korban terluka di stadion Kanjuruhan pada kerusuhan dipertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah sporter menggendong korban terluka di stadion Kanjuruhan pada kerusuhan dipertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim Gabungan Aremania (TGA) memenuhi undangan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta. Langkah ini sebagai tindak lanjut penanganan korban dan memperjuangkan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara adil dan transparan.
ADVERTISEMENT
TGA mengirimkan kelompok kerja independennya, yakni tim investigasi, untuk menghadiri undangan tersebut. Koordinasi dan diskusi kelompok terarah yang diinisiasi Komnas HAM akan berlangsung mulai Senin (24/7).
“Selain menyampaikan laporan mengenai upaya pemulihan para korban, kami juga mengirimkan kelompok kerja ini [tim investigasi] untuk meneruskan dan menyampaikan harapan keluarga korban yang masih belum mendapatkan perhatian serta penanganan secara layak dan manusiawi,” Koordinator TGA, Dyan Berdinandri, dalam keterangan resmi.
Sebelumnya, TGA juga sudah memberikan pernyataan, pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA adalah tamparan keras dunia internasional bagi Pemerintah Indonesia. Indonesia seharusnya lebih tegas dan berkomitmen penuh untuk lebih dulu menjamin serta menjalankan proses hukum terkait Tragedi Kanjuruhan.
Suasana kerusuhan dipertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Foto: Putri/AFP
“Kami meminta kembali Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga korban, serta mengupayakan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas. Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepak bola atau suporter semata," jelas Dyan.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya,” lanjutnya.
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 dan menewaskan 135 orang. Insiden seusai laga Arema FC vs Persebaya di Liga 1 ini menjadi perhatian mancanegara karena menjadi tragedi sepak bola dengan jumlah korban jiwa terbanyak nomor dua di dunia.
Merujuk data Priceconomic, Tragedi Kanjuruhan menggeser insiden di Accra Sports Stadium, Accra, Ghana, pada 5 September 2001 yang menelan korban jiwa hingga 126 orang. Adapun peristiwa dengan jumlah kematian suporter terbanyak terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964, dengan 328 nyawa melayang.
TGA senantiasa menyerukan keadilan bagi para korban dan keluarganya, menuntut pertanggungjawaban negara, dan mendesak perhatian kemanusiaan global untuk memperingati para korban Tragedi Kanjuruhan. Mereka tak mau kejadian serupa terjadi lagi, salah satunya dengan menolak renovasi stadion dan mendukung pendirian Kanjuruhan Memorial atau monumen peringatan.
Suasana di luar stadion usai Tragedi Kanjuruhan. Foto: Abdul Latif/kumparan
"[Perjuangan] kami jalan terus, follow up terus. Bahkan kami juga melakukan mediasi dengan DPRD Kabupaten Malang perihal keadilan dan perihal penolakan renovasi stadion. Setiap bulan kami mengadakan aksi 1.000 lilin, berganti-gantian korwilnya," kata Dyan kepada kumparan beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Ketum PSSI, Erick Thohir, juga telah berbicara dalam sebuah konferensi pers tentang tanggapannya jelang setahun peringatan Tragedi Kanjuruhan. Ia juga menyinggung soal aspirasi penolakan renovasi stadion dan mengaku PSSI akan sangat terbuka jika ada keluarga korban Kanjuruhan yang ingin bertemu dan dibantu.
"Pemerintah sendiri sudah mengusulkan perbaikan untuk lapangan Kanjuruhan, secara total dan masif, dibangun baru, tapi itu pun kalau ada keberatan, ya, sudah bangun di dalam, di tempat lain, itu opsi dari pemerintah," kata Erick.
"Kalau masalah kasus hukum, saya rasa, saya sangat menghormati dan saya tak bisa intervensi karena saya tak bisa penetrasi dari kebijakan, kami dari PSSI kontribusinya apa? Terus mengingatkan tak boleh ada peristiwa Kanjuruhan, salah satunya dengan memperbaiki akses penonton, itu kami tekankan berulang-ulang."
ADVERTISEMENT
"Tapi gini, apa pun yang saya katakan tetap tidak bisa mengganti daripada para suporter yang terlebih dahulu meninggalkan kita," tandasnya.