Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Timnas Palestina Tak Bisa Tenang di Piala Asia, Terus Terbayang Gaza
14 Januari 2024 12:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Timnas Palestina akan melawan Iran dalam laga perdana Grup C Piala Asia di Education City Stadium, Qatar, pada pukul 00:30 WIB, Senin (15/1). Selama persiapan, mereka tidak bisa melupakan penderitaan warga Gaza.
ADVERTISEMENT
Operasi militer Israel di Gaza masih belum berhenti. Sebanyak lebih dari 23 ribu orang tewas dan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.
“Ini bukan situasi yang baik untuk bermain atau mencari nafkah, karena apa yang terjadi pada masyarakat kami di Gaza,” kata kiper Timnas Palestina, Rami Hamadi, dikutip dari Al Jazeera.
“Pikiran kami tertuju pada rakyat kami di Palestina karena kami melihat setiap hari apa yang terjadi,” lanjut pemain 29 tahun itu.
Selama tiga bulan terakhir, Timnas Palestina telah berlatih bersama jauh dari Gaza. Namun, mereka tetap tidak bisa menutup mata melihat penderitaan saudara mereka yang dibombardir Israel sejak 7 Oktober 2023.
“Semua orang terpaku pada berita, sebelum dan sesudah latihan, baik di bus atau di hotel. Para pemain selalu merasa cemas terhadap keluarga mereka,” kata pelatih Palestina asal Tunisia, Makram Daboub, kepada AFP.
ADVERTISEMENT
Mohammed Saleh, bek kelahiran Gaza, disebut tidak pernah bisa tenang setiap harinya. Menurut Hamadi, Saleh dan para pemain lain gelisah menunggu kabar keluarga mereka.
“Saleh mengirim pesan ke keluarganya 10 hari lalu. Baru kemarin mereka menjawabnya. Mereka baik-baik saja,” tutur Hamadi.
Kemudian, beberapa hari yang lalu, Timnas Palestina mendapat kabar bahwa mantan pemain sekaligus eks pelatih dan manajer umum tim Olimpiade Palestina, Hani al-Masdar, telah terbunuh setelah desanya dibom.
“Saleh, [Mahmoud] Wadi, dan para pemain muda timnas Olimpiade sangat mengenalnya. Mereka bermain bersama sebelum perang. Tidak seorang pun seharusnya berada dalam situasi ini. Tidak seorang pun di dunia ini,” tandas Hamadi.