Tonton Gratis Laga Sengit Juventus vs Milan di Channel SuperSoccer TV

31 Maret 2018 14:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juventus vs AC Milan  (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Juventus vs AC Milan (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menyandang predikat sebagai klub dengan sejarah besar bukan perkara mudah. Itulah beban lebih yang kini dipikul oleh dua klub raksasa asal Italia, Juventus dan AC Milan. Serie A 2017/2018 pekan ini pun akan mempertemukan keduanya di Juventus Stadium, tepatnya pada Minggu (1/4/2018) pukul 01:45 WIB.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan kebanyakan rivalitas klub lain yang dibumbui oleh remeh-temeh persaingan di luar perkara sepak bola, rivalitas Juventus dan Milan tidak demikian. Keduanya menjadi sengit hanya karena perkara lapangan bola. Segala cerita tentang rivalitas mereka murni karena keduanya berebut untuk menjadi yang terhebat.
Juventus adalah penguasa sepak bola Italia. Tak ada yang membantah. Terhitung, mereka sudah berhasil merebut 33 gelar scudetto di sepanjang perjalanan mereka. Sementara Milan, berbagi angka dengan rival sekotanya, Inter Milan, dengan raihan 18 scudetto. Jumlah ini jelas menggambarkan jurang yang lebar antara keduanya.
Namun, ada keunikan sendiri bila membicarakan raihan Juventus dan Milan. Juventus memang berjaya di ranah kompetisi domestik, tapi tidak demikian bila kita menyinggung raihan mereka di pentas kompetisi Eropa. Liga Champions menjadi tolak ukur dari daya saing klub-klub besar di Eropa.
ADVERTISEMENT
Bila ditotal, Juventus baru dua kali berhasil merebut gelar juara Liga Champions. Itu pun terbilang lampau, pada musim 1984/1985 dan 1995/1996. 'Si Nyonya Tua' pun baru enam kali menjajal rasanya menjadi runner up Liga Champions. Yang terbaru, pada musim 2014/2015 dan 2016/2017.
Sementara, enam musim terakhir menjadi musim-musim tersulit bagi Milan. Permasalahan finansial membuat klub yang lahir tahun 1899 ini tak bisa berbuat banyak di berbagai kompetisi.
Menilik Milan sampai di awal-awal tahun 2000-an, klub ini kerap dihuni oleh sejumlah pemain bintang dengan harga selangit. Namun, himpitan finansial membuat mereka tak diperkuat oleh pemain bintang dalam beberapa musim terakhir. Tampuk kemimpinan Silvio Berlusconi di Milan pun bergeser kepada pengusaha asal China, Li Yonghong.
Milan merayakan kemenangan atas Lazio. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Milan merayakan kemenangan atas Lazio. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Masuknya pemilik baru melahirkan secercah harapan bagi Milan. Dana segar di awal musim 2017/2018 membikin mereka sanggup mendatangkan sejumlah pemain baru yang dinilai cukup mumpuni mendongkrak prestasi. Namun, dana segar sekitar 200 juta euro itu pun belum bisa menyelesaikan masalah Milan dengan segera.
ADVERTISEMENT
Bila dibandingkan dengan Juventus, Milan yang sekarang masih tergolong sebagai klub yang sibuk bekerja di papan tengah klasemen Serie A. Terlebih, Li Yonghong tengah diterpa rumor tak sedap menyoal kesehatan finansialnya. Finansial Milan pun bertambah pelik.
Bila Milan memang besar dengan sejarah mereka, maka keputusan-keputusan manajerial mereka bertentangan dengan sejarah klub. Dalam wawancaranya bersama Jamie Carragher, Paolo Maldini mengeluhkan keputusan klub yang tidak memberikan tempat kepada legenda-legenda Milan di kursi manajemen.
Menurut Maldini, keputusan tersebut berakibat fatal. Para pemangku kursi manajemen tidak tampil sebagai sosok yang paham sejarah dan identitas Milan sebagai klub dengan sejarah mengagumkan.
Beruntung, untuk sementara, Gennaro Gattuso tampil sebagai pelatih yang paham tentang kebutuhan klubnya. Ketimbang membicarakan taktik ataupun kinerja wasit, di sejumlah konferensi pers, Gattuso kerap mengangkat persoalan mental sebagai masalah utama tim. Baginya, Milan tak berdaya karena tak dipenuhi oleh pemain-pemain yang pantas untuk bertanding mengenakan seragam Milan.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, sejumlah pemain pun menilai bahwa yang diubah Gattuso bukannya atmosfer ruang ganti, tapi pemahaman taktik. Di sesi latihan. Gattuso memberikan waktu dan porsi yang lebih banyak kepada anak-anak didiknya untuk berlatih taktik.
Bila Milan menghadapi lilitan masalah finansial, maka Juventus tampil sebagai klub yang kuat secara finansial. Atas stabilitas finansial ini, Juventus mesti bersyukur karena klub 'dipegang' oleh keluarga Agnelli yang notabene tercatat sebagai penguasa bisnis di Italia.
Andrea Agnelli yang merupakan putra Umberto Agnelli ditunjuk sebagai Presiden Juventus pada April 2010. Racikan tangan dinginnya berhasil mengubah Juventus yang mengakhiri musim sebelumnya sebagai peringkat tujuh menjadi kekuatan yang tak terbendung.
Sebagai presiden klub, ia berani untuk mengucurkan dana segar dalam jumlah selangit di awal-awal penunjukannya. Keputusan ini memang tidak serta-merta berdampak positif bagi keuangan klub. 'Tutup buku' Juventus di tahun 2011 menunjukkan kerugian sekitar 95 juta euro.
ADVERTISEMENT
Namun, selayaknya bisnis, perusahaan harus berani 'membakar uang' demi merengkuh target mereka di tahun-tahun berikutnya. Kucuran dana yang berujung pada kerugian di akhir tahun 2011 itu menjadi pondasi kokoh bagi kejayaan Juventus di pentas sepak bola Italia saat ini.
Juventus merayakan kemenangan di Olimpico. (Foto: Reuters/Tony Gentile)
zoom-in-whitePerbesar
Juventus merayakan kemenangan di Olimpico. (Foto: Reuters/Tony Gentile)
Juventus tak hanya menjadi raja di Italia, tapi juga berhasil mencapai stabilitas finansialnya. Per Maret 2016, mereka berhasil meningkatkan pendapatan sekitar 67 juta euro.
Bila melirik laporan keuangan periode 2016 yang dipublikasikan pada Maret 2017 lalu pun, Juventus mendulang profit yang tak sedikit. Raihan pendapatan mereka di periode buku 2016-2017 mencapai 562,7 juta euro atau meningkat 45,10% dibandingkan periode sebelumnya. Itu baru pendapatan.
Peningkatan pendapatan tanpa peningkatan profit ibarat menjadi petenis peringkat satu dunia tanpa raihan gelar Grand Slam. Di periode tersebut, Juventus pun mendulang profit yang tak sedikit. Mereka mengantongi profit setelah pajak sebesar 42,6 juta euro.
ADVERTISEMENT
Bila dihitung-hitung, persentase peningkatannya mencapai kisaran 939% (bila dinominalkan, peningkatan profitnya mencapai 38 juta euro). Di periode finansial 2015-2016, Juventus berhasil mengantongi profit setelah pajak sekitar 4,062 juta euro. Bandingkan dengan Milan yang menderita kerugian sekitar 89 juta euro di tahun 2015 dan 75 juta euro di tahun 2016.
Stabilitas finansial memang tidak berhubungan langsung dengan racikan taktik Massimiliano Allegri. Namun, jangan lupakan bahwa klub sepak bola pun menjalani hidupnya sebagai perusahaan. Dan yang namanya perusahaan, kesehatan finansial menjadi modal utama untuk merengkuh keleluasaan aktivitas bisnis. Begitu pula dengan Juventus.
Laga Juventus melawan Milan menjadi menarik karena mempertemukan dua tim dengan figur finansial yang berbeda. Anda pun bisa menyaksikan laga Juventus vs Milan dengan meng-klik tautan di berikut: https://kumparan.com/kumparanbola/super-soccer/livematch
ADVERTISEMENT
Selamat menyaksikan!