Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Transformasi Hierro: Dari Pemain Bertahan ke Pelatih Timnas Spanyol
14 Juni 2018 11:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Pemecatan Julen Lopetegui menjadi penanda dimulainya babak baru perjalanan Fernando Hierro sebagai pelakon sepak bola. Keputusan mengejutkan yang diambil Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) sehari sebelum dimulainya perhelatan Piala Dunia 2018 mengantarkan Hierro sebagai pelatih baru Timnas Spanyol .
ADVERTISEMENT
Bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia secara harfiah, nama Hierro akan berarti besi. Nama yang sesuai dengan pilihannya untuk menjadi pemain bertahan Spanyol. Namun, Hierro tak segarang nama dan perawakannya.
Di atas lapangan, ia dikenal sebagai salah satu pemain bertahan paling santun yang pernah dimiliki oleh ranah sepak bola Spanyol. Mencari kelakuan brutalnya, baik di dalam maupun luar lapangan, bukan perkara mudah. Keberadaannya sering dikait-kaitkan dengan kebiasaan murah senyum dan kesediaan untuk mengayomi rekan-rekannya.
Sebelum penunjukannya sebagai pelatih Timnas Spanyol, Hierro mengawali karier sepak bola seniornya bersama Valladolid pada 1987. Dua tahun berjibaku di lapangan Estadio Jose Zorrilla, Hierro hijrah ke Real Madrid pada 1989. Bersama Los Blancos-lah kariernya mulai menjadi cerlang.
ADVERTISEMENT
Musim 1994/1995 menjadi penanda baru bagi kiprah Hierro di atas lapangan bola. Selain menjadi musim pertamanya menjabat sebagai kapten Madrid, ini menjadi kali pertama posisinya digeser sebagai bek tengah. Tadinya, ia bermain sebagai gelandang tengah. Selama tercatat sebagai penggawa Madrid, Hierro memegang predikat sebagai spesialis bola-bola mati.
Terhitung, Hierro sudah bermain 439 kali untuk Madrid dan mengamankan 109 gol. Catatan yang cukup impresif bagi seorang pemain bertahan. Kepemimpinan dan kemampuan olah bolanya mengantarkan Madrid merengkuh 16 gelar juara: lima La Liga, satu Copa del Rey, empat Supercopa de Espana, tiga Liga Champions, dua Piala Interkontinental, dan satu Piala Super Eropa.
Empat belas tahun membela Madrid, Hierro memutuskan untuk pindah. Dua musim terakhirnya sebagai pesepak bola dihabiskan di dua klub berbeda: Al Rayyan di Qatar dan Bolton Wanderers di Inggris.
ADVERTISEMENT
Dalam rekam jejaknya sebagai pesepak bola, Hierro juga tercatat membela Timnas Spanyol berlaga sejak 1989. Perjalanannya di level internasional yang berakhir pada 2002 itu ditandai dengan 89 caps dan 29 gol. Namanya pun terpilih sebagai bek terbaik versi UEFA pada 1997/1998 dan masuk dalam All Stars Tim Piala Dunia FIFA pada 2002.
Walaupun memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain, Hierro tetap tak bisa memangkas jarak dengan sepak bola. Pada akhir September 2007, ia menerima pinangan RFEF dengan menjabat sebagai direktur olahraga. Artinya, ia menjadi bagian dari keberhasilan Timnas Spanyol merengkuh gelar juara Piala Eropa 2008 dan 2010.
Andilnya untuk mengantarkan Spanyol sebagai juara Eropa dan dunia sekaligus tak serta-merta membuatnya berhenti mencari tempat terbaik. Pada musim 2014/2015, Hierro memutuskan untuk bergabung bersama klub yang telah membesarkan namanya dulu, Madrid. Berbeda dengan peranannya di Timnas, kali ini ia menjabat sebagai asisten pelatih Carlo Ancelotti.
ADVERTISEMENT
Di bawah kepemimpinan Ancelotti, ada dua hal yang dipelajari Hierro secara langsung: persoalan taktik dan manajemen pemain. Sepintas, Madrid terlihat sebagai klub yang memberikan keuntungan berlimpah bagi Ancelotti karena keberadaan sejumlah pemain bintang. Namun, Madrid tak cuma menyoal gelar juara dan racikan taktik, tapi juga persoalan di ruang ganti.
Jose Mourinho meninggalkan Madrid dengan warisan permusuhan antara legenda hidup mereka, Iker Casillas, dan rekan-rekannya. Ancelotti, seperti apa pun caranya, berhasil menetralisir racun di ruang ganti Madrid. Ia mengakurkan kembali Casillas dan teman-temannya. Casillas kembali turun arena, bertanding bersama rekan-rekannya, dan mengupayakan La Decima.
Kepelatihan Ancelotti pada akhirnya juga berhasil membuat pemain-pemain bintang macam Cristiano Ronaldo, Luka Modric, Karim Bernzema, ataupun Pepe menjadi padu di atas lapangan. Racikan taktik Ancelotti tak hanya menghasilkan kemenangan, tapi kesediaan para pemain untuk mengalahkan ego masing-masing.
ADVERTISEMENT
Mengatasi persoalan pemain dan psike pemain menjadi bekal yang menjanjikan bagi Hierro yang pada akhirnya menerima jabatan sebagai pelatih kepala pada 2016/2017. Walau tak bermain di divisi utama, Real Oviedo yang kala itu berkompetisi di Segunda Division, dinilainya sebagai batu loncatan yang layak bagi perjalanan kariernya.
Namun, karier Hierro tak berjalan mulus bersama Oviedo. Setelah dipastikan gagal membawa klubnya promosi ke divisi puncak, klub menyatakan bahwa mereka tak bisa meneruskan kerja sama dengan Hierro. Lantas, pada Juli 2017, Hierro melepaskan jabatannya sebagai pelatih.
Hari baik pada kenyataannya masih berpihak pada Hierro. Pada November 2017, RFEF kembali meminangnya untuk posisi serupa: direktur olahraga. Piala Dunia 2018 menjadi target utama Spanyol.
ADVERTISEMENT
Jabatan sebagai direktur olahraga memberikan tanggung jawab pada Hierro untuk menjembatani kebutuhan kepelatihan dan manajemen. Bukan pekerjaan mudah, keduanya memiliki fokus yang berbeda.
Kepelatihan menjadi ujung tombak klub dengan memoles pemain dan memenangi turnamen, sedangkan manajemen mengurusi uang dan segala macam keperluan administrasi. Yang membikin susah, keduanya mesti berjalan seiring seirama supaya melahirkan harmonisasi dalam klub. Pekerjaan tak mudah inilah yang harus dituntaskan oleh Hierro.
Palu nasib menjatuhkan vonis yang benar-benar berbeda pada Rabu (13/6/2018). Diawali dengan pemberitaan dengan pembicaraan intens antara Hierro dan Lopetegui di area latihan, berakhir dengan penunjukan Hierro sebagai suksesor Lopetegui di Timnas Spanyol.
Dengan pengalaman kepelatihan yang minim, tapi punya keunggulan di balik layar, Hierro menerima tanggung jawab baru yang mempertemukannya dengan misi perdana yang cukup tak masuk akal: memimpin Timnas Spanyol di Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT