Arsenal, Aston Villa

Usai Tekuk Liverpool dan Man City, Arsenal Dikalahkan Aston Villa: Kenapa Bisa?

22 Juli 2020 10:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arsenal vs Aston Villa Foto: Peter Powell/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Arsenal vs Aston Villa Foto: Peter Powell/Reuters
ADVERTISEMENT
Arsenal mampu mengalahkan Liverpool dan Man City, lalu tiba-tiba mereka dikalahkan Aston Villa. Kenapa performa The Gunners dalam tiga laga teranyar bisa seanomali ini?
ADVERTISEMENT
The Reds adalah sang juara Premier League 2019/20, sedangkan The Citizens merupakan tim yang mendominasi sepak bola Inggris pada dua musim sebelumnya. Sementara itu, The Villans cuma tim yang masih berusaha lolos dari degradasi.
Apa yang terjadi? Kenapa penampilan Arsenal bisa 'seunik' itu menjelang akhir musim 2019/20?
Pada stori ini, kumparanBOLA coba membahasnya. Kita kesampingkan dulu faktor 'semangat' dan stamina karena, walau itu mungkin berpengaruh, tetapi itu bukanlah dua hal yang bisa dilihat dengan kasat mata. Pembahasan ini lebih ke taktikal.

Kemenangan atas Liverpool dan Man City

Alexandre Lacazette di laga Arsenal vs Liverpool. Foto: Paul Childs/Reuters
Ada satu persamaan dari permainan yang ditunjukkan Arsenal kala mereka menekuk Liverpool (di Premier League) dan Man City (di Piala FA). Intinya, mereka sama-sama membiarkan dua lawan itu memegang penguasaan bola.
ADVERTISEMENT
Masih ingat bagaimana Arsenal membobol gawang Liverpool? Arsenal menang 2-1 berkat gol Alexandre Lacazette dan Reiss Nelson yang masing-masing diawali oleh blunder Virgil van Dijk dan Alisson Becker.
Tampak seperti 'cuma hoki'? Walau begitu, Arsenal sendirilah yang memaksakan keberuntungan itu lewat pressing sistematis yang dibangun sebelum dua gol itu tercipta.
Lalu, bagaimana cara Arsenal menjebol gawang Man City? Sebetulnya, strategi melakukan tekanan di area pertahanan lawan masih mereka terapkan, tetapi golnya bukan dari situ.
Dua gol Pierre-Emerick Aubameyang di laga itu berasal dari build up serangan yang oke dan serangan balik. Artinya, hanya satu dari empat gol Arsenal dalam dua laga itu yang berasal dari build up, alih-alih memanfaatkan celah serangan balik dan blunder lawan.
Pemain Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang (tengah) saat mencetak gol ke gawang Manchester City. Foto: Justin Tallis -Reuters

Arsenal kebingungan saat disuruh pegang bola

Dari situ, sebenarnya sudah terlihat penyebab Arsenal gagal menang, bahkan kalah dari Villa. Perbedaannya, Villa bermain dengan menerapkan garis pertahanan rendah, sedangkan City memakai garis pertahanan tinggi.
ADVERTISEMENT
Kombinasi garis pertahanan tinggi plus penguasaan bola membuat City diserang lewat serangan balik cepat, seperti halnya gol kedua Aubameyang di laga Piala FA itu. Namun, kalau Villa kan enggak gitu mainnya.
Justru, Arsenal-lah yang lebih menguasai bola (hingga 69% per WhoScored) saat melawan Villa. Sementara itu, Villa menumpuk pemain di kotak penalti dan Arsenal tampak clueless untuk bisa merobek pertahanan yang rapat itu.
Model permainan yang ditunjukkan Villa itu jugalah yang membikin kans mencetak gol di laga kontra Liverpool tak bisa diulang. Lha wong, mereka enggak mau menguasai bola, kok, malah mereka yang menyerang lewat skema serangan balik.
Pemain Arsenal Alexandre Lacazette berusaha melewati pemain Aston Villa pada lanjutan Premier League di Stadion Villa Park, Birmingham, Inggris. Foto: Shaun Botterill/REUTERS

Mengubah Arsenal menjadi tim yang defensif?

Kalau sudah begini, apa sebaiknya Arsenal bermain defensif saja laiknya tim-tim yang dilatih Jose Mourinho? Hmm... Kayaknya, sih, enggak bisa juga, deh.
ADVERTISEMENT
Soalnya, sebetulnya, sistem pertahanan Arsenal itu enggak bagus-bagus amat. Atau lebih tepatnya, belum konsistenlah bagusnya.
Saat menghadapi Liverpool, Arsenal harus berterima kasih pada Emiliano Martinez yang membuat delapan penyelamatan dari sembilan tembakan ke gawang. Itu bukti bahwa pertahanan Arsenal masih kurang kokoh, tetapi skill individu menyelamatkan mereka.
Kalau saat menghadapi Man City, pertahanan mereka lebih ajek. Namun tetap saja, itu artinya mereka tidak konsisten kan?

Kurangnya kreativitas para pemain

Pemain Arsenal Eddie Nketiah berusaha melewati pemain Aston Villa pada lanjutan Premier League di Stadion Villa Park, Birmingham, Inggris. Foto: Peter Powell/REUTERS
Kemandekan Arsenal dalam mengkreasi serangan sejatinya adalah akibat kurang kreatif dan inisiatifnya para pemain mereka. Eddie Nketiah mungkin bisa diandalkan di kotak penalti, tetapi kalau bola tak bisa sampai ke sana bagaimana?
Masalahnya, striker Inggris itu tak begitu andal jika diinstruksikan bermain melebar ke sayap. Plus, kemampuan dribelnya pun kurang ciamik.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, dalam laga di Villa Park itu, dua poros lini tengah mereka, Lucas Torreira dan Dani Ceballos, pun kurang kreatif. Pemosisian diri mereka kurang bagus; terutama Ceballos, yang diinstruksikan lebih menyerang, tetapi kurang berani bergerak lebih ke depan.
Maka dari itu, Arteta lalu menurunkan Granit Xhaka untuk mengganti Torreira, berharap umpan-umpannya bisa membantu build up. Namun, Arsenal tetap gagal mencetak gol. Tujuh tembakan tidak akurat cukup menggambarkan buruknya kreasi serangan mereka.

Mengasah skema bola mati

Selebrasi pemain Aston Villa usai mencetak gol ke gawang Arsenal pada lanjutan Premier League di Stadion Villa Park, Birmingham, Inggris. Foto: Peter Powell/REUTERS
Bagaimana cara Aston Villa membobol Arsenal? Mereka memanfaatkan kelengahan Arsenal di situasi bola mati, tepatnya sepak pojok--sama seperti saat Arsenal dibobol pemain Tottenham Hotspur, Toby Alderweireld.
Di sisi lain, dari sembilan kesempatan sepak pojok yang didapat dalam laga di Villa Park itu, Arsenal tak bisa mengonversinya menjadi gol. Ke depannya, Arsenal perlu memperbaiki aspek ini, termasuk di situasi bola mati lainnya.
ADVERTISEMENT
Per Understat, Arsenal tercatat 74 kali mendapat kesempatan mencetak gol dari sepak pojok, tetapi yang berhasil dimanfaatkan untuk menjebol gawang lawan cuma sembilan. Mereka pun sembilan kali kebobolan dari situasi yang sama.
Padahal, situasi bola mati bisa jadi alternatif untuk mencetak gol, terutama kala melawan tim-tim yang memasang blok pertahanan rendah seperti Villa. Plus, mereka juga perlu menghindarkan untuk tak kebobolan dari situasi-situasi tersebut.
---
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten