Waktunya Investigasi Independen Bekerja untuk Berantas Pengaturan Skor

27 Desember 2018 20:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sepak Bola dan Uang (Foto: Ppixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sepak Bola dan Uang (Foto: Ppixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ini adalah bagian kelima dan terakhir dari laporan hasil wawancara kumparanBOLA dengan Declan Hill menyoal pengaturan skor. Anda bisa membaca bagian sebelumnya di:
ADVERTISEMENT
***
Sepak bola bergelar permainan indah, tapi penyakit yang menggerogoti membuatnya jadi tak indah. Penyakit itu bernama pengaturan skor. Serupa penyakit lain, pengaturan skor tak akan bisa selesai tanpa penanganan yang tepat. Namun, penanganan yang tepat tak akan ditemukan tanpa investigasi yang benar.
Dan penyakit ini tak hanya terjadi di Indonesia atau Asia Tenggara atau Asia--tapi di dunia. Tak peduli sehebat apa pun sepak bola suatu negara, pengaturan skor bisa terjadi di mana saja.
“Sekitar tahun 2008 saya bicara kepada otoritas sepak bola Jerman. Saya bilang kepada mereka bahwa sepak bola mereka bermasalah. Saya juga bicara kepada federasi di Kanada. Mereka membantah. Mereka bahkan bilang kepada saya, itu persoalan Asia. Saya jawab mereka seperti ini: Kalian salah dan kalian rasialis,” jelas Declan Hill kepada kumparanBOLA.
ADVERTISEMENT
“Pada akhirnya, investigator dan kepolisian membuktikan bahwa mereka benar-benar salah. Match fixing terjadi di negara apa pun. Kanada, Lithuania, Latvia, Estonia, Brasil, Portugal, Wales, Swiss, Swedia, Jepang, Italia, Jerman, Prancis, Republik Ceko, dan banyak lagi. Kasus ini, skandal ini bisa terjadi di mana pun.”
Bila negara-negara dengan kekuatan sepak bola hebat saja mengalami pengaturan skor, apalagi Indonesia. Dari tahun ke tahun, bahkan sejak sebagian dari kita belum lahir, pembicaraan soal pengaturan skor di sepak bola Indonesia tak selesai-selesai.
Ada saja kasus yang meyakinkan kita bahwa sejatinya negeri ini tak mampu berbuat banyak untuk memberantas penyakit yang satu ini. Federasi boleh dengan lantang berseru bahwa mereka bekerja semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya.
ADVERTISEMENT
Ironis karena pada akhirnya, nama mereka pun jadi terbawa-bawa. Bukan sebagai salah satu pahlawan pembasminya, tapi sebagai pihak yang diduga ikut ambil bagian di dalamnya.
“Sialnya, pengaturan skor di negara kalian tidak hanya terjadi di level tertinggi, tapi juga di divisi dua, tiga, dan yang terendah sekalipun. Kenapa seperti itu? Prinsipnya sederhana, selama mereka bisa menghasilkan uang--mau divisi utama, dua atau tiga, semua bakal dimainkan.”
“Minggu lalu, ada kasus seperti ini di Belgia. Ada seorang remaja 15 tahun ditawari uang 50.000 dolar untuk mengatur pertandingan. Bayangkan, 15 tahun. Remaja dan 50.000 dolar (per kurs 27/12/2018 setara dengan 727.345.500 rupiah). Skandal ini terjadi di mana pun, bahkan di Eropa yang notabene kondisinya lebih baik daripada Indonesia,” ucap Hill.
ADVERTISEMENT
Skema pengaturan skor (match fixing) di sepak bola Indonesia. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Skema pengaturan skor (match fixing) di sepak bola Indonesia. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
Untuk membuktikan omongan Hill, khususnya di Indonesia, kita hanya perlu melihat kembali pengaduan-pengaduan yang belakangan santer terdengar. Dugaan pengaturan skor bukan ditujukan kepada klub-klub yang bermain di divisi puncak, tapi dua dan tiga.
Pada program 'Mata Najwa' dengan tema 'PSSI Bisa Apa?' yang tayang pada Rabu (28/11/2018), Januar Herwanto, Manajer Madura FC, mengungkapkan praktik penyuapan yang ada di sepak bola Indonesia. Bahkan, Januar dengan gamblang menyebut anggota Komite Exco PSSI, Hidayat, sebagai aktor di balik pengaturan pertandingan sepak bola Indonesia.
Januar mengakui bahwa ia dihubungi oleh Hidayat dan diminta untuk membiarkan Madura FC kalah dari PSS Sleman di ajang Liga 2. Januar juga diiming-imingi uang sebesar Rp 100-150 juta sebagai imbalan dari kekalahan.
ADVERTISEMENT
Yang buka-bukaan bukan cuma Januar. Tak sampai sebulan berselang, tepatnya pada Rabu (19/12/2018) di tayangan 'Mata Najwa: PSSI Bisa Apa? (Jilid 2)', giliran Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, yang bicara soal praktik pengaturan skor. Sialnya, lagi-lagi ada nama anggota federasi yang disebut dalam pengakuan ini.
Guna memerangi pengaturan skor, PSSI membentuk Komite Ad Hoc. Komite tersebut mendampingi struktur yang sudah ada di PSSI. Hal itu dimaksudkan agar pengambilan keputusan akurat dengan data yang sesuai.
“Berdasarkan putusan rapat terbaru yang digelar pekan lalu, kami membentuk Komite Ad Hoc. Nah. Komite Ad Hoc ini sifatnya untuk memberi arahan yang juga sesuai dengan statuta FIFA,'' kata anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Yoyok Sukawi, ketika dihubungi kumparanBOLA, Rabu (19/12/2018).
ADVERTISEMENT
''Jadi perlu digarisbawahi di sini, di dalam statuta FIFA juga diperbolehkan federasi membentuk Komite Ad Hoc untuk mengajak dan melibatkan orang di luar lingkup PSSI. Contohnya, kepolisian, kejaksaan, dan TNI. Tetapi diatur juga kewenangan dan tanggung jawabnya, jangan sampai Komite Ad Hoc tersebut kewenangannya melampaui kewenangan Komite Yudisial PSSI. Jadi Komite Ad Hoc itu sifatnya memberi rekomendasi,'' lanjutnya.
Setali tiga uang, pihak kepolisian (Mabes Polri dan Polda Metro Jaya) nyatanya juga merespons dengan membentuk Satgas Anti-Mafia Bola. Adapun, Satgas ini dibentuk berdasarkan Surat Perintah Kapolri No. Pol: Sprin/3678/XII/HUK.6.6./2018 pada 21 Desember 2018.
Teraktual, Satgas berhasil menangkap Johar Lin Eng yang merupakan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI pada Kamis (27/12/2018). Johar ditangkap berdasarkan keterangan dari sejumlah saksi yang dimintai keterangan oleh Satgas dalam beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Anggota Exco PSSI Johar Ling Eng. (Foto: AFP dan kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Exco PSSI Johar Ling Eng. (Foto: AFP dan kumparan)
"Tentunya, muncul dari beberapa saksi yang sudah dimintai keterangan beberapa hari lalu, termasuk informasi-informasi yang didapat dari Satgas, dari hasil penyitaan beberapa alat bukti dan hasil analisis," kata Karopenmas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kamis (27/12/2018).
Jadi, intinya begitu. Semua bekerja, internal dan eksternal federasi. Lalu yang menjadi pertanyaan, kira-kira bakal efektifkah cara ini?
Dalam wawancaranya, Hill menjelaskan bahwa yang menjadi penyebab mengapa skandal pengaturan skor di Indonesia tidak habis-habis adalah ketiadaan investigasi independen. Artinya, investigasi tetap diorganisir oleh orang-orang di dalam lingkup sepak bola.
“Persoalan sebenarnya adalah kasus di Indonesia tidak diinvestigasi secara independen. Kalian seperti tertutup oleh jangkauan investigasi pihak eksternal sepak bola,” tegas Hill.
ADVERTISEMENT
“Sekitar bulan lalu, ada investigasi besar-besaran (mendalam) yang dilakukan oleh Kepolisian Belgia dan pihak yudisial soal kasus pengaturan skor di Belgia. Mereka (yang bekerja dalam investigasi -red) tidak punya elemen-elemen sepak bola (football insider), tapi mereka punya orang-0rang yang ahli di bidang money laundry dan organized crime. Inilah yang mereka pekerjakan untuk membuka kasus pengaturan skor,” jelas Hill.
Untuk menyadari mengapa pengaturan skor dikategorikan sebagai organized crime (kejahatan terorganisir), kita bisa menyimak cerita Hill dalam bukunya yang berjudul 'The Fix: Soccer & Organized Crime'. Ia menceritakan pertemuannya dengan seorang mafia bola asal Asia di Bangkok pada 2005. Dalam bukunya, Hill menyebut sang mafia dengan nama Lee Chin.
Pada kenyataannya, Chin bukan orang sembarangan. Ia mengklaim diri sebagai pemimpin sindikat yang digerakkan oleh 16 orang runner. Saat bertemu dengannya, Hill menyaksikan sendiri Chin menerima telepon dari Filipina. Setelah menutup telepon, Chin menegaskan bahwa Laos akan kalah 0-1 dari Singapura di SEA Games 2005.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya, Laos benar-benar kalah 0-1 dari Singapura di pertandingan Grup B pada 26 November 2005. Adalah Fazrul Nawaz yang mencetak gol untuk Singapura di menit keempat. Semuanya terlihat mudah --seolah-olah tinggal angkat telepon lalu beres--, padahal proses yang terjadi di baliknya begitu sistematis.
Sepak bola yang sudah diatur. (ilustrasi) (Foto: Anita Jankovic/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Sepak bola yang sudah diatur. (ilustrasi) (Foto: Anita Jankovic/Unsplash)
Dalam wawancaranya bersama Der Spiegel yang tayang pada 1 September 2008, Hill juga pernah bercerita soal Chin yang sanggup mengatur salah satu pertandingan sepak bola di Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat.
Chin mengatur supaya Tunisia kalah dari Portugal dan mengaku bahwa ia menjangkau pemain-pemain Tunisia. Kala itu, pemain-pemain Tunisia menolak untuk menerima bayaran dalam bentuk uang karena alasan religius. Maka, Chin mengirimkan pelacur-pelacur asal Meksiko sebagai bayaran. Laga pertama Grup A yang berlangsung pada 20 Juli 1996 itu memang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Portugal. Afonso Paulo Martins mencetak kedua gol pada menit 13 dan 68.
ADVERTISEMENT
“Saya memenangi uang dengan jumlah yang luar biasa. Setiap orang (yang terlibat -red) juga merasa puas,” seperti itu petikan omongan Chin kepada Hill.
Masih dalam wawancaranya, Hill pun yakin bahwa Indonesia harus melakukan hal serupa Belgia soal investigasi mendalam dan independen. Menuntaskan pengaturan skor bukan perkara mustahil bagi Indonesia. Toh, ada sejumlah negara yang sudah melakukannya.
Namun, pemerintah mesti membiarkan orang-orang di luar sepak bola bekerja. Investigasi yang dipimpin oleh football insider, termasuk batasan-batasan yang diberikan oleh federasi, dapat menimbulkan potensi konflik kepentingan Jika konflik ini sudah lahir, dapat dipastikan investigasi tidak akan sampai ke akar sehingga tak berjalan efektif.
Pembentukan Satgas Anti-mafia Bola oleh Kepolisian Indonesia adalah langkah efektif. Terlebih Satgas ini juga menyediakan hotline yang membuat informan dapat memberikan keterangan yang dijamin kerahasiaannya. Laporan dan informasi adalah perkara penting untuk membongkar praktik pengaturan skor yang memang dapat digolongkan sebagai kejahatan terorganisir ini.
ADVERTISEMENT
Namun, mencari penyedia informasi bukan perkara mudah. Terlebih, bisa saja informan ini adalah orang-orang yang setuju untuk melakukan arrangement fixing--dalam hal ini, pemberi suap. Maka, treatment khusus kepada informan juga perlu dipikirkan. Jangan sampai karena mereka kelewat takut dengan hukuman, informasi justru tidak dapat digali.
Usai pengungkapan, pencegahan agar kasus serupa tak terulang juga mesti dipikirkan. Dalam 'The Insider’s Guide to Match-Fixing in Football' dijelaskan bahwa insentif pertandingan adalah ganjaran yang dikejar oleh setiap tim yang berlaga di suatu kompetisi, baik hadiah (plus gelar juara) dan tiket promosi--untuk mereka yang tidak promosi di divisi teratas.
Insentif pertandingan bisa dibuat dengan lebih beragam, tidak hanya untuk mereka yang juara. Bagaimana Premier League menghidupi tim-tim yang berlaga di dalamnya dengan pembagian hak siar bisa menjadi contoh.
ADVERTISEMENT
Di Premier League, ada tiga kategori hak siar. Kategori pertama (50% dari total uang) dibagikan secara merata kepada seluruh tim yang bertanding. Kategori kedua (25% dari total uang) diberikan kepada seluruh tim sesuai peringkat di klasemen. Sementara, kategori ketiga (sisanya) diberikan kepada tim yang pertandingannya disiarkan secara langsung.
Tindakan pencegahan juga bisa dilakukan dengan menegakkan regulasi administrasi setegak-tegaknya. Jangan sampai ada yang abai terhadap kesejahteraan pemain. Sepak bola profesional adalah tempat para pelakonnya mencari nafkah. Intinya, mereka harus mendapatkan uang yang layak supaya dapat hidup dengan layak.
Cara-cara di atas barangkali adalah jalan yang mahal. Namun, mereka yang berlaga di atas lapangan (termasuk staf dan wasit) adalah manusia, bukan sapi perah. Dan pengaturan skor adalah urusan perut, soal uang--bukannya moral, norma, etika, atau perkara klise lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana otoritas Prancis membongkar kasus pengaturan skor bola tangan pada Mei 2012 bisa menjadi contoh. Jejak para pelakunya tercium berkat kerja Française des Jeux (FDJ) dalam memonitor pasar judi. Hasil temuan menunjukkan keberadaan nilai taruhan yang jumlahnya 40 kali lebih besar ketimbang jumlah normal.
Memonitor bursa taruhan adalah tindakan preventif yang dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan pengaturan skor. Bukan perkara mudah karena memang harus melibatkan orang-orang atau organisasi yang paham perilaku pasar judi, apalagi lingkupnya tak nasional melulu.
***
Jurnalis investigator, Declan Hill. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis investigator, Declan Hill. (Foto: Dok. Istimewa)
“Saya yakin seyakin-yakinnya, di Indonesia masih ada polisi, investigator yang bersih, jujur, dan adil. Maka, pemerintah seharusnya bekerja sama untuk menemukan dan menggunakan orang-orang ini,” ucap Hill.
“Skandal ini bisa diselesaikan dan memang harus diselesaikan karena saya pikir, Indonesia underperform dalam prestasi internasional. Dua generasi sebelumnya, sekitar tahun 1970-an, sepak bola Indonesia cukup baik. Sekarang kamu tahu, kalian kalah dari Jepang, Qatar, dan negara-negara lain.”
ADVERTISEMENT
“Kalian punya talenta yang oke, pemain-pemain yang pada dasarnya hebat. Kalian memiliki banyak orang yang begitu menggilai sepak bola. Tapi, orang-orang ini dikhianati oleh koruptor-koruptor sepak bola. Makanya, pengaturan skor memungkinkan, bisa, dan memang harus diakhiri,” jelas Hill.
Ya, begitulah. Ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan Indonesia untuk mengungkap, memberantas, dan mencegah pengaturan skor. Jangankan memberantas dan mencegah, untuk mengungkap saja upayanya sudah mati-matian.