Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Wawancara Coach Justin: Melawan Hujatan Netizen hingga Bicara Karma
30 Juni 2021 16:47 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:47 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Justinus Lhaksana, tak dapat dipungkiri, kerap kali menjadi magnet di jagat maya. Pria yang karib disapa Coach Justin ini selalu berhasil 'mencuri panggung' di tengah hiruk-pikuk timeline Twitter.
ADVERTISEMENT
Belakangan, Coach Justin kembali ramai diperbincangkan. Musababnya, analisisnya terhadap sejumlah pertandingan Euro 2020 kerap berseberangan dengan hasil akhir.
Setidaknya, ada tiga tim yang diprediksi Coach Justin bakal menang, yakni Belanda, Jerman, dan Swedia, tetapi malah tersingkir di babak 16 besar Euro 2020. Tak pelak, ia menjadi bahan olok-olok netizen. Meme-nya bahkan bertebaran di mana-mana.
Lantas, bagaimana sejatinya Coach Justin menyikapi situasi tersebut? Apakah mentalnya pernah tertekan dengan segala serangan dari netizen itu?
Untuk mengetahui jawabannya, kumparan mewawancarai eks pelatih Timnas Futsal Indonesia ini pada Rabu (30/6). Silakan disimak.
Bagaimana Anda menyikapi banyaknya netizen yang kerap mem-bully? Dan, belakangan terkait dengan prediksi di Euro 2020.
Parameter banyak itu apa? Justru kalau gue lihat enggak ramai diperbincangkan. Hanya segelintir orang, lu cek YouTube gue. Berapa yang kasih like dan dislike? 90 persen ke atas kasih like.
ADVERTISEMENT
Ini ada segelintir akun haters yang mencari pansos dengan memfitnah, orang itu gue blok semua. Lu tau berapa yang gue blok? Hampir 10 ribu (akun) di Twitter.
Orang-orang ini yang kesal karena gue blok, mereka sebarkan fitnah. Kalau lu bilang banyak, gue sama sekali enggak setuju. Kenapa jadi viral? Karena Indonesia banget, netizen Indonesia banget yang tanpa research, mereka mengutip, mengutip, dan mengutip.
Ini gue kasih contoh. Dikutip, Coach Justin unggulkan Swedia dan Swedia kalah. Kalau lu nonton videonya, gue bilang Swedia definitly unggul dari permainan.
Dan, apa yang terjadi di babak kedua? (Percobaan) Swedia dua kali kena mistar, di perpanjangan waktu kena kartu merah, baru Ukraina menang.
Itu gue jelaskan dalam video dan terbukti benar, Swedia unggul. Cuma mereka kan lihat skor di situlah tololnya netizen. Tahunya cuma skor, dikira gue paranormal.
ADVERTISEMENT
Jadi, Anda menilai segelintir orang ini tidak menyaksikan secara utuh videonya?
Karena video gue pakai subtitle, mereka hanya ambil sepotong-sepotong. Padahal, sudah gue jelaskan. Contoh Inggris, dari permainan gue jagokan Jerman. Dipotonglah di situ kalau gue unggulkan Jerman dari permainan.
Tetapi, kalau mereka nonton, gue sudah jelaskan kalau Inggris bisa memanfaatkan counter attack terutama (Harry) Kane dan bermain dengan dua DM (Defensive Midfielder), itu terbukti menang. Dan, apa yang gue bilang itu semua terbukti. Cuma karena mereka haters, akhirnya dipotong, biar pansos. Tujuan mereka kan pansos, tujuan mereka dapet followers.
Gue dari awal unggulkan Italia. Lihat Italia main kayak bagaimana. Bahwa Italia enggak lolos bisa-bisa aja. Tetapi, dari segi permainan luar biasa. 90 persen omongan gue benar, cuma mereka pengin tahunya cuma menang kalah.
ADVERTISEMENT
Selama ini sebenarnya Anda peduli atau tidak dengan omongan netizen?
Gue enggak peduli, orang bebas mau ngomong apa. Karena gue percaya karma. Tambah banyak gue difitnah, tambah banyak rezeki datang, dan itu terbukti juga. Gue sudah raup ratusan juta rupiah selama Euro ini dari endorse.
Ada yang gue maki-maki? Enggak ada. Ada yang gue laporin (ke polisi)? Enggak Ada. Biarin aja, itu hak mereka. Yang nanggung dosa kan mereka, bukan gue.
Jadi, Bully-an dari netizen itu Anda anggap tidak berlebihan?
Sama sekali tidak. Justru menguntungkan, bikin gue tambah ngetop.
Apakah mental Anda juga tidak pernah merasakan tertekan dengan bully-an dari netizen?
Orang harus tahu gue siapa, gue besar di Belanda. Gue bukan orang yang gampang tersinggung. Sama sekali tidak, kalau itu yang terjadi kan ada akun @txtdaricoachy. Pernah enggak gue laporin? Kasarnya kan begitu, gue bisa aja melaporkan.
ADVERTISEMENT
Kita tahulah beberapa selebritas dikit-dikit tersinggung, bikin laporan. Kan gue enggak pernah ngelaporin. Dan subscriber dan viewers gue meningkat terus.
Yang mereka pengin tahu, siapa menang dan kalah. Contoh Chelsea Manchester City, kalau pada hari itu satu tim main jelek, ya bisa aja. Bahwa Belanda di fase grup main bagus, lawan Ceko main jelek banget dan layak kalah, bisa aja. Dan, mereka bilang itu prediksi.
Sekarang mulai berbalik orang mendukung gue. Lu lihat timeline tambah berkeliaran itu haters. Ini semua alami, orang yang menghujat kita, kalau kita benar pasti banyak yang membela kita.
Anda tadi mengatakan sudah memblok sekitar 10 ribu akun Twitter, apa sebenarnya kriterianya?
Satu, nyinyir, kedua kurang ajar. Bukan beda pendapat. Itu kan bocah-bocah. Ketiga, enggak sopan dan keempat fitnah.
ADVERTISEMENT
Rata-rata kan ini dukung klub bukan pas Euro. Bukan beda pendapat, orang tahu kalau menanyakan dengan sopan enggak akan gue blok. Makanya, kalau dibilang viral, ya, viral di antara mereka aja.
Dan, yang ngebela gue juga banyak, jauh lebih banyak, cuma mereka enggak ngomong. Gue juga akan kasih giveaway ke orang yang gue enggak blok. Berarti itu orang loyal sama gue. Gue enggak peduli orang mau ngapain.
Terkait dengan prediksi pertandingan, bisa dijelaskan poin-poin apa saja yang Anda lihat terhadap laga tersebut?
Tolong jangan kasih istilah prediksi, gue mem-preview. Kalau gue enggak ngerti bola, gue tidak akan siaran di televisi selama 14 tahun di 9 stasiun televisi berbeda. Kalau gue tolol, TV itu enggak akan ambil gue.
ADVERTISEMENT
Kalau gue enggak ngerti bola, dari awal gue bikin 'Just Talk' itu enggak akan meningkat dalam 2,5 tahun. Artinya, orang melihat apa yang gue lakukan itu berbeda.
Yang gue lakukan, gue enggak pernah memprediksi skor, karena enggak ada yang tahu. Gue tidak pernah me-review siapa yang menang, karena itu enggak ada yang tahu. Yang gue lihat adalah permainan berdasarkan kualitas pemain dan pertandingan sebelumnya.
Bahwa ini bisa berubah, ya, bisa saja. Ini indahnya sepak bola, enggak bisa diprediksi. Kalau bisa diprediksi, bandar itu enggak akan menang. Yang ada pemain bangkrut, bandar tambah banyak.
Jadi, apakah lebih kepada faktor teknis pertandingan sebelumnya ketika mem-preview?
Gue ini mantan pelatih Timnas Futsal Indonesia lima tahun, paling lama. Artinya, gue bisa melihat pertandingan itu seperti apa. Pemain-pemain ini seperti apa. Entah lu suka atau enggak, percaya atau enggak, itu kan hak orang. Enggak bisa kita paksa. Jadi, untuk gue sih apa pun yag terjadi, gue akan melakukan apa yang gue lakukan sekarang.
ADVERTISEMENT
Gue lihat murni permainan, gue ini pelatih. Gue lihat permainan dan kualitas pemain dalam turnamen ini seperti apa. Itu doang, enggak kurang, enggak lebih.
Sekarang gue preview tentang tim atau pemain dan enggak sesuai dengan pendapat orang lalu gue dihujat. Kan aneh.
Apakah pernah terbersit untuk berhenti me-review dan membuat konten di YouTube?
Gue tidak akan berhenti. Itu menghasilkan rezeki kok. Gue kan hanya memberikan pendapat gue. Mereka enggak bisa terima pemainnya gue kritik.
Gue akan lakukan dan gue tidak akan berhenti. Ini pendapat gue dan ini hak gue. Dan gue tidak melanggar hukum.