Wawancara Khusus M Ridhuan: Takut tapi Antusias Main di Depan Suporter Indonesia

15 Desember 2021 10:54 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Ridhuan. Foto: Bob Loh/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Ridhuan. Foto: Bob Loh/AFP
ADVERTISEMENT
Singapura menjadi salah satu kekuatan sepak bola di Asia Tenggara dalam kurun waktu 2000-an. Mereka jadi negara kedua setelah Thailand yang merengkuh banyak gelar Piala AFF.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, negara berjuluk The Lions itu sudah mengemas empat trofi juara. Jumlah itu hanya terpaut satu gelar dari Thailand yang sudah mengoleksi lima gelar.
Salah satu gelar Piala AFF yang didapatkan Singapura terjadi pada edisi 2004. Saat itu, Singapura yang diarsiteki Radojko Avramovic dan berhasil mengalahkan TImnas Indonesia di laga puncak.
Singapura bahkan mampu menekuk Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada leg pertama dengan skor 3-1. Ketika itu, gol-gol dari Daniel Bennet, Khairul Amri, dan Agu Casmir hanya bisa dibalas oleh Mahyadi Panggabean.
Pada leg kedua yang digelar di National Stadium Singapura, Indonesia kembali takluk 1-2, sehingga agregat 5-2. Indra Sahdan Daud dan Agu Casmir yang membobol gawang Indonesia. Skuad 'Garuda' cuma bisa membalas via lesakan Elie Aiboy.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan merengkuh gelar Piala AFF di tahun tersebut sangat membanggakan. Apalagi, Singapura datang dengan skuad rata-rata pemain muda. Tercatat, cuma ada satu pemain yakni Goh Tat Chuan yang berusia 30 tahun yang menjadi nama paling senior.
Salah satu pemain yang dibawa oleh Avramovic saat itu adalah Muhammad Ridhuan. Masih berusia 20 tahun, Ridhuan jadi salah satu penggawa yang berjasa mengantarkan Singapura meraih titel keduanya.
kumparan berkesempatan mewawancarai Ridhuan melalui sambungan telepon. Ia berkisah tentang pengalaman tak terlupakan ketika bermain dihadapan puluhan ribu suporter Indonesia di GBK serta kkebersamaannya dengan Noh Alam Shah. Berikut wawancara kami dengan Ridhuan.
Muhammad Ridhuan. Foto: Instagram/@supersix.10
Bagaimana cerita awal Anda menyukai sepak bola?
Awalnya saya mengidolakan pemain-pemain Tim Nasional Singapura era 90-an yaitu seperti Fandi Ahmad, Rafi Ali, Abbas Saad, dan seterusnya pada zaman gemilangnya.
ADVERTISEMENT
(Fandi Ahmad merupakan legenda sepak bola Singapura. Tercatat, ia membuat 101 caps dengan Timnas Singapura dan mampu mengoleksi 55 gol. Sementara, Rafi Ali menjadi bagian Timnas Singapura saat juara Piala AFF 1998-RED)
Apakah sudah dari awal memang ingin bermain di posisi sayap?
Dari awal memang senang dengan posisi sayap kanan, tetapi saya juga pernah bermain di posisi striker waktu SMP.
Kalau tidak salah, Anda memperkuat Timnas Singapura di Piala AFF 2004 pada usia 20 tahun. Sebenarnya sejak kapan mulai bergabung dengan tim nasional?
Saya mulai bergabung Tim Nasional Singapura mulai umur 19 tahun. Waktu itu saya mengikat kontrak dengan Young Lions FC.
(Ridhuan menjalani debut dengan Timnas Singapura pada 2003 melawan Qatar di ajang Kualifikasi Piala Asia 2004-RED)
ADVERTISEMENT
Di Piala AFF 2004, Anda masih sangat muda dan bisa membawa Singapura juara, bagaimana perasaannya?
Alhamdulillah, merasa bersyukur. Saya amat dan bangga atas kejuaraan Piala AFF pertama saya.
Anda juga menjadi bagian tim Singapura yang berhasil mengalahkan Indonesia di Jakarta, bagaimana kesannya saat itu?
Waktu pertama kali jejaki stadion Gelora Bung Karno, saya merasakan perasaan takut bercampur gairah karena atmosfer di stadion yang dipenuhi para suporter yang fanatik.
Saya juga bergairah untuk mengalahkan Indonesia di kandangnya sendiri. Saya merasa amat puas, apalagi materi pemain-pemain Timnas Indonesia waktu itu juga amat disegani.
Dari sekian banyak laga bersama Timnas Singapura, adakah pertandingan yang paling berkesan?
Laga yang paling berkesan adalah waktu semifinal ketemu Malaysia di Piala AFF 2007. Itu karena saya dapat menyelamatkan Singapura dengan cetak gol penyama kedudukan dan menyelamatkan Singapura tersingkir.
ADVERTISEMENT
(Ridhuan membuat gol di menit ke-74. Golnya membuat laga berlanjut ke babak adu penalti. Di situ, Singapura berhasil menang dan melaju ke final. Singapura juga meraih juara usai mengalahkan Thailand di final-RED)
Pada 2009, Anda memutuskan bermain di Indonesia bersama Arema, bagaimana akhirnya bisa menjejakkan kaki di Liga Indonesia?
Noh Alam Shah (Along) yang bawa saya ke Arema setelah dia menekan kontrak. Memang dari awal saya dan Along sudah mengetahui bagaimana fanatiknya warga Malang pada sepak bola. Dari situ, saya tertarik untuk bergabung.
Anda juga berhasil membawa Arema juara Liga Super Indonesia di tahun perdana, bagaimana perasaan Anda?
Cuma dua kata, luar biasa.
Apa perbedaan yang paling mencolok antara sepak bola Singapura dengan Indonesia?
ADVERTISEMENT
Yang paling mencolok adalah kultur sepak bolanya. Di Indonesia, bernapas, makan, tidur adalah sepak bola, sementara di Singapura amat berbeda.
Muhammad Ridhuan. Foto: Instagram/@supersix.10
Anda juga terkenal berduet dengan Noh Alam Shah, apakah memang sudah lama bermain bersama?
Saya sudah lama bermain bersama Along sejak 2003 di Timnas Singapura dan 2006-2009 di Tampines Rovers sebelum hijrah ke Arema.
Apakah chemistry dengan Noh Alam Shah juga sampai ke luar lapangan?
Betul, dia sudah kayak kakak atau saudara saya di luar dan di dalam lapangan.