Wawancara Owner Farmel FC: Menjawab Tuduhan 'Anak Emas' Wasit & Mafia Bola

7 Maret 2022 16:53 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Farmel FC, klub Liga 3 2021/22. Foto: Farmel FC
zoom-in-whitePerbesar
Farmel FC, klub Liga 3 2021/22. Foto: Farmel FC
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama Farmel FC seketika menjadi trending di media sosial. Klub Liga 3 itu dituding sebagai pihak yang kerap diuntungkan wasit. Teranyar, laga Farmel FC melawan Persikota, Minggu (6/3), berakhir rusuh.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah kontroversi keputusan wasit yang membuat suasana di lapangan menjadi panas. Adu jotos terjadi setelah dipicu insiden di menit 57, ketika Persikota tertinggal 0-3. Pemain Persikota, Juan Hapsara Aditama, menerjang pemain Farmel FC, Muhammad Kamaluddin.
Kedua pemain itu lalu saling membenturkan badan dan saling melepas pukulan. Pemain kedua tim sempat melerai dua pemain itu, tetapi lalu pemain Persikota lainnya, Dian Ardiansyah, melepas tendangan ke Kamaluddin.
Keributan di atas lapangan semakin parah hingga polisi turun masuk ke lapangan. Pertandingan tak lagi dilanjutkan dan skor akhir 3-0 untuk kemenangan Farmel FC.
Farmel FC, klub Liga 3 2021/22. Foto: Farmel FC
Kubu Persikota telah buka suara terkait kontroversi di laga tersebut. Mahdiar selaku manajer klub dan Prilly Latuconsina selaku pemilik telah menyatakan pendapatnya.
ADVERTISEMENT
Kini, giliran Farmel FC yang angkat suara. Eko Setyawan selaku pemilik klub menjelaskan kontroversi yang terjadi di laga kontra Persikota, juga saat timnya melawan NZR Sumbersari dan Bandung United.
Selain itu, Eko juga bercerita tentang asal usul klub Farmel FC hingga mimpi besarnya di sepak bola Indonesia. Berikut wawancara khusus kumparan pada Senin (8/3) dengan pria asal Bojonegoro itu.

Bagaimana sejarah Farmel FC hingga bisa berlaga di Liga 3?

Owner Farmel FC, Eko Setyawan. Foto: Farmel FC
Farmel FC tadinya hanya obrolan kopi, terus jadi klub. Jadi, saya itu punya anak usia 6 tahun yang saya sekolahkan sepak bola di ISCI Ciputat, sementara saya tinggal di Karawaci.
Setiap jam 6 pagi, saya harus gendong dia yang masih tidur, sampai bawa bantal di mobil, untuk antar dia ke sana. Jam 7 sampai sana, ia ganti baju, lalu jam setengah 8 dia latihan bersama teman-temannya. Itu berjalan selama 1 tahun karena anak saya suka sepak bola.
ADVERTISEMENT
(Jarak dari Karawaci ke Ciputat menurut Google adalah sekitar 45-49 menit--RED)
Kemudian, dalam 1 tahun itu, saya putuskan buat SSB di Karawaci. SSB itu tak dikomersilkan, saya kasih anak-anak yang mau main sepak bola gratis, saya kasih seragam, pelatih, minum susu sehabis latihan. Gratis, enggak ada yang bayar. Itu berjalan selama 2 tahun.
Kemudian, dari situ, saya mengobrol-ngobrol dengan teman-teman pelatih. Dari situ, mereka mengusulkan agar SSB itu dibikin klub saja agar ada wadah bagi anak-anak U-13, U-15, dan U-17 main di Piala Soeratin.
Pemilik Farmel FC, Eko Setyawan.
Akhirnya, saya putuskan untuk mendaftarkan klub atas nama Farmel FC. Tadinya, namanya adalah FIFA Farmel. FIFA itu singkatan dari Farmel Is still Football Academy. Nah, itu untuk anak-anak grassroots. Jadi, saya mengurus legalitasnya, sampai kami diresmikan oleh PSSI pusat sebagai anggota pada 2021, jadi bisa main di Liga 3.
ADVERTISEMENT
(Asosiasi Provinsi PSSI Banten meresmikan 8 klub baru sebagai calon anggota saat pelaksanaan Ordinary Congress 2020 di Kota Serang pada 10 Januari 2021. Salah satu klubnya adalah Farmel FC--RED).
Farmel sendiri gabungan 2 nama anak saya, Fardan dan Amel. Saya juga punya perusahaan Water Treament, lalu karena saya hobi sepak bola, makanya bikin SSB lalu sekarang jadi klub. Biayanya mandiri, saya tidak minta siapa pun.
Waktu itu, kami mau main di Liga 3 Banten. Sudah saya siapkan nama-nama seperti Ade Suhendra, terus saya rekrut Adnan Mahing yang eks Persikota itu sebagai pelatih. Kami persiapkan selama 7 bulan, enggak tahunya pandemi COVID-19, sehingga enggak jadilah Liga 3 pada waktu itu. Vakum.
Ade Suhendra yang direkrut Dewa United pada 2021. Foto: Instagram/@dewaunitedfc
Terus, mau dijalankan Liga 3 2021/22. Saya persiapkan lagi tim selama 7 bulan. Kami rekrut Amarzukih dan Rafli Ahmad yang dari Bhayangkara itu, terus ada juga 5-6 eks pemain Persikota. Kami persiapkan, mereka saya tempatkan mess di apartemen, kami juga membeli bus, gaji mereka tidak pernah telat. Begitulah persiapan kami sehingga bisa sampai di 16 besar.
ADVERTISEMENT

Berarti Farmel FC bukan klub yang cuma beli lisensi ya?

Tidak, saya dari awal membangunnya, dari nol.

Stadion kandang Farmel FC itu di mana?

Farmel FC biasa berlatih di lapangan sepak bola Isvil Karawaci, yang dulu dipakai latihan Persita.

Bicara kontroversi, bagaimana Anda menanggapi tudingan Farmel FC sebagai 'klub mafia'?

Kami sampai di 16 besar Liga 3 orang-orang kaget, 'Farmel FC siapa?'. Banyak sekali bully-an kepada kami, kami dituduh mafia. Boro-boro kami mafia, kami enggak kenal siapa-siapa.
Jangankan mafia, orang di PSSI pusat juga kami tidak kenal. Kami cuma orang hobi sepak bola. Terlalu jauh kalau netizen bilang kami adalah mafia bola, ngatur wasit, boro-boro, kenal wasitnya juga tidak.
ADVERTISEMENT
Farmel FC mulai ramai ketika lawan NZR Sumbersari asal Malang. Itu pun skor akhirnya 1-1, enggak ada yang kalah. Tapi, kenapa Sumbersari anarkis begitu? Karena mereka awalnya kalah 0-3 dari Serpong City, sehingga harus menang lawan kami. Di sana itu, monggo saja Komdis (Komisi Disiplin) bekerja, dan ya tidak ada apa-apa, lha wong kami tak melakukan apa pun.
(Laga Farmel FC vs NZR Sumbersari FC di Grup B Putaran Nasional Liga 3 2021 berakhir ricuh, dipicu gol penalti Farmel FC yang dicetak Abdillah Shafa Andika. Wasit Kevin Keegan Jarona disorot, sejumlah pemain dan ofisial NZR Sumbersari sempat mengeroyok wasit serta dua asistennya--RED).

Bagaimana dengan kontroversi di laga kontra Bandung United?

Tim Liga 3, Bandung United. Foto: Instagram/@bandungutd
Nah, di 32 besar, pas banget kami ketemu yang punya suporter banyak lagi, yaitu Bandung United. Waktu itu, babak pertama bagus mainnya.
ADVERTISEMENT
Di babak kedua, mereka agak frustrasi dan cenderung kasar, wasit dimaki-maki dengan kata-kata binatang. Jadilah, para pemain mereka dikartu merah oleh wasit. Ini adalah hasil interogasi satgas mafia bola dan komdis PSSI.
Terbukti, wasit tidak salah berdasarkan sidang Komdis karena memang sesuai aturan, ucapan kasar seperti kata-kata binatang ke wasit, itu tidak boleh dan langsung kartu merah. Jadi, wasitnya bebas dari sanksi karena memang tidak salah.
Akan tetapi, kalau memang benar ada wasit khilaf atau salah, ya, namanya wasit manusia. Jangankan Liga 3, Liga 1 dan Liga 2 juga banyak erornya.
Jadi, saya agak sedih dibilang mafia bola, kami enggak tahu apa-apa, cuma grassroots dari bawah yang melakukan persiapan dan perekrutan pemain dengan benar, makanya bisa ke 16 besar Liga 3. Kami bukannya diuntungkan wasit. Kalaupun terlihat begitu, itu mungkin karena Dewi Fortuna.
ADVERTISEMENT
(Farmel FC vs Bandung United dihelat di Stadion Jala Krida AAL, Surabaya, dengan skor akhir 3-0 untuk Farmel FC. Laga ini diwarnai insiden kericuhan. Para pemain Bandung United tak puas dengan kepemimpinan wasit yang menghukum mereka dengan empat kartu merah--RED).

Lalu, bagaimana dengan laga melawan Persikota?

Tim Liga 3, Persikota Tangerang Foto: Instagram/@persikotafc1994
Kami ini adalah orang luar. Pelatih kepala dan asisten pelatih Persikota dikartu merah, artinya muncul provokasi luar biasa. Ndak mungkinlah pelatih dikartu merah jika ada provokasi luar biasa.
Di lapangan, mereka tertinggal 0-3. Jadilah, pemain mereka emosi, mencaci, dan anarkis.
Saya lihat, sih, memang di laga itu, wasit ada salah juga soal angkat bendera (offside), tetapi, ya, namanya wasit. Itu di laga Persebaya vs Madura United di Liga 1 juga ada salahnya kan wasit. Itu wasit, namanya manusia, makanya enggak bisa menghujat kami juga sebagai mafia bola.
ADVERTISEMENT

Bagaimana jika kondisinya di balik, suatu hari Farmel FC yang dirugikan wasit?

ADVERTISEMENT
Yang pasti begini, ketika itu terjadi pada Farmel FC, kami akan mengikuti aturan, tidak mau hakim sendiri dan menghujat wasit. Itu saya tekankan ke pemain.
Jadi, semua ada aturan. Ketika wasit dinilai tak sportif, ada komdis yang bisa menyelidiki lalu ada juga mafia bola, ada jalurnya, bukan main hakim sendiri atau pukul-pukulan.

Sudah di 16 besar, Farmel FC mau pastikan promosi ke Liga 2 di musim ini juga?

Farmel FC, klub Liga 3 2021/22. Foto: Farmel FC
Semua peserta harapannya pasti mau ke Liga 2 dan menjadi klub semi-profesional. Kalau ditanya saya, saya tadi sebelum berangkat ke Jakarta, saya bilang ke pemain untuk tutup medsos, tidak usah main HP, fokus pada latihan, dan fokus kepada kebugaran.
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan terprovokasi netizen. Kalian sudah bersama selama 8 bulan, punya kemampuan, kalian tunjukkan pertandingan kalian bisa menang lawan Persipa Pati.

Kapan target Farmel FC tembus Liga 1?

Jelas, kami memiliki mimpi itu. Seseorang kalau sudah naik kelas, harapannya naik ke kelas berikutnya. Saya tak mau lama-lama di Liga 3, makanya saya berani berkorban untuk mendidik pemain dalam jangka waktu lama.
Rata-rata klub Liga 3 persiapan cuma 2-3 bulan. Kalau kami, sampai seleksi 1.300 orang, kami kasih makan dan seleksi dan mengerucut sampai 28 orang. Ini bukti keseriusan kami untuk menjadi tim yang diperhitungkan di Liga 3.
Kalau sudah di Liga 2, saya pasti cari sponsor agar bisa mendapat pemain bagus. Harapannya, kami bisa meramaikan persaingan ke Liga 1. Kami mau belajar 2-3 tahun di Liga 2, lalu setelah itu kami masuk ke Liga 1.
ADVERTISEMENT