Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Yang Hilang dari Timnas U-19: Pe-Pe-Pa dan Penguasaan Bola
26 Maret 2018 14:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
Langkah awal Bima Sakti menjadi nahkoda Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 harus ternoda. Bermain di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Minggu (25/3/2018), Timnas U-19 kalah dengan skor mencolok 1-4 dari Jepang U-19.
ADVERTISEMENT
Kendati baru permulaan dan masih ada langkah-langkah selanjutnya, kekalahan ini sejatinya menjadi peringatan bila masih banyak persoalan yang mesti diselesaikan dengan segera. Jika tidak, jangan harap dapat memberi kejutan dalam ajang Piala Asia U-19 pada 18 Oktober - 4 November 2018.
Melihat apa yang terjadi pada pertandingan tersebut, Egy Maulana Vikri dan kolega tampak kalah dalam segala aspek. Mulai dari penguasaan bola sampai upaya tembakan yang dilakukan.
Satu-satunya hal yang dapat dibanggakan ialah sebiji gol dari Aji Kusuma di pengujung laga yang membuat pelatih Jepang U-19 kecewa karena gagal mencatatkan clean sheet.
Terlepas dari pergantian pelatih yang terjadi, jika ditelisik lebih jauh, Timnas U-19 tampak mengalami banyak perubahan kendati diisi penggawa lama macam Rachmat Irianto, M. Lutfhi, Syahrian Abimanyu, dan Rifad Marasabessy. Mantap dengan formasi 4-2-3-1, Bima ingin menularkan gaya dan cara bermain yang mirip dengan Timnas U-23 di bawah asuhan Luis Milla.
ADVERTISEMENT
Namun, hal tersebut malah melenyapkan beberapa amunisi yang dimiliki Timnas U-19 yang dimiliki kala bermain dalam ajang Toulon Tournament 2017, Piala AFF U-19 2017, dan Kualifikasi Piala Asia U-19. Dalam tiga gelaran itu, Timnas U-19 mantap mengandalkan penguasaan bola dan deteminasi yang tinggi untuk memberikan kesulitan-kesulitan kepada lawannya.
Jepang U-19 memang bermain dengan baik dengan menerapkan pressing tinggi. Akan tetapi, gaya bermain lawan yang seperti itu sejatinya sudah menjadi makanan Timnas U-19 saat berlaga di tiga ajang itu.
Melawan Brasil U-19, Timnas U-19 boleh saja kalah 0-1. Tetapi, jika merujuk pada statistik, 'Garuda Nusantara' mampu memberikan perlawanan yang sengit. Ini terlihat dari penguasaan bola Timnas U-19 yang mencapai 52%. Kendati dalam laga itu, Brasil menerapkan pressing sejak barisan pertahanan.
ADVERTISEMENT
Begitu juga saat bersua dengan Skotlandia U-20. Meski kalah dengan skor 1-2, Timnas U-19 tetap saja dapat menguasai bola lebih lama dari lawannya. Tak sampai di situ saja, dengan keberanian menahan bola lebih lama, tekanan-tekanan Skotlandia U-19 tampak tak berarti banyak. Hal serupa juga terlihat manakala menghadapi Republik Ceko U-19.
Kendati begitu, Timnas U-19 menuai banyak sanjungan berkat penampilan yang ciamik. Satu yang tak boleh luput, saat itu, Timnas U-19 baru terbentuk selama dua bulan. Maka itu, tak salah bila banyak harapan yang disematkan kepada Timnas U-19.
Masih dengan mengandalkan possession ball, Timnas U-19 sukses menghadirkan kejutan dalam ajang Piala AFF U-19 2017. Meladeni empat lawan di fase grup, Timnas U-19 meraih 3 kemenangan dengan catatan 19 gol dan 4 kebobolan. Raihan yang menggambarkan superioritas Timnas U-19 atas lawan-lawannya.
ADVERTISEMENT
Sayang, di babak semifinal, harapan merengkuh trofi dan menjawab rindu pecinta sepak bola Indonesia akan prestasi gagal dicapai usai kalah dari Thailand lewat adu tendangan penalti. Padahal, meski bermain dengan 10, Timnas U-19 dapat mendominasi permainan melalui serangan balik.

Melalui penguasaan bola pula, superioritas Timnas U-19 berlanjut dalam kualifikasi Piala Asia. Dua laga awal saat berhadapan Brunei Darussalam dan Timor Leste, Timnas U-19 berhasil mencatatkan kemenangan dengan torehan gol mencapai 10.
Kendati demikian, di dua laga sisa, Timnas U-19 harus menelan pil pahit usai kalah dari Korea Selatan dan Malaysia. Negara yang disebut terakhir dapat memenangi pertandingan dengan skor 4-1.
Namun, kembali menilik statistik, permainan Timnas U-19 tak mencerminkan hasil laga. Dengan penguasaan bola mencapai 68% dan 14 upaya tembakan, menjadi bukti sahih bila Timnas U-19 dapat mendominasi pertandingan.
ADVERTISEMENT
Superioritas Timnas U-19 dengan penguasaan bola dan deteminasi tinggi itulah yang kemudian tak terlihat saat melawan Jepang U-19. Selain kalah dengan skor mencolok, skuat asuhan Bima pun hanya mencatatkan 45% ball possession dan 6 upaya tembakan. Pertanyaan kini, mengapa hal tersebut terjadi pada Timnas U-19?
Sirnanya Pe-Pe-Pa (Pendek-Pendek-Panjang)
Filosofi pe-pe-pa atau pendek-pendek panjang, yang diusung Indra Sjafri tampak melekat dengan Timnas U-19. Mantap dengan filosofi tersebut, Timnas U-19 sempat menjawab rindu pecinta sepak bola Indonesia akan prestasi dengan trofi Piala AFF U-19 2013.
Setumpuk potensi yang dipunyai, kecepatan dan kelicanhan, dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya di atas lapangan. Boleh saja, secara postur, pemain Indonesia tak begitu ideal. Tapi, dengan pe pe pa, masalah tersebut tak banyak memengaruhi jalannya laga.
ADVERTISEMENT
Maka itu, saat kembali manjadi juru taktik Timnas U-19, Indra menerapkan filosofi bermain yang sama. Sedikit perbedaan terjadi dalam hal build-up serangan. Mengubah 4-3-3 menjadi 4-1-3-1-1, dua sayap kerap ditugaskan menjadi sumber serangan. Tak heran apabila umpan panjang selalu diarahkan ke tepi lapangan.

Skema tersebut tak lepas dari keberadaan pemain sayap yang mempunyai kecepatan, seperti Rifad, Firza Andika, Feby Eka Putra, dan Saddil Ramdani. Tak boleh dilenyapkan ialah keberadaan Egy, M.Lutfhi, dan Syahrian Abimanyu. Ketiga pemain tersebut menjadi roh di lini tengah dengan ketenangan dan kemampuan olah bola yang baik serta sodoran yang oke.
Nah, saat berhadapan dengan Jepang, Timnas U-19 malah lebih sering mengarahkan bola langsung dari lini belakang ke lini depan. Tak ada umpan-umpan pendek yang lebih dulu dimainkan di area tengah lapangan. Pemain pun tampak ragu untuk menahan bola lebih lama. Maka itu, saat Jepang U-19 melakukan pressing, serangan bertumpu pada pemain belakang.
ADVERTISEMENT
Alhasil, umpan jauh menjadi opsi yang tak terelakkan. Padahal, di lini depan, tak ada pemain yang dapat menjadi pemantul macam Ilija Spasojevic di Timas U-23.
Keputusan Dua Sayap yang Kerap Keliru
Ketika memainkan empat pemain yang mempunyai kecepatan dan kelincahan yang sama baiknya--Rifad, Firza, Feby, dan Saddil--digaransi bakal menciptakan banyak peluang lewat tusukan-tusukan atau umpan tarik ke lini kedua, tempat Egy dan Syahrian berdiri.
Namun, tak selamanya garansi itu berbuah manis. Keempat pemain sayap tak mampu membuat serangan Timnas U-19 menjadi berbahaya. Masalah semakin rumit ketika pemain-pemain sayap gagal mengambil keputusan dengan baik.

Akselerasi dan kecepatan mereka memang mampu membuat repot barisan bertahan Jepang U-19. Tetapi, setelah mengelabui beberapa pemain, mereka tampak selalu salah dalam memilih opsi yang dapat dilakukan: mengirim umpan silang atas, menyodorkan umpan tarik, merangsek ke dalam kotak penalti, atau bermain lebih ke dalam dan melakukan umpan satu dua dengan pemain depan.
ADVERTISEMENT
Serangkaian kesalahan inilah yang menjadi problematika Timnas U-19 dalam melancarkan serangan. Sebuah tugas berat yang mesti dicarikan jalan keluar oleh Bima sehingga suporter tak lagi meneriakkan nama 'Indra Sjafri..Indra Sjfari...' ketika Timnas U-19 bertarung.