Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Yang Membuat UEFA Nations League Masuk Akal untuk Digelar
6 September 2018 13:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Pada 2014, Mantan Presiden UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa), Michael Platini, menginisiasi sebuah turnamen bernama UEFA Nations League. Alasan awalnya sederhana, UEFA ingin meniadakan laga-laga uji tanding yang dianggap tak membuat banyak negara bergairah untuk melakoninya.
ADVERTISEMENT
"Uji tanding tidak benar-benar menarik minat siapa pun--baik para fan, pemain, media, maupun para negara yang bertanding. Ini [UEFA Nations League] adalah keputusan yang baik karena tidak ada yang menginginkan ada yang menginginkan laga uji tanding," kata Platini kala itu, seperti dilansir The Guardian.
Alasan UEFA mengadakan turnamen yang diikuti oleh 55 negara anggota mereka itu memang bertumpu pada tidak menariknya laga-laga uji tanding. Uji tanding dianggap tak pernah memunculkan gairah bagi para negara anggota mereka.

Uji tanding juga tak pernah menarik minat para pemain dan kerap hanya menjadi ajang para pelatih untuk coba-coba. Belum lagi, uji tanding juga punya risiko tinggi yakni bisa membuat para pemain cedera dan klub, setelahnya, acap mendapat kritik dari klub.
ADVERTISEMENT
Karena itulah UEFA ingin menghapusnya. Dan Nations League dianggap sebagai sebuah solusi. Terlebih lagi, UEFA menganggap ini adalah turnamen yang kompetitif. Itu karena turnamen ini dibagi menjadi lima liga yang setiap liga dihuni oleh negara-negara yang punya 'kelas dan kualitas' yang sama.
Di Liga A--level teratas, misalnya. Jerman, Prancis, dan Belanda bisa saling berhadapan. Begitu pula dengan Spanyol, Inggris, dan Kroasia. Mereka akan berada dalam satu grup, dan setidaknya negara-negara tersebut akan menjaga gengsi untuk tak kalah dari negara yang dianggap sebagai rival.

Terlebih, negara-negara di Liga A ini punya peluang untuk menjadi juara dan mendapatkan trofi. Bagi negara-negara seperti Inggris, Portugal, atau Belanda, bukankah Nations League ini bisa dimanfaatkan sebagai ajang untuk mendapatkan trofi--karena di ajang mayor seperti Piala Dunia dan Piala Eropa mereka seret trofi?
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka juga terhindar dari laga-laga uji tanding menghadapi negara medioker yang secara kualitas jauh di atas mereka. Laga-laga uji tanding itu, menurut The Guardian, adalah laga-laga yang biasanya tak membuat Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, hingga Spanyol tak bergairah.
Sebaliknya, bagi negara-negara semenjana macam Kosovo, Moldova, Latvia, Malta, hingga San Marino, UEFA Nations League ini bisa jadi ajang di mana mereka akan menghadapi negara-negara yang levelnya sama dan punya kesempatan untuk menang--yang jarang mereka dapatkan di Kualifikasi Piala Dunia atau Piala Eropa.

Inilah yang dianggap UEFA sebagai kompetitif itu. Sebab, baik negara-negara di Liga A hingga negara-negara di Liga D semua punya kesempatan untuk menang dan unjuk gigi. Tak ada kesenjangan yang biasa tercipta pada laga-laga uji tanding atau kualifikasi.
ADVERTISEMENT
Ini pula yang meyakinkan UEFA bahwa keinginan mereka untuk membuat laga-laga internasional bisa bergengsi seperti turnamen antarklub dapat benar-benar terwujud. Keinginan itu dipekuat dengan keyakinan bahwa negara-negara akan bertanding dengan para pemain terbaiknya.
Jadi, dengan faedah-faedah tersebut, pantaskah kita menyebut bahwa UEFA Nations League memang masuk akal untuk digelar?