Diremehkan, Tak Dipercaya: Cerita Desy Amalia soal Suka Duka Menjadi Wasit

3 Juli 2024 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desy Amelia, wasit wanita Bandung yang memimpin pertandingan di MilkLife Soccer Challenge Bandung.  Foto: Antika Fahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Desy Amelia, wasit wanita Bandung yang memimpin pertandingan di MilkLife Soccer Challenge Bandung. Foto: Antika Fahira/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desy Amelia sebelumnya tak pernah membayangkan bahwa ia akan menjadi wasit sepak bola. Menjadi pengadil di dunia si Kulit Bundar tak pernah ada dalam daftar impiannya sedari kecil.
ADVERTISEMENT
Namun, aktivitasnya di sepak bola membawa Desy Amelia ke profesi itu. Setelah vakum sebagai pesepak bola, alih karier ke wasit jadi yang paling menjanjikan dibanding pilihan-pilihan lain seperti menjadi pelatih.
Desy, yang tergabung dalam skuad Persib Putri juara di Liga 1 Putri 2019, paham betul bahwa menjadi wasit bukanlah perkara yang mudah. Panas, capek, penuh risiko; menjadi pengadil di tengah lapangan adalah kerja keras.
kepada kumparanBOLANITA, Desy Amelia yang kini memegang lisensi C2 nasional bercerita banyak soal pengalamannya menjadi wasit wanita. Senang dan tak senangnya ia ceritakan panjang, termasuk saat mendapat perlakuan tak menyenangkan selama memimpin pertandingan.
"Setiap pertandingan kan tensinya beda-beda ya. Ada tensi tinggi, ada yang biasa aja. Kebetulan untuk di Bandung banyak event tapi yang sering itu cowok, jarang gitu kalau cewek ya kalau buat kelompok usia," ujar Desy Amelia di Lapangan Progresif, Bandung, Sabtu (22/6) lalu.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu tuh mimpin, emang partainya keras gitu ya, karena kan udah senior gitu. First impression-nya buat wasit perempuan trust nya itu udah kurang, trust buat wasit cewek itu udah kurang banget. Jadi pas kita mimpin keputusan yang kita ambil udah negatif, nggak bener. Mungkin pandangan luar tuh kayak ngambil keputusan kurang cepat," lanjut cerita Desy.
Selain masalah kepercayaan di lapangan, Desy juga kerap diabaikan saat memimpin pertandingan sepak bola pria. Ia merasa tak semua pemain bisa mendengarkan keputusan dengan wasit dengan baik.
Desy Amelia, wasit wanita Bandung yang memimpin pertandingan di MilkLife Soccer Challenge Bandung. Foto: Antika Fahira/kumparan
Yang lebih parah adalah saat satu tim tak terima dengan keputusan wasit. Rintangan seperti itu menjadi makanan sehari-hari wasit yang kini bertugas di Asosiasi Kota (Askot) Bandung itu.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau misalkan kita lagi ngewasitin nih, pas buat keputusan tuh kadang kadang acuh nggak didengar gitu. Masih ego. Walaupun misalkan kita ngasih keputusan benar tapi ya nggak nerima," kata Desy.
"Apalagi posisinya udah capek panas terus posisi kalah pasti yang disalahin wasit. Karena sama tim kalo kalah pasti wasit yang salah, itu sih tantangan terbesarnya," imbuhnya kemudian.
Lantas, apa yang membuat Desy memutuskan menjadi wasit dan bikin ia betah hingga saat ini? Jawabannya adalah karena ia tetap di dunia sepak bola.
Kecintaannya pada olahraga, khususnya sepak bola, bikin Desy tak bisa berpaling jauh dari gelanggang. Setelah berpikir panjang, ia pun memutuskan untuk menjadi wasit sepak bola sekaligus futsal agar tetap di lapangan.
ADVERTISEMENT
Desy yang kini menginjak usia 30 memang sempat ditawari untuk mengambil lisensi kepelatihan di ujung kariernya sebagai pemain. Tapi, ia tak mengambil jalur itu dan lebih memilih wasit sebagai jalan hidupnya saat ini.
"Kebetulan karakter saya juga introvert ya. Jadi kayak, kayaknya bukan style-nya gitu kalau di pelatih ya," ungkap Desy.
"Harus bawel gitu kan bisa ngarahin. Aku mikir profesi apa ya selain ada pelatih, pengawas pertandingan, wasit. Yaudah lah gimana kalau jadi wasit aja, yaudah sesuai style-nya, sesuai karakter," tutup Desy Amelia.