Disiplin Waktu Jepang Sempat Bikin Zahra Muzdalifah Culture Shock

6 Juni 2024 13:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Striker Timnas Wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.  Foto: Antika Fahira/kumparanBOLANITA
zoom-in-whitePerbesar
Striker Timnas Wanita Indonesia, Zahra Muzdalifah, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Foto: Antika Fahira/kumparanBOLANITA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memulai karier di negeri orang sendirian jelas tidak mudah. Rasa-rasanya semua jadi kendala: bahasa yang asing, makanan yang tak cocok di lidah, hawa dingin tak berkesudahan, jauh dari orang-orang tersayang.
ADVERTISEMENT
Belum lagi budaya, tradisi, dan kebiasaan masyarakat negeri baru yang kadang beda 180 derajat dari negeri asal.
Hal itu pun yang mesti dihadapi Zahra Muzdalifah saat mulai membela Cerezo Osaka awal tahun lalu. Baru berumur 22 tahun, Zahra mesti menguat-nguatkan hati dan mental untuk mampu bertahan di negeri yang jauh.
Apalagi sebagai pesepak bola wanita, ia harus berjibaku dengan pemain-pemain lain yang level akar rumput maupun level topnya jauh sekali di atas Indonesia. Seorang Zahra, yang sejak umur dini berkompetisi di level top di Indonesia dan pernah tinggal beberapa waktu di Inggris, mengaku sempat mengalami gegar budaya.
“Culture shock aku di Jepang itu disiplin. Itu bener-bener kaget banget ya. Karena kebiasaan kalau orang Indonesia bilang jam 3, ternyata biasanya jam 4 tuh kan. Itu udah paling rahasia umumlah gitu. Sedangkan kalau di Jepang dibilang jam 3 itu malah kebalikannya, jam 2!” kata Zahra dalam wawancara eksklusif bersama kumparanBOLANITA, Selasa (4/6) di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Zahra bercerita, awal-awal trial di Cerezo, ia sempat beberapa kali telat hadir dalam sesi latihan.
“Aku sempat beberapa kali telat waktu awal trial, karena masih nggak paham. Tapi lama-lama, kayak satu dua hari, langsung kayak tahu, oh, gini,” kata striker Timnas Wanita Indonesia yang terus menggunakan nomor punggung 12 itu.
Timnas Wanita Indonesia melawan Singapura di Stadion Madya, GBK, Jakarta, Selasa (28/5/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ia membandingkan bagaimana satu kata punya arti berbeda di dua kebudayaan berbeda. Di Indonesia, orang belum dibilang terlambat meski datang 10-15 menit setelah waktu janjian. Sementara, di Jepang, datang tepat waktu pun bisa dibilang terlambat dalam beberapa konteks.
Begitu pula soal konsep datang lebih awal.
“Kalau di sini latihan jam 15.00, kan jam 14.50 gitu baru sampai, jam 15.00 langsung pake sepatu, langsung masuk lapangan. Di sana, jam 15.00 latihan, itu jam 14.00 udah sampai, harus stretching dulu di loker room, main karet, main ini itu, terus penguatan dan lain-lain. Jadi jam 15.00 udah siap masuk lapangan,” kata Zahra.
ADVERTISEMENT