Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Kok Bisa Filipina dan Vietnam Lolos Piala Dunia Wanita tapi Indonesia Tidak?
22 Juli 2023 8:01 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejarah tercipta pada Piala Dunia Wanita edisi kesembilan ini. Ya, ini adalah kali pertama turnamen wanita antar bangsa tersebut diikuti oleh 32 negara peserta.
Kesuksesan Piala Dunia Wanita 2019 menjadi alasan mengapa jumlah kontestan ditambah 8 negara (sebelumnya 24 tim). Menurut FIFA, pihaknya ingin memberi kesempatan kepada banyak negara untuk ikut kualifikasi.
"Kesuksesan besar turnamen di Prancis memberikan gambaran jika ini adalah saat yang tepat untuk menjaga momentum dan membuat langkah konkret untuk memupuk perkembangan dunia sepak bola wanita," ucap Presiden FIFA, Gianni Infantino, dikutip dari laman resmi FIFA pada Agustus 2019 silam.
"Ekspansi itu tak hanya soal delapan peserta tambahan. Ini berarti puluhan anggota asosiasi lainnya akan mengatur program sepak bola wanita karena mereka memiliki peluang (lebih besar) untuk lolos kualifikasi," sambung Infantino.
ADVERTISEMENT
Penambahan jumlah peserta ini tentu berdampak pada sejumlah aspek. Jumlah negara dan pertandingan tentu lebih banyak, lalu format pertandingan juga menjadi sama dengan Piala Dunia pria.
Penambahan jumlah peserta itu akhirnya membuat beberapa negara memulai debutnya di Piala Dunia Wanita 2023. Dua di antaranya adalah negara asal Asia Tenggara, yakni Filipina dan Vietnam.
Edisi ke sembilan ini menjadi panggung pertama bagi Filipina dan Vietnam di kancah Piala Dunia Wanita. Sebelumnya, mereka selalu gagal lolos dari babak kualifikasi.
Timnas Wanita Filipina berhasil mentas di Piala Dunia Wanita 2023 karena mereka sukses melangkah ke babak semifinal pada Piala Asia Wanita 2022. Jadi, ada empat negara (semifinalis Piala Asia 2022) yang mendapat tiket langsung ke Piala Dunia, yakni Jepang, Korea Selatan, China, dan Filipina.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Vietnam lolos ke Piala Dunia Wanita dengan cara yang berbeda. Golden Star Women Warrior harus menempuh babak play off terlebih dahulu untuk bisa mendapat debutnya di Piala Dunia Wanita.
Babak play off diikuti oleh tiga tim yang gagal lolos ke semifinal Piala Asia Wanita 2022 (satu lagi adalah Australia, yang otomatis lolos karena jadi tuan rumah). Di antaranya yakni, Vietnam, Cina Taipei, dan Thailand. Hasilnya, Vietnam berhasil keluar sebagai pemuncak klasemen usai menang dua kali atas lawannya. Hasil itu juga membuat Vietnam berhak menggenggam tiket Piala Dunia Wanita 2023.
Lantas, mengapa Filipina dan Vietnam bisa lolos ke Piala Dunia Wanita? Faktor apa saja yang membuat kedua negara asal Asia Tenggara itu bisa mencicipi pentas sepak bola wanita paling bergengsi?
Bagaimana Filipina dan Vietnam Bisa Lolos ke Piala Dunia?
ADVERTISEMENT
Lolosnya Filipina dan Vietnam memang murni karena kualitas yang mereka miliki, ucap Pelatih Timnas Wanita Indonesia, Rudy Eka Priyambada. Menurutnya, Filipina diuntungkan dengan banyaknya pemain keturunan asal Amerika Serikat di skuad yang mereka punya. Di samping itu, Filipina juga kini dilatih salah satu juru taktik wanita terbaik, yakni Alen Stajsic.
Berbeda dengan Filipina yang mengandalkan darah keturunan, keberhasilan Vietnam menembus panggung Piala Dunia merupakan buah dari konsistensi menggelar kompetisi sejak lama. Tak hanya itu, Rudy Eka bahkan menyebut sejumlah klub wanita di Vietnam telah memiliki training ground sendiri, sehingga memudahkan para pemain wanita saat berlatih.
"Pemain-pemain Vietnam yang tampil di Piala Dunia cukup bagus meskipun kemarin di beberapa uji coba sempet kalah. Karena waktu di Piala Asia mereka begitu superior, fighting spirit-nya ada, cara bermainnya mereka ngerti karena mereka mental mereka udah terlatih kuat di kompetisi," ucap Rudy Eka kepada kumparanBOLANITA, Kamis (20/7).
ADVERTISEMENT
Hal senada juga dituturkan oleh Timo Scheunemann, eks-Pelatih Timnas Wanita Indonesia. Pria keturunan Jerman itu juga menyoroti sistem kompetisi sepak bola wanita di perguruan tinggi di Amerika yang membuat lahirnya pemain-pemain wanita berkualitas bagi Filipina.
"Keberhasilan Vietnam hasil kerja keras yang sudah lama mengembangkan sepak bola wanita dan pria. Untuk Filipina keuntungan besar mereka adalah keterkaitan erat dengan USA. Sistem kompetisi universitas USA juga menguntungkan Filipina sehingga memudahkan mereka masuk Piala Dunia Wanita," ucap Timo.
Keberhasilan Filipina dan Vietnam tentu perlu dirayakan oleh warga Asia Tenggara. Sebab, mereka berhasil menyamai capaian Thailand yang juga sempat mencicipi Piala Dunia Wanita pada dua edisi sebelumnya, yakni 2015 dan 2019.
Namun, kans bagi Filipina dan Vietnam untuk bisa lolos dari fase grup terbilang tipis. Pasalnya, hasil drawing kedua tim itu kurang menguntungkan. Vietnam misalnya, mereka tergabung dengan "Grup Neraka" di grup E bersama Amerika Serikat yang menyandang titel juara bertahan, Belanda (runner-up Piala Dunia 2019) serta Portugal.
ADVERTISEMENT
"Kalo menurut saya, untuk Vietnam mungkin agak berat, ya (lolos dari fase grup). Kalau Filipina saya rasa (masih) bisa, karena ada beberapa pemain juga udah main di luar negeri. Kalo Vietnam, rata-rata belum abroad, mentalitasnya belum keluar. Kalo Filipina insyaallah bisa bicara lebih banyak," sambung Rudy Eka.
Keberhasilan Filipina dan Vietnam tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi kita, sebagai penikmat sepak bola Indonesia. Jika negara tetangga saja bisa menembus Piala Dunia Wanita, mengapa “Garuda Pertiwi” belum?
Pegiat sepak bola wanita Indonesia, Retno Nino, memaparkan sederet alasan mengapa "Garuda Pertiwi" belum bisa menembus panggung Piala Dunia Wanita hingga saat ini. Menurutnya, ketiadaan kompetisi adalah salah satu faktor terbesarnya.
Retno Nino yang aktif mengelola akun Twitter @womensfootie_id menyebut jika kompetisi wanita sangatlah penting digulirkan untuk meningkatkan kualitas pemain wanita di Indonesia. Selain itu, dengan hadirnya liga juga bisa membuat pilihan pemain semakin banyak untuk diseleksi Timnas Wanita Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Pertama, ini tuh nggak punya kompetisi yang konsisten gitu kan, padahal kita punya pemain bagus yang bisa bersaing dengan top 5 AFF (Asia Tenggara)," ucap Retno Nino saat dihubungi.
"Di Timnas U-19 kemarin kita tuh punya bahannya, tapi untuk mengolahnya ini kita nggak punya. Gimana kompetisi nih, kenapa sih masih di-PHP-in terus, kita nggak punya kompetisi dari 2019. Makanya liga ini perlu banget lah, jangan cuma Pertiwi Cup, kan gak cukup loh. Liga faktor krusial, yang penting punya kompetisi dulu biar pelatih Timnas kita itu bisa mengolah mana sih yang paling pantes buat ke timnas itu," lanjutnya.
Desakan untuk mengadakan liga sepak bola wanita juga berkali-kali digaungkan oleh Rudy Eka. Hal tersebut kerap diucapkannya akhir-akhir ini saat menukangi Timnas Wanita U-19 di ajang Piala AFF U-19 Wanita.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan Coach Rudy terus menerus menyebut hal tersebut. Pasalnya, ketiadaan liga membuat jam terbang para penggawa Timnas Wanita menjadi minim.
Menurut Rudy Eka, Indonesia bisa dibilang tertinggal karena beberapa negara di Asia Tenggara kini mulai menaruh perhatian lebih kepada sepak bola wanita. Bahkan, negara seperti Myanmar, Vietnam, dan Thailand telah sekuat tenaga menjalankan kompetisi wanita sejak lama di negaranya masing-masing.
“Peta persaingan wanita di Asia Tenggara itu sangat ketat, hampir merata terutama negara yang benar-benar aware. Beberapa udah fokus sama liga (wanita) seperti Myanmar, Vietnam, dan Thailand keduanya udah masuk Piala Dunia,” tutur Rudy Eka kepada kumparanBOLANITA, Senin (3/7) lalu.
Sementara itu, kali terakhir Indonesia memiliki liga domestik untuk sepak bola wanita adalah pada 2019. Saat itu Liga 1 Putri bergulir diikuti 10 tim, yakni Persija, PSM, Persib, TIRA-Persikabo, Bali United, Arema, PSIS, Persipura, PSS, Persebaya.
ADVERTISEMENT
Musim perdana kompetisi tersebut dimenangkan oleh Persib Putri. Dan, kala itu juga menjadi satu-satunya musim digelarnya Liga 1 Putri.