Piala Dunia Wanita

Timnas Wanita Amerika Serikat Jadi Jelek, atau Negara Lain yang Sudah Mengejar?

2 Agustus 2023 18:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Datang dengan status juara bertahan, Amerika Serikat (USWNT) diprediksi bakal mendominasi pada Piala Dunia Wanita 2023. Orang-orang memprediksi, mereka akan menjadi juara untuk ketiga kalinya berturut-turut. Namun, api jauh dari panggang. USWNT tampil semenjana dan kehilangan dominasinya.
ADVERTISEMENT
Pada Piala Dunia Wanita edisi ke-9, Amerika Serikat tergabung di Grup E bersama Belanda, Portugal, dan Vietnam. Jika dibandingkan dengan deretan grup lainnya, Grup E bisa dibilang grup neraka lantaran dihuni juara dan runner-up Piala Dunia 2019 lalu.
Di laga perdana, Alex Morgan dkk hadapi wakil Asia, Vietnam. Amerika memang berhasil menang dengan skor 3-0, namun permainannya tak seperti ekspektasi umum. Dari 28 tembakan, hanya 7 saja yang mengarah ke gawang, dan hanya 3 bola yang berhasil disarangkan.
Berlanjut ke matchday dua, Amerika hadapi Belanda. Laga begitu ketat sejak menit pertama, Belanda sukses unggul cepat pada menit 17. Usai gol tersebut, Amerika tampak kelimpungan dalam menyerang, mereka baru bisa samakan kedudukan pada pertengahan babak kedua melalui sepakan Lindsey Horan. Amerika selamat dari kekalahan.
ADVERTISEMENT
Di laga terakhir, Amerika jalani duel penentuan kontra Portugal. Tak sedikit yang memprediksi jika USWNT akan melenggang mulus memenangkan duel ini. Tapi, prediksi itu lagi-lagi kandas. Amerika justru susah payah mendulang poin di laga tersebut, bahkan mereka hampir saja menelan kekalahan pada menit akhir jika saja tendangan Ana Capeta tak membentur tiang gawang.
CNN International menyebut jika hasil dari tiga laga di fase grup kemarin adalah yang terburuk dalam sejarah USWNT. Di lain sisi, hasil imbang kontra Portugal juga membuat Amerika untuk pertama kalinya gagal mencetak gol dalam pertandingan Piala Dunia sejak 2015.
Sementara itu, sang pelatih, Vlatko Andonovski mengakui bahwa timnya memang tak bermain bagus terutama di laga terakhir kontra Portugal. Sedangkan, eks-penggawa USWNT, Julie Foudy menyebut bahwa tim Amerika belum padu pada Piala Dunia edisi ini. “Mereka hanya belum cocok, terasa tidak ada banyak chemistry.”
Amerika Serikat juara Piala Dunia Wanita 2019. Foto: REUTERS/Bernadett Szabo
Hasil yang didapat Amerika pada edisi ini memang sangat jauh jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya. Pada 2019 silam, Megan Rapinoe dkk mampu melesakkan 18 gol dalam tiga laga fase grup. Sedangkan, di tahun ini mereka hanya bisa mengemas 4 gol saja.
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, pada Piala Dunia Wanita 2023, sejumlah kontestan sukses menunjukkan peningkatan level dalam permainannya. Kini, tak banyak laga yang berakhir dengan skor telak, kecuali saat Belanda melumat Vietnam 7-0 pada Selasa (31/7) kemarin. Berbeda halnya dengan empat tahun lalu, skor mencolok 13-0 masih terlihat saat Amerika bertemu Thailand.
Pertanyaan pun muncul, apakah Amerika Serikat benar-benar kehilangan dominasinya? Atau justru negara-negara lain yang tunjukkan peningkatan kualitas?
Franklin Foer dari The Atlantic menyebut jika Amerika tak sepenuhnya kehilangan dominasinya di sepak bola wanita. Akan tetapi, pada tahun ini mereka seolah kehilangan kepercayaan diri dan perjuangan yang menggebu-gebu yang tampak jelas pada turnamen empat tahun yang lalu.
Pada saat yang bersamaan, Foer menilai jika sejumlah negara mulai meningkat kualitasnya. Brasil, Inggris, Spanyol, dan bahkan Kolombia kini mulai perlahan menunjukkan tajinya. Peningkatan sepak bola wanita memang tak bisa dilepaskan dari investasi tim pria.
Penyerang Chelsea Pernille Harder berlari dengan bola selama pertandingan sepak bola leg kedua semifinal Liga Champions Wanita UEFA antara Chelsea dan Bayern Munich, di Stadion Kingsmeadow di London barat daya pada 2 Mei 2021. Foto: Adrian Dennis/AFP
Klub-klub elite di Eropa, seperti Real Madrid, Bayern Muenchen, dan Chelsea kini mulai melirik investasi di sepak bola wanita. Kucuran dana itu tentu memicu peningkatan kualitas tim wanita di masing-masing klub tersebut.
ADVERTISEMENT
“Di Arsenal, sebagai bagian dari upaya bersama, tim wanita secara bertahap dianggap setara dengan pria. Di fasad stadion, sebuah mural dibuat untuk merayakan para wanita Arsenal yang memenangkan Liga Champions Wanita, bersama para pemain legendaris pria,” tulis Foer, dikutip dari The Atlantic.
“Saat Adidas merilis jersi baru, ia merilis video yang menampilkan bintang-bintang seperti Vivianne Miedema, Leah Williamson, dan Beth Mead. Dan dalam beberapa musim terakhir, para wanita mulai memainkan beberapa pertandingan setiap tahun di Stadion Emirates yang berkapasitas 60.000 kursi. Pertandingan mereka juga kini disiarkan ke seluruh dunia,” sambung penulis The Atlantic itu.
Foer juga menilai bahwa para pemain di Eropa sudah bergabung dengan akademi yang dikelola klub sejak usia muda. Para pemain wanita itu mendapat sistem pelatihan yang baik serta pengetahuan teknis yang lebih apik. Hal itulah yang membuat kualitas para pemain di Eropa perlahan meningkat saat ini.
ADVERTISEMENT
Keadaan tersebut sangat berbeda jauh dengan yang terjadi di Amerika. Di “Negeri Paman Sam”, sepak bola biasanya cuma bisa dijangkau oleh keluarga kelas menengah dan atas. Sebab, untuk mendapat fasilitas dan pelatihan sepak bola wanita yang baik, mereka perlu masuk terlebih dahulu ke universitas elite.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten