Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Gagalnya Trickle-Down Economics: Bukti dari Era Modern
9 Juni 2023 15:19 WIB
Tulisan dari Mohammad Dhabith Andana Fauzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Banyak ekonom yang akan mengatakan bahwa teori ekonomi tidak pernah hitam atau putih, namun abu-abu. Namun, di tengah belantara teori ekonomi, ada satu yang menarik perhatian: Trickle-Down Economics. Teori ini menyatakan bahwa manfaat ekonomi yang diberikan kepada orang-orang di puncak piramida ekonomi akan "menetes" ke bawah, membantu mereka di dasar. Tapi, apakah benar demikian?
ADVERTISEMENT
"Trickle-down theory adalah konsep paling merusak dalam peradaban manusia modern," kata Nick Hanauer, miliarder dan filantropis Amerika. Perkataan Hanauer merangkum apa yang telah diamati oleh banyak ekonom dalam beberapa dekade terakhir: gagalnya trickle-down economics.
ADVERTISEMENT
Sejarah ekonomi modern menunjukkan bahwa kesejahteraan ekonomi tidak menetes ke bawah secara alami. Bukti terbaru datang dari kebijakan pemotongan pajak yang dilakukan oleh pemerintahan Trump pada tahun 2017 di Amerika Serikat. Dalam teori, pemotongan pajak bagi perusahaan dan individu kaya harusnya memacu pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan, namun kenyataannya tidak demikian. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, dan ketimpangan pendapatan justru meningkat.
Ekonom pemenang Hadiah Nobel, Joseph Stiglitz, pernah berkata, "Trickle-down economics mungkin baik dalam teori, tetapi ternyata buruk dalam praktek." Hal ini terlihat jelas dalam data yang dirilis oleh World Inequality Database, yang menunjukkan bahwa selama beberapa dekade terakhir, ketimpangan kekayaan global telah meningkat pesat.
Pada tahun 1980, 10% orang terkaya di dunia mengendalikan 40% dari total kekayaan dunia. Namun, pada tahun 2020, 10% orang terkaya mengendalikan hampir 60% dari total kekayaan dunia. Ini adalah bukti kuat bahwa kebijakan yang didasarkan pada teori trickle-down tidak berhasil mempersempit ketimpangan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tentu, kita harus mengakui bahwa beberapa orang menjadi lebih kaya, tetapi pertanyaannya adalah, apakah kesejahteraan mereka bermanfaat bagi yang lain? Karena, sebagaimana yang dikatakan oleh ekonom dan penulis Amerika, Robert Reich, "Trickle-down economics adalah teori yang menyatakan bahwa kekayaan adalah tinta yang, jika dituangkan di puncak, akan meresap dan menyebar ke bawah. Masalahnya adalah, sejauh ini, tinta itu tampaknya tidak pernah meresap."
Untuk menuju masyarakat yang lebih adil dan makmur, kita harus melepaskan diri dari gagasan bahwa kekayaan akan menetes secara alami. Sebaliknya, perlu ada kebijakan yang secara aktif mempromosikan distribusi kekayaan dan kesempatan yang lebih merata. Untuk itu, kita perlu belajar dari bukti dan pengalaman sejarah, bukan mengejar teori yang tidak terbukti.
ADVERTISEMENT
Sangat penting untuk mencari cara baru dalam menghadapi tantangan ekonomi kita. Kita perlu menciptakan model ekonomi yang dapat memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, bukan model yang hanya memperkaya segelintir orang dan meninggalkan yang lain.
Beberapa solusi potensial melibatkan perubahan struktural dalam cara kita memajaki dan mendistribusikan kekayaan. Misalnya, kita bisa menerapkan pajak progresif yang lebih tinggi untuk orang yang sangat kaya, atau melibatkan lebih banyak regulasi terhadap perusahaan multinasional untuk memastikan mereka membayar bagian yang adil dari pajak mereka.
Pemikiran baru tentang pengendalian dan distribusi kekayaan juga telah muncul. Konsep seperti Basic Universal Income (BUI), dimana setiap warga negara diberikan pendapatan dasar yang sama, telah mulai dipertimbangkan sebagai alternatif yang mungkin untuk memastikan kesejahteraan ekonomi yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Einstein pernah berkata, "Kita tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berpikir yang kita gunakan ketika kita menciptakan mereka." Trickle-down economics adalah produk dari cara berpikir lama yang tampaknya telah gagal dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, mungkin sudah waktunya bagi kita untuk mencari cara berpikir baru dalam menghadapi tantangan ekonomi masa depan.
Seperti yang dikatakan oleh Thomas Piketty, penulis buku bestseller "Capital in the Twenty-First Century", "Kekayaan bukanlah sesuatu yang terjadi secara alami. Ini adalah hasil dari kebijakan dan struktur yang kita putuskan sebagai masyarakat." Jadi, sebenarnya, kita memiliki kekuatan untuk menciptakan ekonomi yang lebih adil dan inklusif. Yang kita perlukan hanyalah keberanian untuk melepaskan diri dari mitos-mitos lama dan mengejar solusi baru yang berdasarkan pada bukti dan pengalaman sejarah.
ADVERTISEMENT
Trickle-down economics mungkin telah gagal, tetapi itu tidak berarti kita harus putus asa. Sebaliknya, kita harus memanfaatkan kegagalan ini sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh, dan mencari cara baru untuk menciptakan ekonomi yang lebih adil dan makmur untuk semua.