3 Kisah Perjuangan Chef di Dunia Pertahankan Nasib Restoran Selama Pandemi

3 Oktober 2021 12:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi chef Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi chef Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bak nakhoda dalam kapal, seorang chef merupakan pemimpin yang akan membawa restoran ke pelabuhan terbaik. Kendati selama pandemi mereka juga harus memutar otak untuk tetap bisa berlayar.
ADVERTISEMENT
Masa pandemi tentu berdampak kepada berbagai aspek, termasuk sebuah restoran yang seorang chef pimpin. Bukan hal yang mudah tentu baginya untuk tetap bisa bertahan di masa pandemi. Bahkan, hanya seorang pemimpin sejati yang dapat menangani dampak tersebut dengan cepat serta tepat.
Begitu juga dengan para chef, yang mengutamakan keselamatan dan kebutuhan karyawan di atas keinginan pelanggan. Kisah-kisah menarik perjuangan para chef selama pandemi itu pun kemudian dirangkum Food & Wine dalam “Best New Chefs 2021” bagaimanakah cerita mereka selengkapnya?

1. Paola Velez

Paola vales adalah seorang pastry chef asal Washington, Dc. Vales dibesarkan di Bronx, tempat ibunya bekerja sebagai akuntan; dan tuan rumah restoran Tex-mex milik sepupunya di Manhattan, Mary-Ann’s. Velez telah muncul sebagai salah satu koki paling berani bersuara dan tepercaya di industri kuliner. Keberaniannya dalam menjalankan visi di dapur diimbangi dengan komitmennya untuk menggunakan kesuksesannya untuk membantu orang lain.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Velez pernah meluncurkan donat dengan nama Dona Dona untuk membantu mengumpulkan dana bagi pekerja restoran yang tidak berdokumen. Tak hanya itu, Velez juga bekerja sebagai pastry chef di Compass Rose dan Maydan, dua restoran paling terkenal di DC. Sembari menjalankan La Bodega, sebuah bisnis makanan penutup (yang sekarang sedang hiatus) ia mulai dengan tujuan untuk membayar dua juru masak pastry-nya, Nikkie Rodriguez dan DeAndra Bailey agar mereka bisa tetap bekerja.

2. Thessa Diadem

The Best News Chef satu ini mendapat inspirasi dari toko bahan makanan internasional di Los Angeles dan menyalurkannya ke dalam kue-kue yang inovatif . Tetapi siapa sangka bahwa Diadem tidak pernah berencana menjadi koki, lho. Ia diminta oleh ayahnya mencoba sekolah kuliner, di New York City untuk belajar seni kue kering di tempat yang sekarang bernama ICE (Institute of Culinary Education).
ADVERTISEMENT
Perempuan yang berimigrasi ke Amerika Serikat pada usia 13 tahun ini memimpin program kue yang bernama All Day Baby di Los Angeles, CA. Diadem adalah sosok yang tenang dan lembut hal ini karena terbentuk oleh bertahun-tahun mengamati, bagaimana dia tidak ingin berada di dapur dan tetap optimis tentang masa depan industri restoran, selama itu berlandaskan pada kepedulian diri sendiri.

3. Angel Barreto

Cita rasa Korea adalah bagian dari masa kecil Barreto. Kedua orang tuanya tinggal di Korea saat bertugas militer. Hal itu yang membuatnya terjun dalam dunia korean food. Ia bahkan menjalankan salah satu restoran Korea paling popular di DC, yaitu Anju.
Selanjutnya Anju, yang berarti “minum makanan” dimaksudkan untuk mendidik dan menginformasikan pengunjung tentang masakan Korea, menunjukkan kepada mereka makanan apa yang tersedia di luar barbeque khas Korea.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemimpin Anju, Barreto berharap tentang masa depan industri restoran, agar para pemimpin dapat jujur dan mau menerima perubahan. Serta tidak hanya beritikad baik dengan tamu saja tetapi juga dengan para staf.
Reporter: Destihara Suci Milenia