7 Fakta Unik Angkringan, dari Arti Nama sampai Punya Monumen Kebanggaan

23 September 2022 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret sejumlah angkringan di Kota Yogyakarta, Sabtu (16/7/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret sejumlah angkringan di Kota Yogyakarta, Sabtu (16/7/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Angkringan kerap menjadi solusi saat perut lapar di malam hari. Harganya yang ramah di kantong serta suasana yang khas membuat masyarakat datang lagi dan lagi ke tempat makan satu ini. Ternyata warung makan ini memiliki serangkaian fakta unik yang wajib kamu ketahui.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, popularitas angkringan seperti tidak pernah redup. Dengan menyajikan menu sederhana yang khas ditambah harganya yang murah selalu berhasil mengundang pelanggan untuk datang kembali. Terlebih di warung makan sederhana ini erat dengan suasana kekeluargaan yang cocok untuk jadi tempat nongkrong.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai warung makan ini, berikut beberapa fakta unik tentang angkringan sebagai warung jadul yang kian eksis sampai saat ini:

1. Berdiri sejak 1950

Aneka jajanan pasar di angkringan paviliun Wonderful Indonesia di Travex ATF 2020. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Angkringan pertama kali diperkenalkan oleh Mbah Pairo yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah pada tahun 1950. Mbah Pairo awalnya menjual dagangan di sekitar stasiun Tugu sambil meneriakkan “ting..ting..hik”. Keunikan cara berjualan membuat warga setempat menjulukinya dengan sebutan HIK yang artinya Hidangan Istimewa Kampung.
Kemudian dengan ramainya pengunjung, Mbah Pairo memutuskan untuk berdagang menetap. Mbah Pairo juga menghadirkan bangku panjang untuk para pelanggannya makan serta meletakkan makanannya tepat di depan gerobak.
ADVERTISEMENT

2. Angkringan: “Nangkring di Atas”

Istilah angkringan rupanya terinspirasi dari kebiasaan para pelanggan warung makan ini yang tidak sungkan makan sambil mengangkat kaki. Sejak saat itu, kedai tersebut dijuluki angkringan dengan maksud makan dengan posisi kaki “nangkring di atas” bangku.
Kesuksesan tempat makan mbah Pairo ini kemudian menginspirasi pedagang lainnya untuk membuka usaha serupa. Kemudian pada masa itu, bisnis angkringan kian menjamur di berbagai sudut kota Yogyakarta.

3. Ada monumen angkringan kebanggaan

Monuman Angkringan di Desa Ngerangan, Klaten. Foto: Dok. jatengprov
Mengutip situs resmi Provinsi Jawa Tengah, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten tercatat sebagai desa kelahiran HIK atau angkringan. Oleh karena itu, pada Februari 2020 lalu peresmian Monumen Angkringan dilakukan di desa ini. Monumen tersebut berbentuk angkringan pikulan.
Kemudian di tahun 2021, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menetapkan angkringan sebagai warisan budaya tak benda.
ADVERTISEMENT

4. Selalu menggunakan gerobak

Kamu pasti sering menemukan berbagai kedai angkringan lengkap dengan gerobak. Hal itu karena gerobak sebagai tempat penyajian makanan dan minuman yang identik dengan HIK atau angkringan. Meski hadir dengan konsep kekinian, rupanya banyak angkringan yang masih menyediakan gerobak sebagai ciri khasnya.

5. Nasi kucing menjadi menu favorit

Ilustrasi nasi kucing. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Angkringan identik dengan nasi kucing. Julukan makanan daerah ini pun diberikan karena ukuran nasi ini yang begitu kecil. Satu porsi nasi kucing biasanya akan habis disantap dalam dua sampai tiga suapan. Banyak yang bilang kalau porsinya sama dengan porsi makanan untuk kucing.
Hidangan ini biasa disajikan dengan berbagai macam lauk seperti ikan teri, tempe tahu bacem, aneka sate, serta sambal. Untuk minumnya angkringan biasa menyediakan teh hangat, kopi, dan wedang.
ADVERTISEMENT

6. Menu andalan angkringan pernah berjasa di era reformasi

Meskipun porsinya kecil, ternyata nasi kucing yang menjadi menu andalan angkringan memiliki jasa di era reformasi. Di masa krisis moneter tepatnya pada 1998, banyak mahasiswa yang mengandalkan nasi kucing sebagai menu bersantap sehari-hari. Hal itu karena melambungnya harga bahan baku pada era reformasi.

7. Tempat bersosialisasi

Potret sejumlah angkringan di Kota Yogyakarta, Sabtu (16/7/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dahulu, angkringan menjadi titik temu masyarakat dari berbagai kalangan. Masyarakat dari kelas sosial yang berbeda bertemu dan menikmati hidangan yang sama. Angkringan pun kerap menjadi tempat untuk mendiskusikan hal penting hingga mengobrol santai untuk melepas lelah. Sampai sekarang pun, angkringan tetap menjadi tempat bersosialisasi atau nongkrong yang digandrungi oleh masyarakat.
Penulis: Monika Febriana