news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

7 Kebiasaan Berbelanja di Swalayan yang Bisa Bikin Berat Badan Naik

21 September 2020 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbelanja di tengah wabah corona. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbelanja di tengah wabah corona. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Berbelanja di swalayan merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang, terutama ibu rumah tangga. Bagi seorang ibu, menyiapkan keperluan keluarga di rumah adalah hal sederhana yang membuatnya bahagia.
ADVERTISEMENT
Dilansir Eat This, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, rata-rata orang Amerika menghabiskan lebih dari lima jam seminggu untuk berbelanja. Hal tersebut juga terjadi di berbagai belahan dunia.
Sayangnya, kebiasaan belanja juga meningkatkan daya beli masyarakat. Terutama, godaan yang kerap muncul ketika harus mengelilingi lorong-lorong swalayan, mencoba tester, hingga tawaran promo menarik begitu mendukung meningkatnya daya beli tersebut.
Akibatnya, selain menambah pengeluaran, pengalaman berbelanja di swalayan malah dapat menjadi salah satu penyebab menambahnya berat badan, lho. Jika kamu sedang berusaha mengurangi berat badan atau mengatur pola makan, yuk ketahui 7 kebiasaan berbelanja yang perlu kamu ubah.

1. Berbelanja sekaligus

Suasana Panic Buying di Malaysia Foto: REUTERS/Lim Huey Teng
Beberapa orang menganggap cara untuk menghemat uang adalah dengan belanja bahan makanan dalam jumlah besar. Makanan dalam jumlah besar atau toko grosir memang cenderung lebih murah, tetapi membeli bahan secara berlebihan dapat menyebabkan stok makanan menumpuk dan pemborosan.
ADVERTISEMENT
Saat dihadapkan dengan makanan porsi lebih besar, kamu akan cenderung makan lebih banyak pula. Studi dari National Bureau of Economic Research juga menemukan hubungan restoran dan pedagang grosir di AS, seperti Costco, dengan penambahan berat badan. Menurut salah satu peneliti Charles Courtemanche, mengatakan makanan murah membuat ketersediaan jumlah pangan di rumah meningkat, akibatnya jumlah konsumsi pun bertambah.

2. Tidak membaca label nutrisi

Ilustrasi membeli es krim di supermarket Foto: Shutter Stock
Konsumen yang pintar adalah yang memiliki kebiasaan membaca label sebelum membeli. Tidak semua yang terlihat sehat sama seperti tampilannya, terkadang makanan tersebut memiliki kandungan kurang baik. Banyak produk yang dibeli sehari-hari yang mungkin mengandung kadar gula tinggi, lemak inflamasi, dan pestisida berbahaya.
Studi Ekonomi Pertanian menganalisis survei nasional mengenai kesehatan yang pernah dijalankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), mengungkapkan bahwa perempuan yang membaca label nutrisi cenderung tetap langsing dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT

3. Berbelanja saat lapar

Ilustrasi ngemil Foto: dok.shutterstock
Menurut jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, saat lapar orang yang berbelanja di swalayan akan cenderung melakukan pembelian makanan ringan atau camilan.
Mengatasi hal tersebut, sebelum kamu pergi ke toko swalayan, lebih baik konsumsi makanan kecil yang lebih sehat, seperti buah-buahan atau kacang. Pilihan makanan sehat dapat membantu mengurangi jumlah total kalori harian dan menurunkan berat badan.

4. Berbelanja tanpa daftar belanjaan

Ilustrasi daftar belanja Foto: Tumisu via Pixabay
Datang ke swalayan tanpa membawa daftar belanja bukanlah ide yang baik. Menurut peneliti Wharton, 20 persen pembelian di supermarket tidak direncanakan.
Survei lain terhadap 2.000 konsumen yang dilansir CNBC, juga menemukan bahwa 70,5 persen responden mengatakan bahwa pembelian impulsif cenderung membeli makanan. Maka dari itu, sebelum pergi ke toko, buatlah daftar belanja yang jelas dan jauhi pembelian impulsif saat berbelanja.
ADVERTISEMENT

5. Memilih makanan berdasarkan kemasan, merek, dan label

ilustrasi memilih makanan kaleng di supermarket - - NOT COV Foto: Shutterstock
Tanpa disadari terkadang kemasan, merek dan label dapat memengaruhi keputusan berbelanja. Peneliti dari Universitas Cornell menemukan bahwa maskot di kotak sereal, seperti kelinci Trix, yang melakukan kontak mata dengan pembeli dapat mendorong loyalitas merek 16 persen lebih tinggi daripada kotak sereal lain.
Jadi, sebelum memilih makanan dari kemasannya, lebih baik kamu mencoba untuk memikirkan kesehatanmu dalam jangka panjang.

6. Membiarkan anak-anak memilih

Mengajak anak belanja Foto: Pixabay
Ketika berbelanja dengan anak kecil, lebih baik hindari membiarkan mereka memilih makanan sendiri. Sebuah studi Nutrisi Kesehatan Masyarakat tahun 2014 mencatat bahwa sebagian besar permen, keripik, dan soda di lorong kasir sengaja ditempatkan setinggi mata anak-anak sehingga mudah dijangkau. Hal tersebut akan memancing keinginan anak-anak terhadap camilan yang tidak sehat tersebut.
ADVERTISEMENT

7. Membeli camilan di lorong kasir

Camilan di lorong kasir supermarket Foto: Dok.Shutterstock/anystock
Camilan di lorong meja kasir memang dirancang agar tampak sangat menarik. Namun, faktanya camilan yang kita lihat saat menunggu di kasir merupakan pilihan yang buruk bagi kesehatan.
Menurut laporan peneliti dari University of Illinois, 97 persen supermarket menjual permen dan 93 persen juga menjual minuman manis di lorong kasir sebelum checkout.
Bermainlah dengan gadget, atau lakukan aktivitas lain agar tidak tergoda melihat makanan dan minuman di lorong kasir. Keinginan untuk membeli camilan tersebut akan hilang begitu makanan tersebut tidak terlihat lagi.
Reporter: Natashia Loi